Liputan6.com, Jakarta - Jumlah investor pasar modal tanah air terus mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan jumlah Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal naik 25 persen dari 7.489.337 investor pada akhir 2021 menjadi 9.376.678 pada 8 Agustus 2022.
“Pertumbuhan investor tertinggi dicatatkan oleh investor reksa dana dan mayoritas masih didominasi oleh milenial dan generasi Z yang berumur di bawah 30 tahun mencapai sekitar 60 persen,” ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi dalam Konferensi Pers 45 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Rabu (10/8/2022)
Advertisement
Pertumbuhan investor reksa dana meski catat paling tinggi, tetapi pasar reksa dana turun tipis. Sampai dengan 5 agustus 2022 total NAB reksa dana turun 5 persen dari Rp 578,44 triliun pada 30 Desember 2021 menjadi Rp 549,23 triliun.
“Sementara nilai total asset under management (AUM) industri pengelolaan investasi turun 0,98 persen dari sebelumnya Rp 850,7 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp 842,4 triliun per 5 Agustus 2022,” kata Inarno.
Merujuk data KSEI berdasarkan jumlah Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal naik 25 persen dari 7.489.337 investor pada akhir 2021 menjadi 9.376.678 pada 8 Agustus 2022.
“Berdasarkan jumlah tersebut, investor saham berjumlah 4.072.609, reksa dana 8.700.670, dan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 740.184,” papar Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo dalam kesempatan yang sama.
Lebih rinci, investor reksa dana naik 27,2 persen dibanding posisi akhir 2021 sebanyak 6,84 juta SID. Sementara investor SBN naik 21,11 persen dari posisi akhir Desember 2021 sebanyak 611.143 SID. Sementara jumlah investor C-BEST tercatat sebanyak 4,07 ribu SID. Naik 17,99 persen dibanding akhir Desember 2021 sebanyak 3,24 ribu SID.
“Dari sisi demografi per 8 Agustus 2022, investor individu di Indonesia didominasi oleh 62,89 persen laki-laki,” imbuh dia.
Dari sisi usia, investor muda masih mendominasi, dengan rincian 59,16 persen berusia di bawah 30 tahun. Kemudian investor usia 31—40 tahun sebesar 22,18 persen, usia 41—50 sebesar 10,69 persen, usia 51—60 sebesar 5,18 persen. Sisanya 2,97 persen merupakan investor dengan usia di atas 60 tahun.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dana Kelolaan Reksa Dana Turun
Sebelumnya, pasar modal Indonesia masih melanjutkan tren positif hingga awal kuartal III 2022. Sayangnya, kinerja pasar reksa dana tak tumbuh sejalan.
Meski begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengatakan penurunan yang terjadi pada pasar reksa dana tidak terlalu signifikan.
"Sampai dengan 5 agustus 2022 total NAB reksa dana turun 5 persen dari Rp 578,44 triliun pada 30 Desember 2021 menjadi Rp 549,23 triliun," ungkap Inarno dalam Konferensi Pers 45 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Rabu, 10 Agustus 2022.
Sementara nilai total asset under management (AUM) industri pengelolaan investasi turun 0,98 persen dari sebelumnya Rp 850,7 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp 842,4 triliun per 5 Agustus 2022. Sebagai perbandingan, hingga 8 Agustus 2022, terdapat 149 penawaran umum di pasar saham dengan total emisi sebesar Rp 151 triliun 48 di antaranya adalah emiten baru. Dari sisi kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) juga masih terjaga.
Bahkan pada kuartal II 2022, pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun nilai kapitalisasi pasar telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni di level 7.276 pada 21 April 2022 dan nilai kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.555 triliun 28 April 2022.
Kinerja serupa juga dicatatkan oleh pasar modal syariah yang mengalami peningkatan. Per 9 Agustus 2022, indeks saham syariah Indonesia (ISSI) ditutup pada posisi 209,4 atau secara year to date (ytd) meningkat sebesar 10,79 persen.
"Demikian juga nilai kapitalisasi pasar atau saham syariah secara year to date juga mengalami peningkatan sebesar 11,79 persen dari sebelumnya sebesar Rp 3.983,65 triliun menjadi sebesar Rp 4.453,24 triliun,” pungkas Inarno.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Laba Moncer Awal 2022, OJK Sebut Teknologi Memimpin
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kenaikan kinerja perusahaan tercatat atau emiten yang tumbuh signifikan pada semester I 2022. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengatakan, dari sejumlah perusahaan yang telah melaporkan kinerja keuangannya, sektor teknologi yang tercatat tumbuh paling tinggi di tahun ini.
"Berdasarkan laporan keuangan kuartal 1 2022, tercatat dari 722 yang telah menyampaikan laporan kuartal 1 2022 terdapat peningkatan total laba secara year on year (yoy) sebesar 110 persen menjadi Rp 167,52 triliun,” kata Inarno dalam Konferensi Pers 45 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Rabu (10/8/2022).
Dalam catatannya, kinerja emiten-emiten sepanjang tahun ini lebih baik dibanding sebelum pandmei atau pada 2019. Merujuk kinerja tersebut, Inarno menilai emiten cukup optimis menghadapi gejolak ekonomi yang ada saat ini.
"Sementara berdasarkan data laporan kuartal II 2022 yang baru disampaikan oleh 314 emiten, kami mencatatkan rata-rata pertumbuhan yang nilai laba tertinggi itu dibutuhkan oleh emiten yang bergerak di sektor pertama adalah di sektor bidang teknologi," ungkap dia.
Kinerja IHSG
Kenaikan laba signifikan berikutnya yakni dari sektor bidang transportasi dan logistik, kemudian emiten yang bergerak di bidang sektor energi Sejalan dengan itu, aktivitas penghimpunan dana juga terus meningkat.
Hingga 8 Agustus 2022, terdapat 149 penawaran umum dengan total emisi sebesar Rp 151 triliun 48 diantaranya adalah emiten baru.
Dari sisi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih terjaga. Bahkan pada kuartal II 2022, pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun nilai kapitalisasi pasar telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni di level 7.276 pada 21 April 2022 dan nilai kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.555 triliun 28 April 2022.
Meski pada kuartal II hingga kuartal III tahun ini diwarnai berbagai dinamika pasar akibat tekanan inflasi global, tetapi hingga penutupan perdagangan 9 Agustus kemarin IHSG masih mencatatkan kinerja yang baik yaitu sebesar 7.102 atau tumbuh 7,92 ytd.
Sementara itu nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 9.315 triliun atau secara jytd uga meningkat sebesar 12,83 persen.
"Kinerja IHSG Indonesia ini juga merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga bahkan hampir semua bursa ASEAN mengalami pertumbuhan yang negatif,” imbuh Inarno.
Advertisement