Liputan6.com, Jakarta - Kasat mata, pertandingan ini menceritakan kekalahan Gillingham FC di markas Leyton Orient. Mereka menyerah 1-3 pada ajang League One alias Divisi III Liga Inggris, Desember 2009.
Namun, jika digali lebih dalam, banyak elemen yang membuat Gillingham patut menyesal dengan hasil negatif tersebut. Pasalnya, sebenarnya kekalahan bisa dihindari.
Advertisement
Semua bermula dari keputusan manajer Mark Stimson. Alih-alih menyewa bus seperti biasa setiap menjalani pertandingan tandang, dia meminta masing-masing pemain dan staf pergi masing-masing ke stadion.
Dia bermaksud menghemat anggaran. Selain itu, Stimson juga melihat mayoritas anggota skuat tinggal dekat markas Leyton Orient, yang berbasis London, ketimbang berangkat bersama-sama dari Gillingham.
Masalahnya Stimson tidak memikirkan kemacetan London. Beberapa pemain masih terjebak di pusat kota hanya beberapa menit sebelum kick-off.
Hanya tujuh starter yang sudah siap merumput, dengan dua pemain cadangan terpaksa diturunkan hingga jumlah tim baru sembilan. Salah satunya adalah kiper pelapis Alan Julian yang diturunkan sebagai sayap kanan.
Beruntung bagi Stimson, tiga nama lain tiba tepat waktu. Salah satunya adalah penjaga utama Simon Royce yang dilaporkan datang menggunakan sepeda gunung.
Dua nama lain adalah Matt Fry dan Josh Gowling. Mereka datang ke London menggunakan kereta dan menuju stadion melalui sistem underground.
"Sulit dipercaya. Saya di kereta berpikir bakal terlambat. Tapi tiba-tiba saya melihat dua pemain berada di gerbong yang sama. Tidak heran mereka begitu terburu-buru," ungkap salah satu suporter Gillingham dikutip Bleacher Report.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pakai Seragam Lawan
Wasit yang memimpin pertandingan Andy D'Urso menolak menunda pertandingan karena tidak ada masalah keamanan. Gillingham pun terpaksa menurunkan tim seadanya.
Mark McCammon, Stuart Lewis, dan John Nutter yang biasanya menghangatkan bangku cadangan mendapat kesempatan langka menjadi starter.
Sementara pemain kunci seperti Febian Brandy (pemain pinjaman dari Manchester United), Chris Palmer, dan Barry Fuller jadi korban kemacetan London sehingga didaftarkan sebagai pelapis.
Namun, problema Gillingham tidak sebatas ketersediaan pemain. Seragam tim juga tidak tiba tepat waktu. Mereka pun terpaksa menggunakan jersey tandang Leyton Orient untuk bertanding.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Harusnya Profesional
Dalam situasi ini, Gillingham sudah tertinggal saat pertandingan baru berusia empat menit. Padahal tuan rumah juga tidak didukung pendukung loyal karena para suporter juga jadi korban kemacetan.
Mayoritas tiba saat laga sudah dimulai, dengan total penonton hanya sekitar tiga ribu yang datang. Angka itu jauh di bawah kapasitas stadion Brisbane Road yang bisa menampung sembilan ribu orang.
Gillingham akhirnya harus menanggung malu besar. Mereka mendapat kecaman besar dari suporter di forum BBC.
"Saya menghabiskan 60 poundsterling untuk tiket, terjebak dua jam di kemacetan, dan melewatkan pertandingan," tulis seorang pendukung.
"Gillingham semestinya klub profesional, bukan amatir. Mereka harusnya menyediakan bus untuk membawa pemain," kata pendukung lainnya.