Update COVID-19 di Indonesia, Rabu 10 Agustus 2022: Kasus Sembuh Bertambah 4.906, Meninggal 157.149

Data Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 121.909 dan suspek sebanyak 7.985.

oleh AY Yustiawan diperbarui 10 Agu 2022, 23:16 WIB
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 dari Pfizer kepada warga di Puskesmas Lebak Bulus, Jakarta, Senin (23/8/2021). Sebanyak 1.560.780 dosis vaksin COVID-19 Pfizer tiba di Indonesia pada 19 Agustus 2021 melalui skema pembelian langsung. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Akumulasi kasus COVID-19 di Indonesia, Rabu 10 Agustus 2022, sudah mencapai 6.261.605. Angka ini dihitung sejak Maret 2020.

Kasus COVID-19 mencapai angka sebanyak itu, karena masih mengalami penambahan signifikan. Hari ini penambahan kasus positif tercatat sebanyak 5.926.

Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 4.906 sehingga akumulasinya menjadi 6.052.413.

Sedangkan kasus meninggal bertambah 18 sehingga akumulasinya menjadi 157.149.

Penambahan juga terjadi pada kasus aktif sebanyak 1.002 sehingga totalnya menjadi 52.043.

Data Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 121.909 dan suspek sebanyak 7.985.

Laporan dalam bentuk tabel turut merinci 5 provinsi dengan penambahan kasus terbanyak. Provinsi-provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

-DKI Jakarta hari ini melaporkan 2.224 kasus baru dan 1.590 pasien sembuh. Dengan begitu, Jakarta jadi provinsi dengan penambahan kasus positif terbanyak hari ini.

-Jawa Barat menyusul dengan 1.469 kasus positif baru dan 752 orang telah sembuh.

-Banten 767 kasus konfirmasi baru dan 1.344 orang dinyatakan sembuh.

-Jawa Timur di peringkat keempat dengan 468 kasus baru dan 457 pasien sembuh.

-Jawa Tengah 181 kasus baru dan 101 orang dinyatakan sembuh.

Provinsi lain menunjukkan penambahan kasus di angka satuan dan puluhan. Namun, masih ada beberapa provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Provinsi-provinsi itu adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.


Laporan Sebelumnya

Vaksin Covid 19 Zifivax. (Dok PT. Biotis Pharmaceutical Indonesia (Biotis))

Di hari sebelumnya yakni pada Selasa 9 Agustus 2022 penambahan kasus baru tercatat sebanyak 6.276. Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif di Indonesia menjadi 6.255.679.

Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 4.850 sehingga akumulasinya menjadi 6.047.507.

Sayangnya, kasus meninggal juga terus bertambah dengan jumlah pasien tutup usia kemarin sebanyak 18 sehingga akumulasinya menjadi 157.131.

Kasus aktif turut menunjukkan penambahan sebanyak 1.408 sehingga akumulasinya menjadi 51.041.

Data juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 128.503 dan suspek sebanyak 7.071.

Laporan dalam bentuk tabel turut menunjukkan penambahan kasus baru terbanyak di 5 provinsi. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali.

-DKI Jakarta melaporkan 2.298 kasus positif baru dan 2.200 orang telah sembuh, menjadikannya provinsi dengan sumbangan kasus baru terbanyak di Indonesia.

-Jawa Barat menyusul dengan 1.566 kasus positif baru dan 862 pasien telah sembuh.

-Banten melaporkan 790 kasus baru dan 384 pasien dinyatakan sembuh.

-Jawa Timur di peringkat keempat dengan 565 kasus baru dan 439 orang sembuh.

-Bali 197 kasus baru dan 248 sembuh dari COVID-19.

Provinsi lain menunjukkan penambahan kasus di angka satuan dan puluhan. Namun, masih ada beberapa provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Provinsi-provinsi itu adalah Aceh, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Virus Langya di Tengah Pandemi COVID-19

Vaksin Covid 19 Zifivax. (Dok PT. Biotis Pharmaceutical Indonesia (Biotis))

Penyebaran virus Corona penyebab COVID-19 belum usai, kini ada temuan virus baru di China yang disebut virus Langya (LayV). Ada 35 orang di sana yang terinfkesi virus Langya.

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan melaporkan bahwa mereka sedang memantau perkembangan baru seputar penyakit baru yang dikenal sebagai Langya henipavirus (LayV).

Sebenarnya, virus ini pertama kali terdeteksi pada akhir 2018 di Shandong dan Henan yang merupakan daerah perbatasan dan terletak di timur laut China. Namun, baru diidentifikasi secara resmi oleh para ilmuwan minggu lalu.

Mengutip Newsweek, CDC Taiwan berjanji akan mulai mengembangkan prosedur untuk melacak virus Langya dan mengurutkan genomnya. Harapannya, hasil pelacakan akan siap dalam waktu seminggu ke depan.

Tak satu pun dari 35 pasien yang diketahui memiliki kontak dekat satu sama lain atau ditemukan memiliki titik pajanan yang sama. Ini menunjukkan bahwa penyebaran virus Langya telah sporadis pada manusia pada saat ini. Virus ini juga diketahui ditemukan pada hewan tertentu, seperti tikus.


Tetap Hati-Hati

Mural imbauan untuk mematuhi protokol kesehatan terlihat pada dinding di Jakarta, Selasa (20/7/2021). Kementerian Kesehatan mencatat pasien COVID-19 di Jakarta yang sembuh pada 19 Juli 2021 sebanyak 12.674 atau meningkat dibandingkan 18 Juli 2021 sebanyak 11.857 orang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sejauh ini belum diketahui apakah penyebaran virus Langya kali ini disebabkan oleh transfer dari hewan, tetapi pihak berwenang China tetap meminta semua pihak agar berhati-hati.

Informasi masih sangat minim sehingga juga tidak jelas apakah virus dapat ditularkan dari orang ke orang, meskipun laporan sebelumnya menunjukkan bahwa memang demikian.

Wakil Direktur Jenderal CDC Taiwan Chuang Jen-Hsiang menjelaskan bahwa dalam kasus pasien yang terinfeksi virus Langya yang didokumentasikan ada beberapa gejala khas.

Gejala khas itu termasuk demam, kelelahan, batuk, kehilangan nafsu makan, nyeri otot, mual, sakit kepala dan muntah.

Dalam kasus yang lebih parah, pasien telah menunjukkan penurunan sel darah putih, jumlah trombosit yang rendah, gagal hati dan gagal ginjal. Namun, tidak ada kematian yang dilaporkan sejauh ini.

Keluarga henipavirus, yang termasuk jenis baru ini, digolongkan sebagai virus tingkat keamanan hayati 4 menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus ini dapat memiliki tingkat kematian mulai dari 40 hingga 75 persen.

Seperti yang dicatat oleh Global Times, ini jauh di atas tingkat kematian yang umum untuk virus Corona, keluarga virus yang menjadi penyebab COVID-19.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya