Liputan6.com, Jakarta Studi oleh peneliti dari The University of Queensland merupakan yang pertama dari jenisnya yang mengungkapkan bahwa orang-orang dari generasi Z (kelahiran 1996-2009) yang hidup dengan Down Syndrome memiliki aspirasi yang tinggi dan semangat hidup yang besar.
Dilansir dari DisabilityInsider, penelitian tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Associate Professor Rhonda Faragher dan Dr Janette Lloyd dari UQ's School of Education. Para peneliti melakukan wawancara dan kelompok fokus di seluruh negeri, mengeksplorasi kualitas hidup Gen Z dengan Down Syndrome.
Advertisement
“UQ’s Down Syndrome Research Program telah berlangsung selama 40 tahun dan kami ingin tahu seperti apa kehidupan mereka yang baru saja menyelesaikan sekolah dan bagaimana kehidupan mereka mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya,” kata Dr Faragher.
“Kami merasa bahwa teknologi baru, sekolah inklusif, dan keterlibatan masyarakat akan berdampak pada pengalaman generasi baru orang dewasa muda.”
Empat asisten peneliti, yang juga hidup dengan Down Syndrome, dipekerjakan oleh UQ untuk melakukan wawancara dan kelompok fokus di seluruh negeri.
“Mereka sangat berharga karena membantu kami melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, seperti memilih kata dan gambar untuk membuat informasi lebih mudah dipahami oleh peserta penelitian. Kami belajar banyak dari mereka seperti halnya mereka dari kami,” kata Dr Faragher.
Tim mewawancarai 26 orang berusia antara 18 hingga 30 tahun, untuk mengumpulkan data guna menginformasikan kebijakan dan praktik nasional dan internasional.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Keluarga sering menerima informasi Hoax
“Di Australia, keluarga secara rutin diberikan informasi palsu dan ketinggalan zaman tentang Down Syndrome,” kata Profesor Faragher.
"Ini berimplikasi pada keputusan yang diminta orang tua untuk dibuat dalam berbagai konteks seperti tes pranatal, pendidikan, dan perawatan kesehatan."
Studi ini menemukan bahwa alih-alih kualitas hidup yang buruk, responden Gen Z memiliki harapan dan impian besar untuk pekerjaan dan hobi, serta kegembiraan dan kepuasan dalam hubungan mereka dengan keluarga dan teman.
“Mereka terlibat dengan teknologi dengan cara yang sangat cerdas, bahkan orang yang memiliki komunikasi terbatas menggunakan perangkat mereka untuk menemukan hal-hal yang menarik minat mereka secara online, serta teks dan FaceTime,” kata Dr Faragher.
Advertisement
Peserta studi menyadari keterbatasannya
Studi ini juga menemukan para peserta sangat menyadari keterbatasan mereka dan tidak suka diperlakukan berbeda.
Dr Faragher mengatakan para pemuda dengan Down Syndrome berharap diperlakukan dengan hormat dan bermartabat, tetapi temuan penelitian menunjukkan harapan yang rendah dan persepsi ketidakmampuan tetap ada.
"Seorang peserta mengatakan petugas polisi mendekatinya setelah acara olahraga untuk menanyakan apakah ia baik-baik saja ketika ia baru saja memesan Uber untuk dirinya sendiri. Meskipun polisi memiliki niat baik, mereka bisa saja bertanya apakah ia menikmati pertandingan untuk mengetahui apakah ia baik-baik saja," katanya.
Penelitian yang berjudul "Stepping out in the world: the new adults for Gen Zs with Down syndrome" ini, didanai oleh National Disability Research Partnership (NDRP) yang diselenggarakan oleh University of Melbourne dan didanai oleh Department of Social Services.