Liputan6.com, Yogyakarta - Mi kopyok adalah salah satu dari sekian banyak makanan legendaris khas Kota Semarang. Terkadang orang menyebutnya dengan sebutan mi lontong, karena disajikan bersama dengan lontong, atau mi teng teng karena penjualnya seringkali memukul piring yang berbunyi 'teng-teng-teng' sebagai tanda untuk memasarkan dagangannya.
Meski memiliki beberapa nama, makanan legendaris ini lebih populer disebut mi kopyok. Sajian ini merupakan perpaduan mi kuning, lontong, tauge, dan tahu yang sebelumnya dicelupkan ke air mendidih, taburan seledri, serta kerupuk gendar yang diremas dan ditaburkan secara merata di atasnya.
Nama 'kopyok' berasal dari bahasa Jawa yang berarti diaduk. Sesuai dengan namanya, cara menyantap mi kopyok paling enak adalah dengan mengaduk semua komponen yang ada di dalamnya.
Baca Juga
Advertisement
Sajian ini akan sulit ditemukan di daerah lain. Meskipun di kota lain ada beberapa tempat makan yang menyajikan mi kopyok, tetapi cita rasanya akan berbeda dengan mi kopyok yang ada di Semarang.
Selain rasanya yang berbeda, seringkali mi kopyok yang dijual di kota lain tidak menyertakan kerupuk gendar sebagai pelengkap. Padahal, kerupuk gendar merupakan komponen penting karena memberikan cita rasa yang lebih kaya.
Salah satu warung mi kopyok yang populer di Semarang, yakni Mie Kopyok Pak Dhuwur. Bermula pada 1970-an, Pak Dhuwur mendorong gerobak keluar masuk kampung mendatangi pelanggan, kini ia sudah mempunyai warung tetap.
Hingga saat ini, Mie Kopyok Pak Dhuwur sudah memiliki beberapa cabang. Selain di Jalan Tanjung Nomor 18A, Pandansari, Semarang, warung ini juga bisa ditemukan di Pujasera Jalan Kyai Saleh, Mugassari, Semarang. Selain itu, untuk memenuhi keinginan pelanggannya, cabang kedua kuliner Semarang ini pun dibuka, yakni di Jalan Dr. Sumarno Gang Sadar II Nomor 43 14 8 8, RT14/RW8, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.
Penulis: Resla Aknata Chak