Liputan6.com, Yogyakarta - Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta atau yang sering disapa Bung Hatta adalah seorang negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai wakil presiden Indonesia yang pertama. Pemikiran dan sumbangsihnya di bidang ekonomi, khususnya perkembangan koperasi, membuat ia dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
Proklamator Republik Indonesia ini dikenal dengan gaya hidupnya yang sangat sederhana. Salah satu cermin kesederhanaan Bung Hatta bisa ditemui dari cerita tentang sepatu buatan Swiss, Bally, yang begitu diidamkannya.
Pada 1950-an, Bally sudah menjadi sebuah merek sepatu bermutu tinggi yang terkenal di Indonesia dan harganya tidak murah. Saat itu, Bung Hatta melihat sebuah iklan di koran yang menampilkan kemewahan sepatu Bally.
Baca Juga
Advertisement
Dalam iklan tersebut, juga tercantum informasi tentang tempat penjualannya. Bung Hatta yang belum memiliki cukup uang, memilih untuk menggunting iklan tersebut dan menyimpan potongannya di dompet.
Tak lama setelah wafat pada 14 Maret 1980, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan potongan kertas yang telah usang di dalam dompetnya. Potongan kertas tersebut adalah iklan sepatu Bally yang sempat disimpan Bung Hatta cukup lama.
Kenyataannya, semasa hidup Bung Hatta, uang tabungannya tak pernah cukup untuk dapat meraih sepatu itu. Sebab, kebutuhan rumah tangga atau membantu kerabat yang meminta pertolongan menjadi prioritasnya ketimbang sepasang sepatu.
Hal itu juga tertulis dalam buku "Untuk Republik: Kisah-Kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa" karya Faisal Basri dan Haris Munandar. Dalam buku itu diceritakan, hingga akhir hayatnya, Bung Hatta tidak pernah memiliki sepatu merek Bally yang diidamkannya, atau lebih tepatnya memilih untuk tidak memilikinya.
Jika dilihat dari jabatannya saat itu, tentu bukan hal sulit baginya untuk membeli sepasang sepatu Bally. Namun, Bung Hatta memilih untuk hidup sederhana.
Penulis: Resla Aknaita Chak