Dua Faktor yang Sebabkan Kadar Antibodi Orang Indonesia pada COVID-19 Bisa Alami Kenaikan

Vaksinasi dan infeksi COVID-19 jadi dua faktor yang sebabkan antibodi orang Indonesia meningkat dalam tujuh bulan terakhir.

oleh Diviya Agatha diperbarui 12 Agu 2022, 10:54 WIB
Tenaga kesehatan bertopeng superhero memperlihatkan botol vaksin covid-19 kepada orang tua anak saat vaksinasi anak usia 6-11 tahun di RSIA Tambak, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Penggunaan topeng superhero dimaksudkan menarik minat anak-anak yang mengikuti vaksinasi. (lLiputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Survei serologi yang dilakukan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) menunjukkan adanya kenaikan pada kadar antibodi orang Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.

Perwakilan Tim Pandemi COVID-19 FKMUI, dr Iwan Ariawan mengungkapkan bahwa survei tersebut dilakukan pada 100 kabupaten dan kota di Indonesia yang terpilih dan tersebar merata.

"Responden dari sero-survey ini sangat tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga hasilnya menggambarkan kadar antibodi pada penduduk di Indonesia," ujar Iwan dalam konferensi pers Serologi Survey Nasional Ketiga pada Kamis (11/8/2022).

Dari hasil survei tersebut, kadar antibodi orang Indonesia mengalami peningkatan sebanyak empat kali lipat dalam tujuh bulan terakhir terhitung sejak Desember 2021 - Juli 2022.

Pada Desember 2021, kadar antibodi pada partisipan survei tersebut sebesar 444,8 u/ml. Namun saat Juli 2022, kadar antibodi naik empat kali lipat menjadi 2097,0 u/ml.

Hal tersebut dapat terjadi lantaran menurut perwakilan lainnya dari Tim Pandemi COVID-19 FKMUI, Muhammad N Farid, masyarakat Indonesia sudah melakukan vaksinasi COVID-19, dan terdapat pula masyarakat yang sudah terinfeksi virus SARS-CoV-2 sebelumnya.

Sehingga peningkatan kadar antibodi pun dapat terlihat. Namun survei yang dilakukannya bersama tim memang belum mengetahui secara pasti faktor mana yang lebih tinggi untuk membentuk kadar antibodi.

"Yang bisa kita ketahui adalah vaksinasi meningkat, laporan kasus juga meningkat. Jadinya ada peningkatan antibodi yang disebabkan oleh dua faktor ini yang kita enggak tahu mana yang lebih superior," ujar Farid.


Vaksinasi Jadi Upaya yang Bisa Terus Dilakukan

Seorang anak menerima vaksin booster COVID-19 di Taman Pemuda Pratama, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/4/2022). Bagi warga yang sudah vaksin dua kali masih perlu tes antigen, dan yang sudah vaksin booster lengkap tidak perlu tes apa-apa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lebih lanjut Farid mengungkapkan bahwa meskipun antibodi juga bisa terbentuk dari infeksi, yang bisa dikejar saat ini adalah vaksinasi COVID-19 itu sendiri.

"Tapi yang bisa kita kejar saat ini adalah peningkatan vaksinasi, itu yang lebih penting sebenarnya, karena seperti yang tadi dikatakan, tadi yang tinggal kelas (capaian vaksinasinya) itu masih 50 persen," ujar Farid.

Sehingga studi tersebut menyimpulkan bahwa meskipun kejadian infeksi naik, tingkat keparahan, tingkat hospitalisasi pasien, dan angka kematian tidak mengalami kenaikan.

Farid menambahkan, peningkatan penduduk yang sudah divaksinasi COVID-19 memang sudah meningkat 10 persen, dari 70 menjadi 80 persen dari Desember 2021 hingga Juli 2022.

"Ini (vaksinasi) tentunya akan men-trigger cakupan yang mempunyai antibodi atau kadar antibodi itu sendiri," ujar Farid.

Dalam kesempatan yang sama, Iwan mengungkapkan bahwa proporsi penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2 terhitung sejak Desember 2021 hingga Juli 2022 juga mengalami peningkatan.

"Dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022. Meskipun bukan berarti sudah memiliki antibodi ini, penduduk tersebut tidak bisa terkena atau terinfeksi COVID-19," ujar Iwan.


Risiko Keparahan Menurun dengan Vaksinasi

Petugas medis menyuntikkan vaksin Sinovac kepada warga lanjut usia (lansia) di Alun-Alun Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/2/2022). Sebanyak 600 dosis vaksin Sinovac disiapkan pemerintah setempat untuk warga lansia guna mencegah penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Iwan menjelaskan, masyarakat yang telah melakukan vaksinasi COVID-19 lengkap maupun vaksinasi booster masih tetap berisiko terinfeksi. Hanya saja, tingkat keparahannya akan berkurang jauh karena antibodi dalam tubuh yang tinggi.

"Tetap bisa terinfeksi COVID-19. Tapi risiko nanti untuk terjadinya COVID-19 berat atau risiko meninggalnya jauh berkurang dengan adanya kadar antibodi yang memadai atau tinggi," kata Iwan.

Epidemiolog sekaligus perwakilan Tim Pandemi COVID-19 FKMUI, dr Pandu Riono turut mengungkapkan bahwa peningkatan kadar antibodi tersebut ternyata paling tinggi pada kelompok yang sudah melakukan vaksinasi booster.

"Kenaikan itu ternyata paling tinggi pada kelompok yang mana? Kelompok yang di booster --- Artinya semakin lengkap dosis vaksinasi, semakin tinggi kadar antibodi," ujar Pandu.

Pandu menjelaskan, perbedaan kadar antibodi juga ikut meningkat seiring dengan adanya peningkatan kelompok umur. Dari hasil survei, terlihat kadar antibodi pada orang dengan usia 60 tahun ke atas lebih tinggi usai melakukan vaksinasi booster.

"Jadi antara Desember dan Juli itu terjadi peningkatan, dan peningkatan terbesar pada kelompok 60 tahun keatas karena waktu itu prioritas booster-nya lebih tinggi pada kelompok 60 tahun keatas," kata Pandu.


Lengkapi Vaksinasi, Tingkatkan Antibodi

Warga menunggu untuk mendapatkan vaksin dosis ketiga (Booster) di RPTRA Kopi Gandaria, Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (15/7/2022). Pemerintah Indonesia mewajibkan vaksinasi booster sebagai persyaratan untuk memasuki fasilitas publik/fasilitas umum antara lain perkantoran, tempat wisata, pusat perbelanjaan, dan area publik. (merdeka.com/Imam Buhori)

Menurut Pandu, dengan melakukan vaksinasi booster, kadar antibodi akan mengalami peningkatan yang signifikan bila merujuk pada hasil survei tersebut.

"Ternyata dengan melengkapi vaksinasi hingga jadi booster meningkatkan kadar antibodi. Dampaknya apa? Selama bulan terjadi lonjakan kasus, angka keparahannya yang masuk rumah sakit, angka kematian tidak meningkat tajam," ujar Pandu. 

Namun di sisi lain, hasil survei menunjukkan bahwa cakupan vaksin booster pertama justru masih rendah yakni sekitar 28 persen. Padahal jika merujuk pada data, vaksinasi booster menjadi sangat penting untuk dilakukan. 

"Jadi masih jauh dari target yang kita inginkan. Jangan pikirkan dulu booster yang kedua, kita tuntaskan dulu booster yang pertama. Kalau itu bisa kita tuntaskan, barangkali kita tidak butuh booster kedua," ujar Pandu. 

 

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya