Liputan6.com, Jakarta Produsen tepung terigu memastian suplai gandum ke Indonesia masih aman. Meski, diakui akses dari Ukraina masih belum lancar sepenuhnya.
Hal ini menyusul kekhawatiran sejumlah pihak soal stok gandum yang mempengaruhi harga mi instan. Bahkan, terjadi kenaikan harga mi instan dalam beberapa waktu terakhir.
Advertisement
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan stok ke dalam negeri masih aman. Ia mengatakan paling banyak mendapatkan suplai dari Australia, Kanada, dan Amerika Selatan.
"Availability dunia, ketersediaan gandum dunia itu kan terbesar Amerika, Australia, Kanada, Amerika Selatan, dan itu mereka premium ya, jadi untuk roti, untuk mi instan, itu kita bukan dari Ukraina, mungkin lebih cocok untuk pakan ternak, bukan protein tinggi," kata dia dalam sambungan telepon dengan Liputan6.com, Kamis (11/8/2022).
Terkait gandum yang disebut berpengaruh pada harga mi instan, Ratna mengungkap ada komponen lain yang mempengaruhi harga. Jadi tak hanya bergantung pada harga gandum sebagai salah satu bahan baku mi instan.
"Mi instan kalau naik kan tidak hanya terigu, sekarang dalam mi instan itu kan komponennya hanya 20 persen, ada minyak, ada packaging, ini pasti, karena semua plastik kan, pasti naiknya," terang dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Berdampak
Ratna kembali menekankan kalau tertahannya pasokan gandum dari Ukraina tak berdampak langsung di Indonesia. Sejauh ini ia belum mendapat laporan dari anggota Aptindo mengenai dampak langsung dari hal tersebut.
"Itu kan tertahan karena (perang) Ukraina dan Rusia, mereka, rusia memblok pelabuhan Ukraina, tapi gak ada dampak ke kita, paling jadi gejolak harga secara psikologi ya, gak ada (dampak)," ungkapnya.
"Sampai sekarang saya belum dengar tuh, ya memang keekhawatiran ada ya, tapi sampai gak ada pasokan enggak," tambahnya.
Advertisement
Kenaikan Harga
Sementara itu, ia tak menampik adanya kenaikan harga gandum, meski tidak secara signifikan. Menurutnya, ini bukan imbas langsung dari gangguan suplai akibat perang Rusia-Ukraina.
Ia menjelaskan, tersendatnya suplai bukan lagi soal akses yang diblokir dari Ukraina, tapi lebih kepada akses logistik yang belum normal.
"Kalau harga yang secara psikologis ya, isu perang ini, sekarang misalnya gini 'oh Ukraina sudah dibuka (akses ekspor gandum)', kapal mana yang mau secepat itu ambil gandum? asuransi mana yang cepat, juga berisiko tinggi? kan gitu," tuturnya.
Penyuplai Gandum ke Indonesia
Ratna juga membagikan data penyuplai gandum ke Indonesia. Sejak Januari-Juni 2022, suplai gandum paling banyak didatangkan dari Australia, diikuti Argentina dan Kanada.
Secara total, Indonesia mengimpor sebanyak 5 juta metrik ton (MT) gandum. Australia menyumbang sekitar 1,9 juta MT atau 38,2 persen dari total.
Kemudian, Argentina menyuplai 1,4 juta MT atau 29 persen dari total. Lalu Kanada menyuplai 624 ribu MT atau 12,5 persen. Brazil menyuplai 594 ribu MT atau 11,9 persen.
Diikuti India dengan suplai sebanyak 302 ribu MT atau sekitar 6 persen. Amerika Serikat menyuplai 62 ribu MT atau 1,2 persen.
Republik Moldova menyuplai sekitar 35 ribu MT atau 0,7 persen. Sementara Ukraina hanya menyuplai 5 ribu MT atau setara 0,1 persen dari total impor gandum.
Advertisement