Liputan6.com, Jakarta - Standar kecantikan tradisional di dunia kembali berubah seiring waktu. Bila sebelumnya bentuk tubuh ideal diasosiasikan dengan mereka yang bertubuh kurus tanpa lekuk, kini persepsi bantuk tubuh ideal adalah yang berlekuk. Situasi itu memengaruhi tren operasi plastik di dunia. Dilaporkan semakin banyak wanita yang menjalani prosedur tertentu agar lekuk tubuh mereka lebih terlihat.
Baca Juga
Advertisement
Sebuah studi yang diterbitkan jurnal medis Cureus menyebutkan bahwa menanjaknya popularitas model plus size atau bertubuh subur dinilai berkontribusi terhadap tren baru operasi plastik. Kebanyakan dari mereka melakukan prosedur pembesaran bokong dan implan payudara.
"Permintaan operasi plastik seperti membesarkan bokong bisa dibilang meningkat. Hal itu membuat orang semakin menyukai bentuk tubuh plus size dan lekuk tubuh yang lebih terlihat," ucap Profesor Neelam Vashi dari Boston University, diansir dari New York Post, Kamis, 8 Agustus 2022.
Menurut New York Times, pembesaran bokong jadi prosedur operasi plastik yang semakin tinggi permintaannya di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS) saja ada 61.837 operasi yang dijalani sepanjang tahun lalu.
Prosedur tersebut melibatkan pengambilan lemak dari salah satu bagian tubuh dan dimasukkan ke bagian bokong orang yang menjalani operasi tersebut. Namun, operasi seperti itu sebelumnya dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengaruh Industri Fesyen
Pada 2018, komunitas oplas mengangkat isu tentang risiko kematian terhadap prosedur pembesaram bokong di Brasil. Menurut mereka, risiko kematian dari oplas tersebut jauh lebih besar dibandingkan jenis oplas lainnya.
Sejumlah selebritas seperti Ashley Graham dan Tess Holiday diyakini jadi inspirasi banyak orang untuk melakukan prosedur tersebut. Industri fesyen juga ditengarai semakin mengangkat popularitas para model berukuran plus.
Menurut Vashi, sudah banyak rumah mode mulai mengontak para model bertubuh subur untuk membawakan produk mereka, termasuk dalam kampanye marketing mereka. Sebuah penelitian di media sosial menemukan fakta bahwa rata-rata seorang model plus size terkenal punya 3,8 juta pengikut di akun medsos mereka. Sedangkan, para model mainstream papan atas punya pengikut rata-rata 38 juta.
Namun, studi tersebut juga menyebutkan tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah likes, komentar maupun unggahan yang dimiiki para model plus size dengan para model bertubuh langsing, seperti Gigi Hadid dan Cara Delevingne.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Standar Kecantikan
Para peneliti berangkat dari asumsi bahwa standar kecantikan, terutama bentuk tubuh ideal sudah mulai berubah di AS. Hal itu bisa dilihat dari meningkatnya popularitas para model plus size serta permintaan oplas untuk memiliki bentuk tubuh seperti para model plus size.
"Selama ini yang jadi standar kecantikan Amerika adalah punya tubuh super langsing seperti para model Victoria’s Secret. Untuk mengetahui apakah standar ini mulai berubah, kami melakukan studi terhadap para model plus size agar lebih bisa memahami seberapa besar pengaruh mereka terhadap standar kecantikan belakangan ini," terang Vashi.
Studi tersebut melibatkan 159 model plus size untuk mengetahui berapa ukuran rata-rata tinggi, lingkar dada dan pinggang sampai ukuran pakaian mereka. Mereka juga mendalami bayaran para model plus size dibandingkan para model mainstream papan atas berdasarkan data dari Forbes.
Hasil studi menemukan bahwa rasio ukuran pinggang-pinggul dari dua grup (plus size dan mainstream) tetap rendah yang menunjukkan standar kecantikan ternyata tidak berubah.
"Kehadiran para model plus size lebih banyak disebabkan oleh tekanan masyarakat terhadap para produsen untuk meningkatkan kepedulian pada perbedaan bentuk tubuh, terutama bagi mereka yang punya ukuran pakaian besar yaitu 14 sampai 16," terang Vashi.
Ukuran Ideal
Kesimpulan tersebut juga bisa dilihat dari eksistensi para model dari dua grup tersebut di media sosial. Vashi menekankan, tak ada model plus size masuk daftar Top 10 model dengan bayaran tertinggi menurut Forbes.
Para model dengan bayaran tertinggi adalah mereka yang punya ukuran pakaian antara 0 sampai 4. Salah satu contohnya adalah Kendall Jenner. Ia punya 154 juta pengikut di akun Instagram miliknya, jumlah itu hampir mencapai setengah populasi warga AS.
Kesamaannya, para model plus size dan mainstream mendapatkan sorotan lebih dari penampilan mereka di televisi atau film. Bedanya, para model mainstream konsisten berada di urutan teratas dalam hal pengaruh atau kekuatan di media sosial.
Vashi mengatakan, saat ini terjadi persaingan antara grup yang lebih memilih model plus size dengan model mainstream. Namun, pertentangan itu sepertinya akan semakin berkurang seiring dengan popularitas model plus size yang semakin menanjak.
Vashi kembali mengingatkan ukuran ideal untuk pakaian masih tetap sama. "Dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai penerimaan publik terhadap bentuk tubuh tertentu tanpa menilai rasio ukuran pinggang-pinggul yang selama ini jadi ukuran ideal," tutupnya.
Advertisement