Liputan6.com, Jakarta Pemberian vaksin booster kedua atau vaksin COVID-19 keempat untuk tenaga kesehatan (nakes) sudah mulai diberikan sejak Jumat 29 Juli 2022. Nakes memang menjadi kelompok berisiko tinggi selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Selain itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril sempat mengungkapkan bahwa setelah nakes, kelompok berisiko lain seperti lansia dan wartawan yang akan masuk dalam daftar prioritas untuk vaksin booster kedua.
Advertisement
Namun, belum dapat memastikan kapan lansia dan wartawan diperbolehkan untuk mendapatkan vaksin booster kedua. Syahril pun mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah masih berfokus untuk mengejar capaian vaksinasi booster pertama.
"Saat ini kita semua fokus dulu ke booster satu atau vaksin ketiga untuk seluruh masyarakat Indonesia, karena capaian kita masih 28 persen dari target minimal 50 persen yang kita inginkan," ujar Syahril dalam konferensi pers Serologi Survey Nasional Ketiga ditulis Jumat, (12/8/2022).
Menurut Syahril, pemberian vaksin booster kedua didorong oleh adanya peningkatan kasus akibat masuknya Omicron subvarian baru. Sehingga pemerintah ingin memberikan perlindungan pada yang berisiko tinggi terutama nakes.
Sehingga kelompok berisiko lainnya diharapkan untuk menunggu saja waktu pemberian vaksin booster kedua, karena belum dapat dipastikan secara jelas kapan akan mulai diberikan.
"Nah yang berisiko tinggi lain termasuk pelayanan publik, termasuk wartawan kemudian lansia dan komorbid, kita tunggu saja waktunya. Tentunya akan menjadi perhatian pemerintah yang akan datang," kata Syahril.
Khawatir Nakes Tumbang
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir epidemiolog sekaligus perwakilan Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), dr Pandu Riono. Menurutnya, kelompok berisiko tinggi lainnya memang masih menunggu dan prioritas utama saat ini adalah nakes.
"Kita masih pada kelompok nakes, karena kemarin kita melihat beberapa nakes itu wafat, dan kita khawatirkan nakes banyak yang bertumbangan lagi. Kita enggak mau kehilangan nakes yang sudah semakin terbatas jumlahnya," ujar Pandu.
"Bukan berarti kelompok lain tidak penting, kita selalu berdasarkan prioritas. Jadi prioritas pada nakes yang keempat karena dulu yang pertama kali dapat booster itu adalah nakes, yang paling awal. Jadi karena paling awal, dia memang harusnya jadi prioritas (lebih dulu)," tambahnya.
Pandu menjelaskan, jikalau nakes sudah selesai, maka pemerintah baru bisa memikirkan prioritas selanjutnya yang menjadi kelompok berisiko. Terlebih, antibodi pada masyarakat saat ini juga dinilai sudah lebih baik.
Berdasarkan hasil survei serologi Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan Tim Pandemi COVID-19 FKMUI sendiri, terdapat peningkatan proporsi penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2 terhitung sejak Desember 2021 - Juli 2022.
Advertisement
Antibodi Masyarakat Terhadap COVID-19 Meningkat
Tim Pandemi COVID-19 FKMUI, dr Iwan Ariawan mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan menjadi 98,5 persen dalam proporsi penduduk Indonesia yang memiliki antibodi.
"Dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022. Meskipun bukan berarti sudah memiliki antibodi ini, penduduk tersebut tidak bisa terkena atau terinfeksi COVID-19," ujar Iwan.
"Tetap bisa terinfeksi COVID-19. Tapi risiko nanti untuk terjadinya COVID-19 berat atau risiko meninggalnya jauh berkurang dengan adanya kadar antibodi yang memadai atau tinggi," tambahnya.
Iwan menambahkan, dari hasil survei tersebut, kadar antibodi orang Indonesia juga mengalami peningkatan sebanyak empat kali lipat dalam tujuh bulan terakhir (Desember 2021 - Juli 2022) dari sebelumnya 444,8 u/ml menjadi 2097,0 u/ml.
Hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat Indonesia sudah melakukan vaksinasi COVID-19, dan terdapat pula masyarakat yang sudah terinfeksi virus SARS-CoV-2 sebelumnya. Sehingga peningkatan kadar antibodi pun terjadi.
Peningkatan Antibodi dari Vaksin dan Infeksi
Lebih lanjut perwakilan lainnya dari Tim Pandemi COVID-19 FKMUI, Muhammad N Farid mengungkapkan bahwa kenaikan antibodi tersebut dikarenakan oleh masyarakat Indonesia sudah melakukan vaksinasi COVID-19, dan terdapat pula masyarakat yang sudah terinfeksi virus SARS-CoV-2 sebelumnya.
Sehingga peningkatan kadar antibodi pun dapat terlihat. Namun survei yang dilakukannya bersama tim memang belum mengetahui secara pasti faktor mana yang lebih tinggi untuk membentuk kadar antibodi.
"Yang bisa kita ketahui adalah vaksinasi meningkat, laporan kasus juga meningkat. Jadinya ada peningkatan antibodi yang disebabkan oleh dua faktor ini yang kita enggak tahu mana yang lebih superior," ujar Farid.
Menurut Farid, meskipun antibodi juga bisa terbentuk dari infeksi, yang bisa dikejar saat ini adalah vaksinasi COVID-19 itu sendiri.
"Tapi yang bisa kita kejar saat ini adalah peningkatan vaksinasi, itu yang lebih penting sebenarnya, karena seperti yang tadi dikatakan, tadi yang tinggal kelas (capaian vaksinasinya) itu masih 50 persen," pungkasnya.
Advertisement