[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: 5 Hal tentang Penyakit Virus Langya

Virus Langya merupakan bagian dari Henipavirus, satu kelompok dengan dengan virus Hendra dan Nipah yang sudah lama kita kenal.

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 12 Agu 2022, 14:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto dok. pribadi

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa hari ini ada berbagai berita tentang penyakit akibat virus Langya atau LayV yang dilaporkan di Tiongkok. Ada lima hal tentang LayV ini.

Pertama, virus Langya merupakan bagian dari Henipavirus, satu kelompok dengan virus Hendra dan Nipah yang sudah lama kita kenal.

Virus Nipah pertama kali ditemukan pada tahun 1999 di Malaysia dan Singapura yang menyebabkan penyakit pada ratusan orang, angka kematiannya dapat berkisar antara 40 sampai 70%. Sesudah itu ada juga laporan kasus dari Bangladesh dan India, dan ada kematian pula.

Penyakit akibat virus Nipah pernah beberapa kali mendapat perhatian khusus para ahli tentang kemungkinan penyebarannya yang lebih luas lagi, yang kita bersyukur sampai sekarang belum terjadi. Sementara itu, penyakit akibat virus Hendra pertama kali dilaporkan di Australia, dengan kasus pada kuda dan juga manusia, dengan angka kematian yang cukup tinggi pula.

Kedua, baik penyakit akibat virus Nipah, virus Hendra dan virus Langya bersifat zoonotik, menular dari hewan ke manusia. Sejauh ini belum ada bukti tentang adanya penularan antar manusia pada penyakit akibat virus Langya, sementara pada yang akibat virus Nipah misalnya ada dugaan penularan antara manusia. Nama "Hendra" adalah daerah sub urban dari Brisbane. Sedang nama "Nipah", kita kenal dari bahasa Melayu dan nama "Langya" adalah distrik di Propinsi Anhui, Tiongkok.

Ketiga, gejala penyakit akibat virus Langya meliputi demam, lemah, batuk, hilang nafsu makan dan nyeri otot.

Tegasnya, seperti juga penyakit akibat virus SARS CoV penyebab COVID-19, virus Hendra, virus Nipah dan virus Langya ini semuanya merupakan penyakit paru dan saluran napas, atau “respiratory diseases”.

 


Penyakit Akibat Virus Langnya Tidak Sering dan Sporadik

Keempat, informasi tentang penyakit akibat virus Langya ini terkompilasi dalam jurnal ilmiah New England Journal of Medicine pada 4 Augustus 2022 ini, beberapa hari yang lalu. Laporan kasusnya bermula dari bulan Desember 2018 dimana seorang wanita 53 tahun masuk rumah sakit di Tiongkok, dan kemudian dilaporkan lagi 34 kasus Langya ini di dua provinsi di bagian timur Tiongkok. Semua kasus ini sembuh dengan baik dan tidak ada hubungan penularan satu dengan lainnya, tidak “interlinked”.

Kelima, penelitian di New England Journal of Medicine ini juga menunjukkan bahwa penyakit ini tidak ditularkan ke kontak dekat/erat pasiennya, dan juga tidak ada riwayat sumber penularan yang sama di antara pasien-pasien ini. Sebagian besar pasien jelas ada kontak erat dengan hewan sebelum mereka jatuh sakit.

Jadi sejauh ini disimpulkan bahwa penyakit akibat virus Langya ada dalam bentuk infeksi sporadik, tidak sering dan terjadi akibat penularan dari hewan ke manusia.

 

Prof Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara/Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit/ Mantan Kabalitbangkes

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya