Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari sepertiga orang dewasa di Amerika Serikat mengungkapkan telah menguras rekening tabungan mereka untuk membayar biaya hidup yang tinggi, ketika negara itu menghadapi lonjakan inflasi.
Dalam menghadapi inflasi yang tinggi, 36 persen orang mengatakan bahwa mereka telah menarik rata-rata USD 617 dari tabungan mereka selama enam bulan pertama tahun ini, menurut
Advertisement
Dilansir dari CNBC International, Jumat (12/8/2022) survei pemantauan harta yang dilakukan New York Life menunjukkan bahwa 36 persen respondennya telah menarik dana rata-rata sebesar USD 617 dari tabungan mereka selama enam bulan pertama tahun ini.
Dalam periode waktu yang sama, tingkat tabungan pribadi AS juga turun menjadi 5,1 persen pada Juni 2022 dari 8,7 persen pada Desember 2021, menurut pengukuran terbaru dari Federal Reserve Bank of St. Louis.
Berdasarkan kelompok usia, Gen X (generasi yang lahir dari tahun 1965 hingga 1980) telah mengambil paling banyak uang dari tabungan mereka untuk pengeluaran sehari-hari, yang rata-rata senilai USD 644.
Seperti diketahui, inflasi yang tinggi terus menekan anggaran konsumen di AS, meskipun sudah sedikit berkurang.
Informasi terbaru mengenai upah per jam di AS juga menunjukkan peningkatan hanya sebesar 5,2 persen pada bulan Juli dari tahun sebelumnya, yang berarti inflasi secara umum menghapus peningkatan pendapatan.
Dalam upaya menekan tingginya inflasi, Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga targetnyahingga 0,75 poin persentase, menandai kenaikan kedua berturut-turut.
The Fed juga diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga pada bulan September mendatang, ketika komite penetapan suku bunga bertemu lagi.
Inflasi Amerika Serikat Tembus 8,5 Persen di Juli 2022
Inflasi di Amerika Serikat mulai mereda, setelah penurunan biaya bensin membantu mengurangi kecepatan.
Dilansir dari BBC, Kamis (11/8/2022) AS melaporkan tingkat inflasi Amerika Serikat 8,5 persen untuk bulan Juli 2022, turun dari 9,1 persen yang tercatat pada bulan Juni, menurut Departemen Tenaga Kerja negara itu.
Harga bensin di AS telah turun hingga 7,7 persen dibandingkan dengan bulan Juni, ketika harga di SPBU telah mencapai rekor tertinggi rata-rata lebih dari 5 dolar per galon.
"Ini belum berarti penurunan inflasi yang diharapkan (bank sentral AS). Tapi ini adalah permulaan dan kami berharap akan melihat tanda-tanda yang lebih luas dari pelonggaran tekanan harga selama beberapa bulan ke depan," kata Paul Ashworth, Kepala Ekonom AS di Capital Economics.
AS telah menghadapi kenaikan biaya pangan dan energi sejak tahun lalu, didorong oleh permintaan yang kuat dari konsumen.
Pada saat yang sama, lockdown terkait pandemi di China, perang Rusia-Ukraina, dan tantangan lobal lainnya telah membebani pasokan barang, termasuk kebutuhan seperti minyak dan gandum.
Selama 12 bulan terakhir, harga bahan makanan di AS telah melonjak 13,1 persen, menandai kenaikan tahunan terbesar sejak 1979.
Naiknya harga kopi mendorong biaya tersebut lebih mahal pada Juli 2022, melonjak 3,5 persen sejak Juni.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Joe Biden Senang Inflasi AS Turun, Meski Akui Biaya Hidup Masyarakat Masih Berat
Inflasi di Amerika Serikat (AS) mulai mereda pada bulan Juli 2022. Indeks harga konsumen AS turun ke tingkat tahunan 8,5 persen pada Juli 2022.
Penurunan inflasi AS ini didorong oleh harga bensin yang mulai turun. Sebelumnya, pada Juni 2022, AS melaporkan lonjakan inflasi hingga 9,1 persen.
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (11/8/2022), Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan indeks harga konsumen AS turun ke tingkat tahunan 8,5 persen, lebih rendah dari proyeksi pasar.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa inflasi memang sudah menunjukkan tanda-tanda moderasi, tetapi masih memerlukan upaya yang lebih besar untuk meringankan biaya hidup konsumen.
"Kita sudah melihat beberapa tanda inflasi mungkin mulai moderat," kata Biden.
"Tetapi biaya hidup masyarakat masih berat, meski inflasi nol bulan lalu," ungkapnya.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS meunjukkan penurunan tajam dalam biaya bensin mengimbangi kenaikan harga pangan, sewa dan biaya lainnya selama sebulan.
"Sekarang saya ingin memperjelas, dengan tantangan global yang kita hadapi, mulai dari perang di Eropa hingga gangguan rantai pasokan dan penutupan pandemi di Asia, kita dapat menghadapi tantangan tambahan di bulan-bulan mendatang," Biden memperingatkan.
"Pekerjaan kita (meredam inflasi) masih jauh dari selesai," ucapnya.
Selama 12 bulan terakhir, harga bahan makanan di AS telah melonjak 13,1 persen, menandai kenaikan tahunan terbesar sejak 1979. Naiknya harga kopi mendorong biaya tersebut lebih mahal pada Juli 2022, melonjak 3,5 persen sejak Juni.
Inflasi AS Turun, Menko Airlangga: Semuanya Tidak Gelap Lagi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, angka inflasi di Amerika Serikat (AS) mulai terkendali. Inflasi AS per Juli 2022 turun menjadi 8,5 persen dari sebelumnya 9,1 persen. Hal ini membuat semua negara di dunia bisa bernafas lega.
Sebelumnya, tingginya angka inflasi AS membuat sejumlah negara kelimpungan. Tingkat inflasi yang melonjak tinggi menjadi awal hitam bagi perekonomian negara-negara dunia, tak terkecuali Indonesia.
"Inflasi di AS sudah turun," kata Airlangga Hartarto di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (11/8/2022).
Turunnya inflasi tersebut kata Airlangga menjadi sinyal baru bagi ekonomi dunia. Sebab tekanan global akan berkurang dan menjadi titik baru untuk makin memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sehingga tekanan global ada relaksasi dan terlihat semuanya tidak gelap tapi ada lebih terang lagi," ungkapnya.
Kondisi global tersebut membuatnya makin optimis ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,2 persen sepanjang tahun 2022. Tingkat inflasi inti juga masih bisa terkendali dalam negeri.
"Suku bunga Bank Indonesia relatif terjaga landai sehingga gerak ekonomi bisa tumbuh 5,2 persen," katanya.
Apalagi per kuartal II-2022 ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,44 persen. Kasus Covid-19 juga cukup terkendali dengan tingkat kasus yang melandai.
Selain itu kesiapan rumah sakit menampung pasien Covid-19 juga semakin membaik. Terlebih, Indonesia telah mengembangkan telemedicine yang memungkinkan pasien mendapatkan resep obat tanpa harus melakukan pertemuan langsung dengan dokter atau tenaga medis.
"HaloDoc dan kawan-kawannya ini bisa menggunakan telemedicine yang bisa mempercepat pelayanan kepada pasien yang isolasi mandiri dan semua obatnya gratis dari pemerintah," kata dia.
"Hal ini pun yang membuat penyebaran virus baru corona, yakni varian BA4 dan BA5 tidak terlalu mengganggu tren pemulihan ekonomi. "Ini yang bikin penyebaran BA4 dan BA5 lebih cepat dan faskes (fasilitas kesehatan) kita masih cukup," pungkas Airlangga Hartarto.
Advertisement