Liputan6.com, Brasilia - Ribuan warga Brasil turun ke jalan di tengah kekhawatiran Presiden Jair Bolsonaro akan mencoba kembali dalam pemilihan presiden dan melanjutkan kekuasaannya.
Para pengunjuk rasa berbaris di beberapa kota pada hari Kamis untuk membela demokrasi atas kekhawatiran si pemimpin sayap kanan tersebut tidak akan menghormati hasil pemungutan suara.
Jair Bolsonaro telah berulang kali berusaha untuk mendiskreditkan sistem pemungutan suara Brasil, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (12/8/2022).
Dia mengklaim bahwa mesin pemungutan suara elektronik memungkinkan kecurangan, karena tidak adanya jejak kertas -- secara manual.
Baca Juga
Advertisement
Setahun yang lalu, Bolsonaro mencoba mengubah sistem guna memperkenalkan surat suara tercetak, tetapi proposal itu ditolak oleh Kongres.
Kritik terhadap Bolsonaro disuarakan atas kekhawatiran bahwa dia akan mengikuti contoh 'buruk' yaitu Presiden AS Donald Trump.
Demonstrasi terjadi pada hari yang sama ketika manifesto warga dibacakan dan ditandatangani oleh satu juta orang Brasil.
Manifesto tersebut, yang diilhami oleh sebuah deklarasi dari tahun 1977 yang mencela kediktatoran Brasil pada saat itu, memperingatkan bahwa demokrasi Brasil sedang menghadapi bahaya besar.
Massa melakukan protes di Rio de Janeiro, Brasilia dan Recife, sementara ribuan orang berkumpul di luar Universitas São Paulo, di mana petisi "membela hukum demokratis" dibacakan.
Orang-orang mengangkat spanduk yang mencela Bolsonaro dan menyatakan "hormati suara, hormati rakyat", sementara beberapa berpakaian seperti mesin pemungutan suara elektronik, mengacu pada klaim kecurangan presiden.
Bolsonaro yang menjabat sejak 2019 dan mendapat dukungan rendah dalam jajak pendapat, mengecam petisi tersebut, dengan mencuit bahwa konstitusi adalah satu-satunya surat yang penting dalam menjamin demokrasi.
Beberapa saingannya telah menandatangani petisi, termasuk mantan presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva, yang men-tweet: "Negara kami dulu berdaulat dan dihormati. Kami harus mendapatkannya kembali."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jair Bolsonaro Resmi Mencalonkan Diri Jadi Presiden Brasil Periode Kedua
Petahana presiden Brasil Jair Bolsonaro telah resmi mencalonkan diri dalam pemilihan presiden negara tersebut pada Oktober mendatang. Dengan demikian, ia punya waktu tiga bulan untuk mengejar ketertinggalannya untuk memenangkan pertarungan sebagai presiden Brasil.
Mengutip VOA Indonesia, persetujuan resmi Partai Liberal atas pencalonan Bolsonaro diputuskan dalam konvensi pada Minggu 24 Juli di stadion Rio de Janeiro.
Dukungan dari partai itu bersifat simbolik, mengingat presiden berhaluan ekstrem kanan itu sebenarnya sudah berkampanye selama beberapa bulan, mengunjungi sejumlah wilayah di Brasil untuk menggalang dukungan dan mengingatkan para pemilih untuk mendukungnya dan bukan mantan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva yang berhaluan kiri.
"Kita tidak perlu ideologi lain yang tidak berhasil di mana pun di dunia. Kita harus memperbaiki apa yang kita punya," kata Bolsonaro di panggung.
Jair Bolsonaro dikelilingi sejumlah menteri, mantan menteri, keluarga dan sekutu-sekutunya. "Hidup kita tidak mudah, tapi satu hal yang tidak saya inginkan adalah melihat seorang komunis duduk di kursi saya."
Beberapa pendukung presiden Brasil saat ini itu mengatakan kepada The Associated Press bahwa jika Bolsonaro tidak memenangkan masa jabatan kedua, Brasil akan mengikuti jejak Venezuela. Dan banyak yang berbicara tentang bagaimana mereka tidak mempercayai jajak pendapat yang menunjukkan Bolsonaro tertinggal, dan sepenuhnya berharap dia menang.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tantangan Bolsonaro
Kendati demikian Bolsonaro menghadapi tantangan berat. Tingkat popularitasnya hanya naik sedikit sejak merosot tajam selama pandemi COVID-19 melanda.
Sebuah penyelidikan kongres tahun lalu merekomendasikan agar ia dan para pejabat pemerintahannya dikenai dakwaan kriminal, karena sikap mereka dalam menangani pandemi COVID-19 yang menyebabkan Brasil mengalami tingkat kematian tertinggi kedua di dunia terkait COVID.
Jajak pendapat terbaru oleh Datafolha yang dirilis pada Juni, mendapati lebih dari separuh responden mengatakan mereka tidak akan memilih Bolsonaro dalam keadaan apa pun. Dan 47 persen responden mengatakan berencana memilih da Silva, dibanding 28 persen responden yang menyatakan dukungan untuk Bolsonaro, menurut poling itu.
Para pengamat politik memperkirakan kontes itu akan berjalan semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang.
Janji Kampanye Presiden
Mengutip VOA News, Pemerintahan Bolsonaro baru-baru ini membatasi pajak antarnegara bagian untuk mengurangi harga bensin bagi konsumen — upaya yang dibantu oleh penurunan harga minyak global — dan menyetujui peningkatan program kesejahteraan sosial yang akan dimulai bulan depan dan berlangsung hingga akhir tahun.
Bolsonaro mengumumkan pada hari Minggu bahwa jika terpilih, program tersebut akan diperpanjang hingga 2023.
Tingkat pengangguran juga turun di bawah dua digit untuk pertama kalinya sejak 2016, dan prospek ekonomi untuk tahun ini terus meningkat. Analis yang disurvei oleh bank sentral memperkirakan pertumbuhan 1,75%, lebih dari tiga kali lipat tingkat yang mereka perkirakan pada bulan April.
Program kesejahteraan akan memberikan dorongan terbatas bagi Bolsonaro karena manfaat kelas sosial lebih menguntungkan da Silva, menurut Esther Solano, sosiolog di Universitas Federal Sao Paulo yang telah melakukan jajak pendapat yang ditargetkan terhadap pemilih potensial Bolsonaro.
"Ada keterikatan yang sangat kuat dari basis populer ini dengan Lula. Dia diakui sebagai pemimpin politik yang benar-benar peduli dengan basis itu," kata Solano.
Advertisement