Mengenal Badai Pasir yang Sempat Ganggu Jemaah Haji Indonesia di Madinah

Badai Pasir mewarnai pemulangan jamaah haji Indonesia di Bandara Udara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Arab Saudi

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Agu 2022, 02:30 WIB
Pejalan kaki menyeberang jalan di tengah badai debu parah di Kota Kuwait pada 23 Mei 2022. Badai pasir telah melanda Timur Tengah dalam beberapa hari terakhir, dan menjadi fenomena yang para ahli peringatkan dapat berkembang luas karena perubahan iklim. (Yasser Al-Zayyat / AFP)

Liputan6.com, Banyumas - Badai Pasir mewarnai pemulangan jamaah haji Indonesia di Bandara Udara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Arab Saudi, Minggu (12/8/2022) lalu. Namun dipastikan jemaah haji asal Indonesia tetap aman.

"Alhamdulillah aman semua. Informasi untuk JKS 36 yang menuju bandara dari hotel Madinah, seluruhnya berhenti," ujar Kepala Daerah Kerja Bandara Haryanto dikutip dari Media Center Haji di Madinah, Minggu, dikutip Antara.

Haryanto memastikan seluruh jamaah dan petugas aman. Ia juga menyampaikan rombongan jemaah Haji yang tengah menuju bandara dari hotel, berhenti terlebih dahulu.

Menurut Haryanto, dirinya sempat merasakan badai pasir ketika sedang berada di jalan. Haryanto mengatakan, langit gelap, tapi ini hanya sebentar dan mereda.

"Semoga lebih baik cuacanya, tadi di jalan cuaca gelap, tapi ini sebentar saja sudah selesai," ujar Haryanto.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Jemaah Haji Sempat Tertahan

Perempuan mengambil video dengan smartphone mereka di tengah badai debu parah di Kuwait City pada 23 Mei 2022. Kabut oranye tebal telah menyelimuti Kuwait pada hari Senin, menyebabkan penerbangan ke dan dari bandara internasional negara itu ditangguhkan sementara, kata regulator penerbangan sipil. (Yasser Al-Zayyat / AFP)

Badai melanda sekitar habis asar waktu setempat dan berlangsung hanya sebentar.

Akibat badai tersebut, penurunan jamaah asal kelompok terbang (kloter) Surabaya yang tergabung dalam SUB 32 dari bus menuju ke plaza terminal haji sempat tertahan.

Tampak, sebagian jamaah sudah diamankan ke plaza, sementara sebagian sempat tertahan di bus demi alasan keselamatan.

"SUB 32 aman, sudah masuk ke Paviliun 5," kata petugas Perlindungan Jemaah (Linjam), Hanif Farizi.

Kepala Seksi Layanan Kedatangan dan Kepulangan PPIH, Edayanti Dasril, mengimbau para petugas untuk mengamankan diri dan jamaah yang datang ke bandara saat badai pasir.

"Badai pasir, tolong menepi dulu," ujar Edayanti saat terjadi badai pasir.


Apa Itu Badai Pasir?

Lalu lintas selama badai pasir Musim Semi di kota Nasiriyah, provinsi Dhi Qar, Irak selatan (5/5/2022). Irak kembali diselimuti lapisan jingga tebal karena mengalami serangkaian badai debu terbaru yang semakin sering terjadi. (AFP/Asaad Niazi)

Mengutip berbagai sumber, badai pasir adalah fenomena meteorologi yang umum di wilayah arid dan semi-arid.

Badai pasir antara lain disebabkan oleh meningkatnya kecepatan angin dalam suatu wilayah yang luas. Badai pasir umumnya terjadi pada tanah yang kering.

Badai pasir dahsyat dapat memindahkan keseluruhan bukit pasir dan membawa pasir dalam jumlah besar sehingga tepi badai dapat menyerupai dinding pasir setinggi 1,6 km.

Badai pasir terjadi di berbagai wilayah. Badai pasir di gurun Sahara dalam bahasa setempat dikenal dengan simoom atau simoon (sîmūm, sîmūn).

Badai pasir juga terjadi di belahan dunia lain, misalnya di benua Amerika, Eropa dan lainnya.

Terbentuknya Badai Pasir

Dilansir Livescience, badai pasir diketahui berasal dari tabrakan antara butiran pasir dan debu yang berlangsung di udara. Ketika partikel udara menabrak tanah selama badai pasir, maka partikel darat berupa butiran-butiran pasir akan mengudara ke atmosfer.

Proses ini disebut dengan saltasi, atau gerakan kencang butir-butir (tanah dan batu-batuan) yang sesuai dengan arah angin. Pada saat saltasi, beberapa partikel akan terbang ke udara sebagai salton, sementara repton jatuh kembali ke bumi.

Para ilmuwan mulai meneliti bagaimana efek atau dampak dari tabrakan ini dengan teknologi komputer tiga dimensi. Dari hasil penelitian, ternyata ditemukan bahwa terjadinya tabrakan di udara menyebabkan banyak salton terbang tinggi, dan mendorong lebih banyak kotoran ke dalam badai.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya