Liputan6.com, Seoul - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada Jumat dan menyampaikan dukungan terhadap denuklirisasi Korea Utara yang tuntas, solid dan dapat diverifikasi, kata sejumlah pejabat.
Guterres, yang melakukan kunjungan dua hari ke Seoul, bertemu dengan Yoon saat makan siang di kantor presiden di Seoul.
Advertisement
Yoon menyambut Guterres dan mengaku menantikan pemikiran sang sekjen mengenai cara mengatasi tantangan yang dihadapi dunia.
Lewat seorang penerjemah, Guterres mengatakan bahwa ia berterima kasih kepada Korsel karena telah menjadi negara acuan dalam kinerja PBB dan terutama dalam upaya menjaga perdamaian di seluruh negara.
Ia juga menyanjung respek Korsel terhadap HAM dan kontribusinya terhadap masyarakat internasional di sektor pembangunan ekonomi sosial dan perubahan iklim.
Guterres menyampaikan dukungan penuh PBB terhadap denuklirisasi Korea Utara mengatakan bahwa pelucutan nuklir tersebut adalah tujuan penting dalam mencapai keamanan, perdamaian dan stabilitas di kawasan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Korea Utara Alami Krisis Pupuk
Pada kabar lain, tentara Korea Utara di unit militer tingkat rendah memiliki misi baru yang tidak biasa dan tidak sepenuhnya disambut baik.
Mereka mengumpulkan rumput selama istirahat pelatihan musim panas untuk menghasilkan kompos untuk kebutuhan pertanian, kata sumber di dalam negeri.
Negara kategori miskin dan terisolasi itu menderita kekurangan kronis pupuk berbasis kimia selama musim tanam musim panas.
Situasi ini semakin memburuk sejak 2020 karena penutupan perbatasan dengan China yang memutus perdagangan selama pandemi virus corona, seperti dikutip dari laman RFG.org, Jumat (12/8/2022).
Advertisement
Permintaan Tinggi untuk Pupuk
Setiap tahun, warga Korea Utara ditugaskan oleh pemerintah mereka untuk memenuhi kuota pemerintah yang terlalu tinggi untuk pupuk.
Tetapi bahan yang biasanya mereka kumpulkan adalah kotoran manusia, yang dicampur dengan tanah dan diaplikasikan ke ladang pertanian.
“Ketidakpuasan di antara tentara meningkat karena setiap unit menggunakan waktu luang untuk memenuhi kuota rumput,” kata sumber terkait militer di provinsi Hamgyong Utara kepada RFA.
Biro Politik Umum Tentara Rakyat menetapkan kuota produksi kompos dari rumput untuk semua unit militer setiap Agustus dan September, kata sumber yang menolak disebutkan namanya itu untuk berbicara secara bebas.
Setiap prajurit diharuskan menghasilkan 50 kilogram rumput setiap hari untuk menghasilkan kompos, tambahnya.