Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, membagikan momen kebersamaan bersama para jajaran pegawai Kementerian Keuangan dalam rangka untuk membangun solidaritas internal organisasi yang lebih solid dan kompak dalam mengawal keuangan negara. Salah satunya melalui liga sepak bola Kemenkeu Satu.
Dikutip melalui instagram resmi @smindrawati, Sabtu (13/8/2022), Sri Mulyani menjelaskan sejak tahun lalu, Kementerian Keuangan menanamkan sikap dasar baru “Kemenkeu Satu”, yaitu membangun soliditas internal organisasi yang memiliki lebih dari 79.000 punggawa di seluruh Indonesia dengan beragam peran untuk mengawal keuangan negara.
Advertisement
"Salah satu cara untuk menginternalisasikan "Kemenkeu Satu" adalah dengan liga sepakbola Kemenkeu Satu, yang ditujukan untuk membangun kebersamaan dan kolaborasi melalui kompetisi yang sehat dan bersahabat," kata Sri Mulyani.
Hari Jumat pagi (12/8), saya dan jajaran @kemenkeuri pun jeda sejenak berkumpul di Stadion Madya @love_gbk untuk menyaksikan final kompetisi sepakbola Kemenkeu Satu yang mempertemukan @beacukairi dan @ditjenperbendaharaan. Selamat kepada tim @beacukai yang meraih gelar Juara!," tambahnya.
Selain menonton, tak kalah serunya Sri Mulyani dan jajaran Eselon 1 juga turut bermain sepakbola. Tim dadakan ini tidak langsung mahir apalagi serta merta bisa mencetak gol.
Inilah semangat Kemenkeu Satu, dimana kita dituntut tidak hanya selalu meningkatkan skill dan spesialisasi kompetensi tapi juga keharusan membangun kolaborasi dan sinergitas antar unit untuk mencapai tujuan bersama, mengawal keuangan negara.
"Saya senang bisa berinteraksi langsung dengan jajaran, apalagi sembari menikmati langit Jakarta yang cerah biru. Semoga secerah itu pula ekonomi Indonesia ke depan!," tutupnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sri Mulyani Banggakan Ekonomi Indonesia, Lebih Baik dari China hingga Italia
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa di tengah memburuknya perekonomian global, Indonesia justru berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi 5,44 persen per kuartal II 2022.
"Di tengah cuaca dan suasana serba cerita dunia yang tidak baik ini, perekonomian Indonesia pada kuartal II menunjukkan kinerja yang sangat impresive," kata Menkeu dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (11/8/2022).
Sri Mulyani menyebut, banyak negara di kuartal II sudah mulai mengalami koreksi ke bawah. Ada Italia yang kuartal II nya hanya tumbuh 4,2 persen. Itu menurun tajam dari kuartal I yang tumbuh 6,2 persen.
Kemudian, Prancis kuartal II hanya tumbuh 4,2 persen turun dari 4,8 persen. Sementara, Indonesia di angka 5,44 persen naik dari kuartal I 2022 yang hanya 5 persen.
"Negara lain koreksinya cukup tajam dikuartal II tumbuhnya 1,6 persen, itu melemah tajam dibanding kuartal I yang sebesar 3,5 persen," ujarnya
Selanjutnya disusul, China kuartal II hanya tumbuh 0,4 persen dibandingkan kuartal I-2022 yang tumbuh 4,8 persen. Sama halnya, Jerman kuartal II-nya hanya tumbuh 1,4 persen dari yang tadinya 3,6 persen di kuartal I-2022.
"Ini menggambarkan resiko ini sudah mulai terlihat di dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang cukup besar dan pengaruhnya terhadap dunia juga cukup besar," ujarnya.
Di sisi lain kalau dlihat dari PDB riil-nya, Indonesia itu sudah mencapai 7,1 persen diatas situasi sebelum covid-19. Artinya Indonesia sudah jauh diatas kondisi sebelum covid-19.
"Artinya pemulihan sudah memulihkan seluruh pelemahan ekonomi dan GDP pada 2 tahun terakhir ini. Kita lihat Indonesia, Saudi Arabia, Singapura yang sudah diatas. Italia belum mencapai pre-covid-19 level, Meksiko, Jerman juga belum," pungkas Sri Mulyani.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Gejolak Harga Komoditas Bikin Sri Mulyani Was-Was
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa melambungnya harga komoditas global yang terjadi sejak tahun kemarin dapat berimbas kepada perekonomian Indonesia. Oleh karena itu ia selalu waspada dan terus mencermati kenaikan harga komoditas ini.
"Kita lihat beberapa indikator yang perlu untuk kita monitor seperti harga komoditas masih menunjukkan kecenderungan pada level yang tinggi, namun volatile, artinya dia tidak satu arah namun dia bergerak atau bergejolak namun tetap pada level yang relatif tinggi dibandingkan kondisi tahun 2020/2021," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Agustus 2022, Kamis (11/8/2022).
Misalnya, harga gas bumi sempat drop dari USD 9 MMBtu ke USD 5 MMBtu, kemudian balik lagi ke USD 7,9 MMBtu. Harga batu bara pernah di USD 419 metrik ton drop ke USD 258 metrik ton, sekarang melonjak lagi di USD 421 metrik ton dan kembali melemah ke USD 382 metrik ton.
"Ini gejolak atau volatilitas di level tinggi masih berlangsung," imbuhnya.
Selanjutnya, Harga minyak mentah Brent sempat turun bahkan di bahwa USD 90 per barel. Tetapi kemudian bisa mencapai USD 126 per barel. Saat ini harga minyak mentah Brent masih bergerak di kisaran USD 100 per barel.
Kemudian, Harga CPO juga pernah melonjak tinggi sampai USD 1.779 per ton kemudian drop di USD 800 per ton, dan sekarang pulih mendekati USD 1000 per ton.
Komoditas Lain
Begitupun, dengan harga gandum juga sempat melonjak sampai USD 1.307 per bushels mengalami drop di USD 782 per bushels begitu diumumkan akan ada pengiriman kapal dari hasil panen gandum di Ukraina.
Harga soybean dalam hal ini juga mengalami gejolak dari USD 1.568 ke USD 1.330 dan sekarang naik di USS 1.400. Demikian juga dengan harga jagung dari USD 753 per bushels puncaknya kemudian drop ke USD 610 per bushels atau USD 582 bushels, dan sekarang kembali ke USD 610 per bushels.
"Ini fenomena yang terjadi untuk komoditas pangan dan komoditas mineral, serta komoditas minyak dan gas atau energi. Dan ini tentu sangat mempengaruhi ekonomi seluruh dunia karena pangan energi dan mineral sangat dibutuhkan dan memiliki peranan penting di dalam perekonomian," ujarnya.
Menurutnya, kenaikan harga yang terjadi pada tahun 2022 ini menimbulkan tekanan inflasi. Kenaikan harga komoditas itu dikhawatirkan terus bergejolak atau volatile.
"Ini yang harus terus Kita waspadai karena pasti akan mempengaruhi juga ke perekonomian Indonesia, baik itu dalam bentuk inflasi pangan maupun tekanan terhadap harga energi di dalam negeri," pungkasnya.
Advertisement