Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kini memasuki era 5G. 5G pertama kali hadir di Korea Selatan pada 2019 dan resmi hadir di Tanah Air pada 27 Mei 2021.
Berdasarkan survei "Mobile Phone Usage and 5G Network Projection" yang dilakukan Populix terhadap 1.000 orang Indonesia usia 18-55 tahun, diketahui bahwa 92 persen masyarakat berencana untuk pakai internet 5G.
Advertisement
Co-founder dan CTO Populix Jonathan Benhi menyebut, teknologi 5G memiliki berbagai keunggulan dibanding generasi sebelumnya.
Keunggulan yang dimaksud mulai dari kecepatan jaringan, latensi lebih rendah, hingga kemampuan untuk terhubung ke lebih banyak perangkat. Hal ini pun membuat masyakat begitu antusias menjajal internet 5G.
"Tingginya minat masyarakat ini mendorong operator seluler dan vendor smartphone untuk memberikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat ke depannya," kata Jonathan, dalam keterangan yang diterima Tekno Liputan6.com, Sabtu (13/8/2022).
Sekadar informasi, kini 79 persen masyarakat Indonesia punya ponsel untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Bahkan, ada 21 persen masyarakat yang pakai 2-3 ponsel untuk mendukung mobilitas.
Dalam hal OS, pengguna Indonesia lebih banyak pakai Android dibanding iOS. Sementara merek smartphone yang mendominasi pasar adalah Samsung (25 persen), Xiaomi (23 persen), dan Oppo (14 persen.
iPhone ada di posisi berikutnya dengan persentase 14 persen. Menariknya, Samsung telah menggeser posisi Xiaomi di 2022 ini. Sebelumnya per Februari 2021, Xiaomi ada di urutan pertama yang paling banyak dipakai, diikuti Samsung, Oppo, dan iPhone.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengguna habiskan Rp 200 ribu per bulan untuk pulsa
Dari penggunaan operator, hampir 9 dari 10 responden memilih kartu prabayar. Pengeluaran maksimal pengguna hingga Rp 200 ribu per bulan.
Penggunaan pulsa tersebut 82 persen untuk kuota internet, melakukan panggilan telepon 12 persen, dan SMS 6 persen.
Orang Indonesia juga makin tergantung dengan koneksi internet untuk berkomunikasi. Di mana, 67 persen pengguna terhubung WiFi untuk mengakses internet.
Sementara, 33 persen sisanya tersambung dengan kuota internet ponsel. Sebagian mengakses internet selama 4-8 jam per hari dengan waktu akses terbanyak adalah jam 6 sore hingga 9 malam.
Operator favorit masyarakat
Hasil survei mengungkap, mayoritas orang Indonesia memilih Telkomsel (46 persen) sebagai operator paling banyak dipakai.
Selain itu juga Indosat Ooredoo Hutchison (33 persen), XL Axiata (17 persen), dan Smartfren (4 persen).
Survei Populix sebelumnya di September 2020 memperlihatkan, Telkomsel menjadi pilihan provider yang paling banyak digunakan, diikuti Tri, Indosat Ooredoo, dan XL.
Selain itu, Telkomsel merupakan operator telko pertama yang menggelar 5G di Indonesia. Survei juga menyebut, 81 persen masyarakat mengenal Telkomsel sebagai operator 5G pertama, diikuti XL Axiata (31 persen), Indosat Ooredoo Hutchison (30 persen), dan Smartfren (10 persen).
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tahu 5G Hadirkan Internet Lebih Cepat
Menariknya, di tengah berkembangnya jaringan 5G di Indonesia, 79 persen responden menyebut dirinya sudah tahu tentang 5G, 12 persen lainnya mengaku ragu-ragu, dan 9 persen tidak tahu informasi tentang 5G.
Di kalangan pengguna yang sudah tahu tentang 5G, koneksi internet cepat menjadi keunggulan 5G yang paling dikenal.
Sebagian besar (94 persen) tahu tentang kecepatan internet 5G. Sementara 43 persen responden tahu bahwa 5G membawa kapasitas internet lebih besar. Hal ini mendorong 92 persen pelanggan internet Indonesia mau beralih ke jaringan 5G.
Para pengguna internet ini pun berencana membeli smartphone yang sudah mendukung jaringan 5G. Mulai dari Samsung (59 persen), iPhone (41 persen), dan Oppo (22 persen).
Masih ada yang Tak Mau Pakai 5G Takut Radiasi
Di tengah antusiasme masyarakat mengenai 5G, 8 persen justru tidak mau memakai jaringan 5G karena akses internet yang masih terbatas (53 persen).
Selain itu, faktor biaya internet 5G yang lebih mahal (39 persen) membuat pengguna tidak mau bermigrasi ke 5G. Ada pula yang mengaku belum tahu teknologi 5G (36 persen) sehingga tidak mau berpindah ke teknologi komunikasi generasi kelima itu.
Bukan hanya itu, ada juga masyarakat yang khawatir dengan radiasi 5G yang berbahaya bagi kesehatan (17 persen).
Populix pun memandang, untuk menggulirkan 5G lebih luas diperlukan sosialisasi seputar jaringan 5G melalui sinergi dari pemerintah, penyedia layanan, dan lembaga-lembaga.
(Tin/Ysl)
Advertisement