Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara telah mencabut mandat masker dan melonggarkan pembatasan virus lainnya, media pemerintah mengatakan pada Sabtu (13 Agustus), beberapa hari setelah pemimpin Kim Jong-un menyatakan "kemenangan" atas COVID-19 .
Dilansir laman Channel News Asia, Sabtu (13/8/2022), pengumuman itu muncul setelah Pyongyang awal pekan ini menyalahkan Seoul karena menyebabkan wabah COVID-19 di Utara dan mengancam akan "memusnahkan" pihak berwenang Korea Selatan, jika perlu.
Advertisement
Pembatasan virus dilonggarkan karena "krisis kesehatan masyarakat yang diciptakan di negara itu benar-benar dijinakkan dan seluruh wilayahnya berubah menjadi bersih bebas dari virus ganas dalam waktu singkat", kantor berita resmi Korea Central News Agency (KCNA) Pyongyang melaporkan.
"Langkah wajib mengenakan masker dicabut di semua area kecuali area garis depan dan perbatasan kota dan kabupaten, mengingat seluruh negara berubah menjadi zona bebas epidemi," kata KCNA.
Korea Utara menyatakan "kemenangan gemilang" atas COVID-19 awal pekan ini hanya beberapa bulan setelah mengumumkan kasus pertamanya pada Mei.
Jarak sosial dan tindakan anti-virus lainnya juga dicabut kecuali untuk wilayah perbatasan.
Tetapi orang-orang dengan gejala penyakit pernapasan disarankan untuk memakai masker dan warga Korea Utara didesak untuk "tetap waspada" terhadap "hal-hal yang tidak normal" - tampaknya mengacu pada selebaran propaganda dari Selatan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kontroversi Soal Selebaran
Terlepas dari larangan yang mulai berlaku pada tahun 2021, para aktivis Korea Selatan selama bertahun-tahun telah menerbangkan balon yang membawa selebaran propaganda dan dolar melintasi perbatasan, yang telah lama diprotes oleh Korea Utara.
Kim Yo Jong, saudara perempuan kuat Kim Jong Un, pada hari Rabu menyalahkan kegiatan ini untuk wabah COVID-19 di Korea Utara, bersumpah akan melakukan pembalasan "mematikan" terhadap Seoul.
Kim Yo Jong juga mengungkapkan bahwa pemimpin tertinggi itu sendiri jatuh sakit selama wabah dan menderita "demam tinggi".
Korea Utara telah mencatat hampir 4,8 juta kasus "demam" - sementara hanya mengidentifikasi sebagian kecil dari mereka sebagai COVID-19 - sejak akhir April, dengan hanya 74 kematian, menurut KCNA.
Para ahli, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia, telah lama mempertanyakan statistik COVID-19 Pyongyang dan mengklaim telah mengendalikan wabah tersebut.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pelayanan Kesehatan di Korut
Korea Utara memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia, dengan rumah sakit yang tidak lengkap dan beberapa unit perawatan intensif, kata para ahli.
Tidak diyakini telah memvaksinasi salah satu dari 26 juta penduduknya, meskipun mungkin telah menerima beberapa vaksin dari China, situs spesialis yang berbasis di Seoul NK News melaporkan.
Klaim Kemenangan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengumumkan klaim bahwa negaranya menang melawan pandemi COVID-19. Ia berkata kebijakan maksimum Korut berhasil memusnahkan COVID-19.
Pernyataan itu dibuat oleh Kim Jong-un dalam pertemuan nasional untuk membahas pandemi.
Pada artikel Korean Central News Agency (KCNA), Kim Jong-un telah "dengan khidmat mendeklarasikan kemenangan dalam kampanye anti-epidemi untuk mengeksterminasi virus corona baru yang masuk ke wilayah kita dan melindungi nyawa dan kesehatan rakyat."
Kim Jong-un juga memutuskan agar menurunkan level darurat maksimum sistem pencegahan Korea Selatan untuk kembali ke level normal. Namun, ia menekankan agar terus waspada dan penjagaan di perbatasan harus lebih ketat agar COVID-19 tak masuk Korut lagi.
Ia juga menyorot varian-varian global COVID-19 yang menyebar secara cepat, serta kehadiran cacar monyet.
Advertisement