Liputan6.com, Jakarta Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan Swiss Global Enterprise, untuk memperkuat kerjasama antara asosiasi bisnis Swiss dan Indonesia dalam mempromosikan perdagangan bilateral dan peluang investasi, hubungan komersial dan industri.
Nota kesepahaman tersebut ditandatangani langsung oleh Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid dan Chairwoman of Switzerland Global Enterprise, Ruth Metzler-Arnold di Menara KADIN Indonesia pada (11/8).
Advertisement
Hadir dalam acara tersebut dari Indonesia diantaranya Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Hubungan Internasional Bernardino Vega dan Senior Trade officer Swiss Business Hub Feranica Susanto.
Sementara dari Swiss antara lain Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz, Deputy Head of Mission Kedutaan Swiss Phillipe Strub, serta Head Swiss Business Hub Indonesia Roger Zbinden.
“Kami akan meningkatkan layanan penunjang untuk kepentingan kerjasama investasi, terutama mengenai data dan informasi yang dibutuhkan untuk proyek infrastruktur,” kata Arsjad, Sabtu (13/8/2022).
Selain itu, kedua belah pihak akan bertukar informasi untuk materi sektor industri tertentu yang sangat diperlukan agar barang dan produk dapat diterima sesuai dengan standar dan peraturan di masing-masing negara.
“KADIN juga siap membantu perusahaan Swiss mencari mitra lokal dan akses pasar, sehingga kerjasama di sektor perdagangan dapat terealisasi dengan baik,” tambahnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perdagangan Indonesia-Swiss
Seperti diketahui, Indonesia dan Swiss memiliki hubungan perdagangan yang erat. Pada tahun 2020 Indonesia mengekspor USD 2,6 miliar ke Swiss dengan komoditas utamanya, antara lain emas, perhiasan, dan logam mulia. Sementara itu impor Indonesia mencapai 726 juta dollar AS dari Swiss terutama untuk amunisi explosive, peralatan navigasi, dan senjata militer.
Hubungan kerjasama ekonomi yang terjalin juga direfleksikan dengan adanya 150 perusahaan Swiss yang saat ini beroperasi di Indonesia, menciptakan lapangan kerja untuk sekitar 50.000 pekerja.
Pada kunjungan terakhir ke Davos Mei lalu, KADIN menandatangani beberapa MOU. Pertama, perjanjian investasi bilateral antara pemerintah Indonesia dan Swiss untuk mempercepat dan melindungi investasi swiss di Indonesia.
Kedua, MOU KADIN dan Economiesuisse tentang keberlanjutan dan perdagangan. Ketiga, MOU Kadin dan Innosuise tentang pengembangan kapasitas dan inovasi. Keempat, kesepakatan dengan Diaspora Indonesia di Swiss membentuk Indonesia Trading House.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Inflasi Swiss di Juni 2022 Tertinggi Dalam 29 Tahun
Inflasi harga konsumen Swiss menyentuh level tertinggi dalam 29 tahun, sebesar 3,4 persen di bulan Juni 2022.
Angka itu melampaui perkiraan para ekonom dan inflasi 3 persen pertama di Swiss sejak tahun 2008.
Dilansir dari Euro News, Selasa (5/7/2022) selama lima bulan inflasi Swiss telah meningkat di atas kisaran target 0-2 persen.
Hal ini semakin memungkinkan pengentatan kebijakan Swiss National Bank setelah bulan lalu menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.
Harga konsumen di Swiss naik 0,5 persen dibandingkan bulan Mei karena bahan bakar, minyak goreng dan sayuran menjadi lebih mahal.
Inflasi Swiss inti yang berdampak pada barang-barang volatil seperti bahan bakar dan makanan naik 1,9 persen.
"SNB menaikkan suku bunga kebijakannya dari -0,75 persen menjadi -0,25 persen pada bulan Juni dan kami pikir ada peluang bagus, yang akan membawanya ke area positif sebelum pertemuan yang dijadwalkan berikutnya, pada bulan September – mungkin setelah kenaikan suku bunga ECB yang akan segera terjadi, pada 21 Juli," kata analis di Capital Economics, David Oxley, kepada kliennya.
Sebelumnya, bulan lalu, Ketua Swiss National Bank Thomas Jordan telah mengatakan bahwa tekanan inflasi yang sedang berlangsung berarti pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut kemungkinan akan diperlukan.
"Kami menerbitkan perkiraan inflasi baru. Jika Anda menafsirkannya dengan benar, Anda melihat bahwa ada kebutuhan tertentu yang mungkin lebih diperketat," kata Jordan dalam sebuah konferensi di Zurich saat itu.