Korea Selatan Laporkan Penurunan Kasus COVID-19 Harian 3 Hari Berturut-turut

Kasus harian COVID-19 Korea Selatan turun selama tiga berturut-turut pada Sabtu, namun masih di atas angka 100.000 untuk hari kelima di tengah penyebaran cepat varian Omicron.

oleh Liputan6.comHariz Barak diperbarui 14 Agu 2022, 16:02 WIB
Orang-orang yang memakai masker berjalan di sepanjang area publik Cheonggye Stream di Seoul, Korea Selatan, Jumat (15/4/2022). Korea Selatan atau Korsel akan menghapus sebagain besar pembatasan covid-19 pekan depan menyusul lonjakan kasus Omicron yang mulai berkurang (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Seoul - Kasus harian COVID-19 Korea Selatan turun selama tiga berturut-turut pada Sabtu, namun masih di atas angka 100.000 untuk hari kelima di tengah penyebaran cepat varian Omicron.

Otoritas mencatat 124.592 kasus tambahan COVID-19, sehingga totalnya menjadi 21.236.355 kasus, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KDCA).

Sebanyak 480 kasus baru di antaranya merupakan kasus impor.

Jumlah kasus COVID-19 pada Sabtu turun dari 128.714 kasus sehari sebelum, namun lebih tinggi dari 110.632 kasus yang dilaporkan pekan lalu.

Kasus parah COVID-19 juga mengalami peningkatan menjadi 469, bertambah 16 kasus dari sehari sebelumnya.

KDCA melaporkan 67 kematian baru COVID-19, naik sembilan kasus dibanding pada Jumat sekaligus yang tertinggi sejak 8 Mei, sehingga secara keseluruhan berjumlah 25.566 kematian.

Sementara itu, tingkat kematian COVID-19 Korsel tercatat sebesar 0,12 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 


Korea Utara Cabut Kewajiban Pakai Masker

Orang-orang yang memakai masker berjalan di sepanjang sungai Cheonggye di Seoul, Korea Selatan, Jumat (15/4/2022). Korea Selatan atau Korsel akan menghapus sebagain besar pembatasan covid-19 mulai pekan depan menyusul lonjakan kasus Omicron yang mulai berkurang. (Jung Yeon-je / AFP)

Pada kabar lain, Korea Utara telah mencabut mandat masker dan melonggarkan pembatasan virus lainnya, media pemerintah mengatakan pada Sabtu (13 Agustus), beberapa hari setelah pemimpin Kim Jong-un menyatakan "kemenangan" atas COVID-19 .

Dilansir laman Channel News Asia, Sabtu (13/8/2022), pengumuman itu muncul setelah Pyongyang awal pekan ini menyalahkan Seoul karena menyebabkan wabah COVID-19 di Utara dan mengancam akan "memusnahkan" pihak berwenang Korea Selatan, jika perlu.

Pembatasan virus dilonggarkan karena "krisis kesehatan masyarakat yang diciptakan di negara itu benar-benar dijinakkan dan seluruh wilayahnya berubah menjadi bersih bebas dari virus ganas dalam waktu singkat", kantor berita resmi Korea Central News Agency (KCNA) Pyongyang melaporkan.

"Langkah wajib mengenakan masker dicabut di semua area kecuali area garis depan dan perbatasan kota dan kabupaten, mengingat seluruh negara berubah menjadi zona bebas epidemi," kata KCNA.

Korea Utara menyatakan "kemenangan gemilang" atas COVID-19 awal pekan ini hanya beberapa bulan setelah mengumumkan kasus pertamanya pada Mei.

Jarak sosial dan tindakan anti-virus lainnya juga dicabut kecuali untuk wilayah perbatasan.

Tetapi orang-orang dengan gejala penyakit pernapasan disarankan untuk memakai masker dan warga Korea Utara didesak untuk "tetap waspada" terhadap "hal-hal yang tidak normal" - tampaknya mengacu pada selebaran propaganda dari Selatan.

 


Kontroversi Soal Selebaran

Seorang wanita mengenakan masker berjalan di Gerbang utama Istana Gyeongbok, Seoul, Korea Selatan, Sabtu (22/2/2020). Di Korea Selatan hingga kini sudah ada dua kematian akibat virus corona. (AP Photo/Lee Jin-man)

Terlepas dari larangan yang mulai berlaku pada tahun 2021, para aktivis Korea Selatan selama bertahun-tahun telah menerbangkan balon yang membawa selebaran propaganda dan dolar melintasi perbatasan, yang telah lama diprotes oleh Korea Utara.

Kim Yo Jong, saudara perempuan kuat Kim Jong Un, pada hari Rabu menyalahkan kegiatan ini untuk wabah COVID-19 di Korea Utara, bersumpah akan melakukan pembalasan "mematikan" terhadap Seoul.

Kim Yo Jong juga mengungkapkan bahwa pemimpin tertinggi itu sendiri jatuh sakit selama wabah dan menderita "demam tinggi".

Korea Utara telah mencatat hampir 4,8 juta kasus "demam" - sementara hanya mengidentifikasi sebagian kecil dari mereka sebagai COVID-19 - sejak akhir April, dengan hanya 74 kematian, menurut KCNA.

Para ahli, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia, telah lama mempertanyakan statistik COVID-19 Pyongyang dan mengklaim telah mengendalikan wabah tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya