Menakar Katalis Positif Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global

Di tengah ketidakpastian global, Indonesia memiliki sejumlah data makro ekonomi yang kuat.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Agu 2022, 22:18 WIB
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Semua mata tertuju terhadap inflasi Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) pun mencapai 8,5 persen pada Juli 2022 yoy. Realisasi inflasi AS itu lebih rendah dari konsensus 8,7 persen dan posisi Juni 2022 di posisi 9,1 persen.

Konsensus memperkirakan inflasi telah mencapai puncaknya pada Juni 2022. Namun, secara bulanan, indeks harga produsen mendatar seperti harga energi turun 4,6 persen dan gas susut 7,7 persen, demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, ditulis Minggu (14/8/2022).

Setelah tekanan menjelang rilis inflasi AS, Ashmore melihat pasar memandang rilis inflasi AS secara positif karena dapat mengurangi tekanan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Bursa saham Indonesia alami volatilitas jangka pendek menjelang rilis inflasi AS pekan ini, dan terbukti menjadi contoh titik masuk yang sangat baik.

"Kami terus percaya situasi di mana ketidakpastian meningkat dan likuditas tampaknya mengetat, bursa saham adalah tempat di mana risiko dan pengembalian hasil yang ditawarkan wajar,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia.

Namun, satu hal yang jelas, ketidakpastian diimbangi dengan sejumlah data yang kuat antara lain:

1.Aliran dana investor asing

Investor asing menunjukkan arus masuk yang stabil pada Agustus 2022 setelah arus keluar pada pertengahan tahun karena inflasi dan tingkat bunga yang mengejutkan. Year to date (Ytd), aliran dana investor asing ke pasar saham tercatat Rp 58,7 triliun.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Data Makro Ekonomi yang Kuat

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

2.Rupiah

Nilai tukar rupiah stabil terhadap dolar Amerika Serikat, di bawah 15.000 tanpa Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan. Ashmore menilai, ini adalah sesuatu yang tidak terduga dalam satu dekade lalu, mencerminkan makro ekonomi Indonesia lebih kuat.

3.Credit default swap (CDS)

CDS Indonesia masih rendah karena surplus tiga kali lipat antara lain transaksi berjalan, fiskal dan perdagangan

4.Harga energi

Harga energi yang dapat dikelola karena komoditas mendorong surplus ekspor dan pertumbuhan foreign direct investment (FDI) yang kuat. “Salah satu alasan utama mengapa Indonesia dianggap lebih baik dari pada rekan-rekan adalah karena kemampuannya untuk mengarahkan subsidi tanpa menambah tekanan pada neraca keuangan,” tulis Ashmore.

5.Efek domino dari siklus harga komoditas

Efek domino dari siklus super komoditas sudah mulai tercermin dalam  laba. Secara agregat, laba perusahaan tumbuh 45 persen pada semester I 2022 dengan sektor perbankan mencatat pertumbuhan 70 persen yoy. “Kami tetap rekomendasikan untuk tetap investasi,” tulis Ashmore.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Rilis Data Ekonomi Pekan Ini

Pekerja mengemas donat dan kue kering untuk pelanggan di The Donut Man, Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, AS, Jumat (11/3/2022). Ekonomi terbesar dunia itu terus dihantam oleh gelombang inflasi, yang diperkirakan akan memburuk akibat serangan Rusia ke Ukraina. (Patrick T. FALLON/AFP)

Adapun rilis data ekonomi global yang keluar pekan ini antara lain:

-Tingkat inflasi tahunan Amerika Serikat (AS) melambat lebih dari yang diharapkan menjadi 8,5 persen pada Juli 2022 dari level tertinggi lebih dari 40 tahun sebesar 9,1 persen yang dicapai pada Juni 2022.

-Ekonomi Inggris alami kontraksi 0,1 persen pada kuartal II 2022  yang berakhir Juni 2022. Ini menandai kontraksi pertama lebih dari setahun dan dibandingkan prediksi pasar sebesar 0,2 persen.

-Tingkat inflasi tahunan di Jerman tercatat 7,5 persen pada Juli 2022, melambat untuk bulan kedua berturut-turut dari posisi Juni 2022 di kisaran 7,6 persen. Paket stimulus dan diskon bahan bakar minyak (BBM) berdampak sedikit ke bawah pada tingkat inflasi secara keseluruhan sejak Juni 2022.

-Tingkat inflasi tahunan China naik 2,7 persen pada Juli 2022 dari posisi Juni 2022 di kisaran 2,5 persen dan dibandingkan prediksi pasar di kisaran 2,9 persen.

-Ekonomi Jepang menyusut 0,1 persen secara kuartal per kuartal pada kuartal I  2022, setelah direvisi naik 1 persen pada kuartal IV.

-Indeks kepercayaan bisnis NAB di Australia naik lima poin dari Juni 2022 menjadi 7 pada Juli 2022, reli yang ditandai di tengah inflasi dan kenasikan suku bunga. Ini juga menjadi prospek ekonomi global yang memburuk.

-Surplus perdagangan Indonesia menjadi USD 5,09 miliar pada Juni 2022 dari posisi USD 1,32 miliar pada bulan sama sebelumnya.


Kinerja IHSG pada 8-12 Agustus 2022

Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada 8-12 Agustus 2022. Selama sepekan, IHSG menguat 0,63 persen di tengah sentimen global yang mendominasi.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (14/8/2022), IHSG naik 0,63 persen ke posisi 7.129,27 dari pekan lalu di posisi 7.084,65. Kapitalisasi pasar bursa juga bertambah 0,54 persen menjadi Rp 9.333,89 triliun pada pekan ini. Pada pekan lalu, kapitalisasi pasar bursa di posisi Rp 9.283,70 triliun.

Sementara itu, rata-rata frekuensi harian bursa melemah 0,18 persen menjadi 1.305.619 transaksi dari 1.307.982 transaksi pada penutupan pekan sebelumnya. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa bertambah 6,08 persen menjadi 25,737 miliar saham dari 24,26 miliar saham pada penutupan pekan lalu.

Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 9,35 persen menjadi Rp 13,90 triliun dari Rp 15,33 triliun pada penutupan pekan lalu.

Selama sepekan, investor asing beli saham Rp 22,60 triliun dan jual saham Rp 18,39 triliun. Dengan demikian, aksi beli bersih investor asing mencapai Rp 4,2 triliun. Sepanjang 2022, investor asing telah melakukan aksi beli bersih saham sebesar Rp 60,33 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali indeks sektor saham IDXnonsiklikal melemah 0,04 persen dan indeks sektor saham IDXhealth susut 0,60 persen

Pada pekan ini, indeks sektor saham IDXbasic memimpin penguatan dengan naik 2,89 persen. Diikuti indeks sektor saham energi IDXenergy melonjak 2,77 persen, dan indeks sektor saham IDXproperty mendaki 2,31 persen.

Sementara itu, indeks sektor saham IDXinfrastruktur menguat 1,21 persen, indeks sektor saham IDXtransportasi naik 1,18 persen, indeks sektor saham IDXindustry mendaki 0,38 persen, indeks sektor saham keuangan IDXfinance menanjak 0,14 persen. Selain itu, indeks sektor saham IDXtechnology bertambah 0,11 persen dan indeks sektor saham IDXsiklikal menguat 0,05 persen

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya