Balaroa Memorial Wall dan Tanda Cinta Penyintas untuk Korban Gempa Palu

Nama-nama korban gempa dan likuefaksi yang melanda kelurahan Balaroa, kota palu diabadikan di dinding monumen memorial. Monumen itu jadi tanda cinta sekaligus pengingat bencana.

oleh Heri Susanto diperbarui 15 Agu 2022, 02:00 WIB
Balaroa Memorial Wall yang berisikan nama korban likuefaksi akibat Gempa Palu di Kelurahan Balaroa, tahun 2018 silam. Monumen yang dibangun pada Mei, 2022 itu menjadi salah satu lokasi mengenang para korban dan edukasi kebencanaan. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Nama-nama korban gempa dan likuefaksi yang melanda Kelurahan Balaroa, Kota Palu diabadikan di dinding monumen memorial. Monumen itu jadi tanda cinta sekaligus pengingat bencana.

Izra (40 th) bersama puluhan rekannya baru menyelesaikan tugasnya sebagai pekerja padat karya kebersihan di Hunian Tetap (Huntap) penyintas bencana di Kelurahan Balaroa, Sabtu pagi (13/8/2022). Sebentar bercengkrama, beberapa ibu-ibu pulang.

Tapi Izra masih punya tujuan lain di tempat itu; sebuah dinding bertuliskan nama-nama korban meninggal dunia akibat likuefaksi pada 2018 silam. Ribuan nama korban itu membentuk bunga mawar putih.

Tangan perempuan yang selamat dari bencana itu meraba beberapa nama. Matanya meneliti setiap nama. Jarinya seperti mengeja setiap huruf.

Sesekali Izra meratap. Ada nama Umi Kalsum dan beberapa nama lain yang ditunjuknya. Beberapa warga lain juga melakukan hal yang sama di tembok memorial itu.

"Termasuk ipar dan mertua saya yang jadi korban meninggal dunia waktu itu," Izra menceritakan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Jadi Monumen Edukasi Kebencanaan

Dua penyintas Gempa Palu menatap nama-nama korban bencana likuefaksi yang tertulis di Balaroa Memorial Wall di Kelurahan Petobo, Palu, Sabtu (13/8/2022). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Sejak dibangun Mei, 2022 oleh salah satu yayasan Prancis dan Pemkot Palu, Balaroa Memorial Wall di area ruang terbuka hijau kompleks Huntap Balaroa jadi tempat mengenang bencana dahsyat yang menelan 1.042 rumah dan ribuan korban jiwa di kelurahan itu.

Keberadaan monumen pengingat itu dinilai juga bisa jadi sarana edukasi sejarah kebencanaan bagi generasi selanjutnya.

"Semoga ini tetap terawat supaya kita selalu ingat peristiwa itu dan belajar," Rahman Odi, salah satu pengunjung berharap.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya