Liputan6.com, Jakarta - Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Fransiscus Welirang menuturkan, perseroan mendukung penuh upaya Kementerian Pertanian dalam antisipasi krisis pangan global dengan mencari alternatif bahan baku lokal seperti sorgum.
Selain itu, perseroan juga siap mengembangkan mi instan berbahan dasar dari sorgum untuk menggantikan gandum yang diimpor dari luar negeri. Ia mengatakan, pihaknya dengan Kementerian Pertanian mendiskusikan banyak hal terutama mengembangkan bahan baku lokal. Ke depan, akan ada program pengembangan tanaman sorgum.
Advertisement
"Kita dengan Pak Mentan SYL memperbincangkan banyak hal, tapi intinya bagaimana kita saat ini bisa mengembangkan bahan baku lokal seperti sorgum,” ujar dia dikutip dari Antara, ditulis Minggu (14/8/2022).
Ia menambahkan, sorgum merupakan tanaman asli Indonesia yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan pangan nasional. Pria yang akrab disapa Franky ini mengatakan, pengembangan sorgum berperan penting untuk substitusi tepung terigu berbahan dasar gandung yang hingga kini bergantung pada impor. Tercatat impor gandum Indonesia 11,69 juta ton pada 2021.
Ia mengatakan, pihaknya siap memproses pengolahan komoditas sorgum, sedangkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian diharapkan dongkrak kapasitas produksi sorgum nasional.
"Pertanian dalam bidang budidaya, dan kami dalam bidang prosesnya. Apalagi produk tepung ini berkembang terus, akan ada produk baru yang berkembang. Yang pasti inisiasinya dari Kementan,” tutur dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemerintah Wajib Ingatkan Warga dan Pelaku Industri Pangan Terkait Potensi Krisis Pangan
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andiri menuturkan, pemerintah wajib mengingatkan masyarakat dan juga pelaku industri pangan terhadap potensi krisis pangan. Ia menilai, kondisi pangan dunia yang tengah mendapatkan tekanan akibat pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan perang Ukraina-Rusia yang ancam krisis pangan global.
Ia mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah substitusi kebutuhan pangan impor dengan bahan baku lokal. “Untuk kebutuhan industri pangan olahan berbasis tepung terigu, pemerintah mulai mengalakkan penanaman sorgum, singkong dan sagu yang dapat subsititusi gandum. Kementan juga memperkuat dan menyediakan pangan lokal alternatif, dari umbi-umbiaan, pisang dan aneka produk tanaman lokal lain,” ujar dia.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi gandum penduduk Indonesia pada 2019 adalah 30,5 kg per kapita per tahun. Kebutuhan gandum terbesar untuk industri produk pangan olahan antara lain mi instan, kue dan roti.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
9 Negara Setop Ekspor Gandum, Indonesia Lirik Sorgum Jadi Pengganti
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah kini tengah melirik pengembangan lahan sorgum sebagai komoditas pangan substitusi pengganti gandum.
Bahkan Pesiden Joko Widodo meminta pengembangan lahan sorgum hingga 154 ribu hektare di Kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai mengikuti rapat internal terkait peningkatan produksi sorgum dan kebijakan gandum di Istana Kepresidenan melansir Antara di Jakarta, Kamis (4/8/2022).
Presiden meminta adanya substitusi dan diversifikasi dari gandum sebagai bahan pangan dan campuran pakan ternak melalui sorgum.
Diketahui, terdapat 9 negara yang melakukan pelarangan ekspor gandum untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Negara tersebut, antara lain Kazakhstan, Kirgizstan, India, Afghanistan, Algeria, Kosovo, Serbia dan Ukraina. Kepala negara pun menilai sorgum bisa menjadi pengganti gandum.
"Arahan Bapak Presiden diprioritaskan untuk NTB di Kabupaten Waingapu yang kemarin sudah dilihat Bapak Presiden, dan di 2023 disiapkan lahan 115 ribu hektare dan di 2024 sebesar 154 ribu hektare," kata dia.
Saat ini luas tanam sorgum hingga Juni 2022 baru mencapai 4.355 hektare yang tersebar di 6 provinsi dengan produktivitas 3,63 ton per hektare.
Pada tahap awal, pengembangan sorgum dilakukan untuk 100 ribu hektare dari sasaran musim tanam 2022 sebanyak 15 ribu hektare.
Kemudian, peningkatan produksi sorgum diprioritaskan dengan pengembangan lahan seluas 115 ribu hektare pada 2023 dan 154 ribu hektare pada 2024.
Harga Sorgum
Adapun harga jual sorgum saat ini mencapai Rp3.500 per kg. Dengan produktivitas hingga 4 ton per hektare, petani mampu menghasilkan pendapatan Rp12,5 juta, dikurangi biaya produksi sebesar Rp8,4 juta.
"Kalau dibuat menjadi biji kering sosoh 9,2 juta ton per hektare harganya Rp15 ribu dan itu akan memberikan keuntungan sebesar Rp8 juta setiap panen," kata Airlangga.
Ia menambahkan bahwa pengembangan lahan sorgum ini akan menjadi satu ekosistem dengan peternakan sapi, mengingat batang dari sorgum bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih sorgum, sagu dan singkong sebagai substitusi pengganti gandum yang tengah krisis stok akibat perang Rusia dan Ukraina.
“Tentu kita harus mengembangkan tanaman pengganti ataupun substitusi dari gandum. Indonesia tentu punya beberapa alternatif selain sorgum, itu bisa juga dari tanaman sagu dan singkong,” kata Airlangga di Istana Negara Jakarta, Kamis (4/8/2022).
Advertisement
Siapkan Ekosistem
Menko Airlangga menambahkan, Presiden Jokowi sudah meminta kepada Kementerian Pertanian untuk menyiapkan sintan dan ternak dan Kemenko Perekonomian road mapnya. Sehingga, ekosistem daripada sorgum bisa terbentuk di Kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur.
“Sekaligus (perintah Presiden Jokowi) juga perlu dipersiapkan oleh Kementerian BUMN dan ESDM agar kesiapan untuk pengembangan bio ethnanol,” tambah ketua umum Partai Golkar ini.
Airlangga mencatat, saat ini pemerintah tengah mendorong kapasitas luasan lahan supaya diperluas untuk penanaman tumbuhan-tumbuhan tersebut.
Selain itu, keberlanjutan produk dan juga mendapatkan off taker atau penjamin komoditas hasil hutan kelompok tani hutan.
“Salah satu off taker dipertimbangkan oleh pemerintah adalah industri pakan ternak, di mana industri pakan ternak sekarang bahan bakunya 50 persen jagung dan 50 persen protein lain dan tentu dari protein lain ini salah satunya sorgum bisa dijadikan off taker untuk pakan ternak,” yakin Airlangga.
Airlangga melanjutkan, Presiden Jokowi juga memberi perintah kepada Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang diharapkan bisa terus mengembangkan fasilitas sorgum dan Kementerian PUPR utk mempersiapkan air dalam bentuk irigasi ataupun embung di wilayah klaster pertama yang dicoba NTB.
“Dalam klaster pertama diharapkan dalam 100 hari ini bisa dievaluasi, karena tanaman ini adalah tanaman bersifat 3 bulanan dan memang kita akan memperluas wilayahnya di Waingapu,” Airlangga menutup.