Liputan6.com, Purwokerto - Kisah Nabi Nuh AS yang paling populer adalah mengenai banjir besar yang menenggelamkan kaumnya yang durhaka. Jauh hari sebelum bencana itu tiba, Nabi Nuh telah mempersiapkan sebuah kapal atau bahtera.
Seperti dirawayatkan, selama proses pembuatan kapal tersebut, Nabi Nuh diolok dan dicaci. Kaum dan bahkan keluarganya mengabaikan peringatan yang diberikan Nabi Nuh bahwa akan terjadi banjir besar. Mereka menganggap Nabi Nuh membual.
Nabi Nuh adalah salah satu Rasul yang dijuluki Ulul Azmi, nabi dan rasul yang begitu sabar menyeru kaumnya agar hijrah ke jalan yang benar. Kurang lebih 950 tahun berdakwah, hanya segelintir dari kaumnya yang turut beriman.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan, anaknya sendiri, tetap kafir. Kesabaran Nabi Nuh AS yang berdakwah nyaris seribu tahun itu membuatnya dikenal sebagai salah satu nabi yang paling sabar.
Pada akhirnya, Nabi Nuh pun berdoa agar kaumnya dibinasakan. Alasannya jelas, Nabi Nuh meyakini manusia kala itu hanya akan melahirkan generasi-generasi yang lebih durhaka.
Singkat kata, Nabi Nuh pun berhasil membuat kapal yang akhirnya mengangkut semua manusia beriman dan hewan-hewan agar tak punah. Dalam berbagai literarur, diperkirakan, peristiwa ini terjadi sekitar 4.800 tahun lalu.
Saat hukuman berupa banjir besar itu tiba, kapal Nabi Nuh telah siap. Kapal ini lantas terombang-ambing selama 40 hari, hingga akhirnya ketika banjir surut kapal ini terdampar di Gunung Judi atau bukit Judi. Sejumlah peneliti mengklaim, bukit Judi yang dimaksud adalah gunung Ararat.
Diyakini, peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, tepatnya pada 10 Muharram. Itu kenapa 10 muharram diperingati sebagai hari yang begitu bersejarah, di samping peristiwa-peristiwa besar lain yang terjadi di hari yang sama.
Bukti-Bukti Penting Kapal Nabi Nuh di Gunung Ararat
Di dalam cerita Israiliyat diidentifikasikan gunung inilah tempat berlabuhnya Bahtera Nabi Nuh setelah "air bah" yang disebutkan di dalamnya.
Klaim bahwa kapal Nabi Nuh terdampat di Gunung Ararat itu juga berdasar pada penemuan struktur yang diduga merupakan perahu itu di Gunung Ararat di Turki timur pada akhir 1950-an.
Berbagai penelitian terus dilakukan. Pada awal milenium, para peneliti gabungan China dan Turki juga melakukan penelitian dengan hasil cukup signifikan.
Peneliti menemukan struktur yang memiliki beberapa kompartemen, beberapa dengan kayu balok, yang diyakini sebagai kandang hewan. Struktur tersebut membuat hipotesis bahwa kapal Nabi Nuh terdampar di Gunung Ararat makin kuat.
Keyakinan itu semakin bertambah lantaran di tahun-tahun itu juga kelompok arkeolog evangelis itu juga menemukan pemukiman manusia yang didirikan di atas dataran 3.500 meter di sekitarnya.
Terlepas dari di mana bahtera Nabi Nuh berlabuh, riwayat kapal Nabi Nuh tercantum dalam kitab suci agama Samawi. Islam, Kristen, Yahudi, seluruhnya menceritakan kapal Nabi Nuh.
Gunung Ararat sendiri adalah gunung berapi yang terletak agak jauh di timur laut Turki, 16 kilometer di sebelah barat Iran dan 32 kilometer selatan Armenia.
Advertisement
Gunung Judi dalam dalam A-Qur'an
Alquran Surat Saffat ayat 126 menyebut Nabi Adam, Idris dan Nuh merupakan nenek moyang terdahulu. Di dalam kitab 'Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-Ayat Sains dalam Alquran' menyebutkan Alquran tidak secara spesifik menjelaskan letak pemukiman kaum Nabi Nuh.
Namun, beberapa ulama meyakini mereka hidup di kawasan yang saat ini dikenal sebagai Kufah dan Irak. Alquran Surat Hud ayat 44, hanya menyebut lokasi mendaratnya bahtera Nabi Nuh yaitu di Gunung Judi.
"Dan firmankan, "Wahai bumi! telanlah airmu dan wahai langit (hujan) berhentilah" Dan air pun disurutkan dan perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi dan dikatakan binasalah orang-orang zalim."
Maulana Yusuf Ali dalam Tafsir Al-Quran menyatakan, bahwa gunung atau bukit Judi berada di suatu wilayah yang meliputi distrik Bohtan di Turki dekat perbatasan negara- negara Turki, Irak dan Suriah sekarang ini. Dataran tinggi dari rangkaian pegunungan ararat yang besar mendominasi wilayah ini.
Tim Rembulan