Liputan6.com, Jakarta Sedang viral di media sosial tentang perempuan bermobil yang ketahuan oleh salah satu pegawai toko waralaba mengambil dua cokelat batangan tanpa membeli. Si perempuan tersebut mengaku mengambil baru kemudian masuk kembali ke toko untuk bayar.
Selang beberapa waktu, rekaman perempuan saat ketahuan mengambil cokelat tersebar di media sosial. Lalu, perempuan tersebut membawa pengacara menuntut penjaga toko tersebut untuk meminta maaf.
Advertisement
Tagar ngutil yang berarti mengambil atau melebihkan barang belian tanpa sepengetahuan penjual pun trending di Twitter Indonesia. Masih terkait kasus yang sama, warganet mengaitkan bahwa bisa saja perempuan tersebut mengalami klepto atau kleptomania.
"Mungkin dia klepto. Pokoknya nyuri itu asik. Kan pengacara lebih mahal drpd cokelat," cuit salah satu warganet @chee**_cake_222.
Secara umum, guna menegakkan diagnosis kleptomania tentu tidak bisa hanya di permukaan saja. Perlu pemeriksaan oleh profesional seperti dokter spesialis kedokteran jiwa dan psikolog untuk menegakkan diagnosis tersebut pada seseorang.
Terlepas dari kasus ini, klepto atau kleptomania adalah kala kebiasaan mencuri sudah menjadi kecanduan. Kebiaaan ini tidak harus dengan mencuri barang mahal. Lalu, tidak perlu sampai ekstrem mencuri atau membobol rumah seperti mengutip WebMD.
Barang-barang yagn diambil biasanya bukang yang dibutuhkan dan nilai kecil. Pada orang dengan gangguan ini, biasanya disertai dengan masalah pengendalian diri dalam perilaku dan emosi.
"Ketika memiliki masalah pengendalian impuls, maka tidak dapat menahan godaan untuk melakukan hal-hal berbahaya dan berlebihan," masih seperti mengutip WebMD.
Orang dengan kondisi ini sebenarnya hanya sedikit sekitar 0,3 - 0,6 persen dari populasi. Di Amerika Serikat angka pasti jumlah kleptomania tidak diketahui pasti tapi diprediksi sekitar 6 dari seribu orang dewasa.
Faktor Penyebab
Faktor penyebab seseorang menjadi kleptomania tidak diketahui pasti. Namun, teori menunjukkan ada ketidakseimbangan impuls di otak. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut.
Berikut beberapa fakta tentang seseorang menjadi kleptomania:
- Sistem opioid otak
Ketika sistem opioid otak tidak seimbang, maka ada dorongan kuat untuk mencuri, disertai dengan kecemasan, gairah, dan ketegangan.
Maka, kecanduan untuk mengutil merupakan masalah psikologis. Dia sebenarnya tak butuh barang tersebut lalu barang yang dicuri juga nilainya kecil. Amat mudah sebenarnya bagi orang tersebut untuk membeli barang tersebut.
Hal ini berbeda dengan pencuri yang mencuri karena harga benda mahal atau mencuir karen butuh benda atau barang itu.
- Campuran emosi
Usai mencuri benda, muncul perasaan senang dan lega. Terkadang ada rasa bersalah tapi masih belum bisa mengendalikan keinginan untuk mencuri lagi,Pada kletpomania, keinginan mencuri timbul spontan lalu tidak akan menggunakan atau menyimpan saja benda itu. Berbeda dengan pencuri kriminal yang memang sudah direncanakan lalu digunakan.
- Gangguan adiktif
Mencuri dapat menyebabkan otak melepaskan dopamin, atau sesuatu yang menimbulkan perasaan senang. Perasaan tersebut mungkin yang dicari oleh seorang kelpetomania. Hal ini mungkin dilakukan untuk mengisi kekosongan emosional dan fisik dalam hidup.
- Permasalahan pada hormon serotonin
Serotonin adalah bahan kimia otak alami yang membantu mengatur suasana hati dan emosi. Ketika otak tidak memiliki kadar hormon yang cukup, itu menyebabkan mengembangkan perilaku impulsif.
Advertisement
Bisa Diobati?
Ada dua perawatan yang umum dilakukan pada orang kleptomania:
- Obat-obatan
Obat seperti antidepresan lainnya, telah menunjukkan efektivitas dalam mengobati gejala kleptomania dan dapat digunakan bersama dengan terapi perilaku kognitif.
- Psikoterapi
Terapi perilaku-kognitif menargetkan pikiran dan perilaku yang berkontribusi pada pencurian dan telah terbukti memiliki beberapa efektivitas dalam mengelola gejala kleptomania.
Seringkali, psikoterapi menjadi pengobatan lini pertama pada gangguan kontrol impuls. Terapi ini dilakukan dengan tujuan membantu pasien belajar mengenali dorongan mereka, menemukan mengapa mereka bertindak berdasarkan impuls ini, dan menemukan cara yang lebih tepat untuk meredakan dorongan dan ketegangan