Neraca Perdagangan Surplus USD 4,22 Miliar di Juli 2022, Rekor 27 Bulan Berturut-turut

Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada Juli 2022, memperpanjang rekor selama 27 bulan berturut-turut.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Agu 2022, 12:05 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Neraca perdagangan Indonesia diproyeksi masih akan mencatatkan surplus yang tinggi pada Maret 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada Juli 2022, memperpanjang rekor selama 27 bulan berturut-turut. Kali ini, neraca perdagangan surplus sekitar USD 4,22 miliar.

Capaian ini diperoleh lantaran angka ekspor per Juli 2022 yang sebesar USD 25,57 miliar masih lebih tinggi dibanding nilai impor pada bulan yang sama, sebesar USD 21,35 miliar.

Kendati demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor tersebut mengalami kenaikan sekitar 1,64 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dibanding Juni 2022, yang sebesar USD 21 miliar.

"Secara year on year (YoY), angka impor Juli 2022 melonjak 39,86 persen dibanding Juli 2021 yang sebesar USD 15,26 miliar," terang Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin (15/8/2022).

Di sisi lain, nilai ekspor Indonesia secara bulanan pada Juli 2022 juga terpangkas sebesar 2,20 persen, dari sebelumnya USD 26,15 miliar per Juni 2022 menjadi USD 25,57 miliar pada Juli 2022.

Setianto menjelaskan, penurunan angka ini terjadi akibat harga dan volume ekspor migas yang terpangkas pada Juli 2022 silam.

"Untuk penurunan ekspor migas lebih dikarenakan oleh nilai minyak mentah yang turun 60,06 persen, dan volume turun 60,82 persen," ungkap dia.

Tak hanya komoditas migas, ekspor barang non migas yang melemah juga turut memberikan andil terhadap nilai ekspor Juli 2022 yang mengecil.

"Jadi kalau dilihat di grafik, perkembangan mtm dan YoY terkait ekspor kita memang lebih dikarenakan oleh secara persentase turunnya komoditas untuk migas yang turun minus 11,24 persen. Sementara non migas turun 1,64 persen," bebernya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Nilai Ekspor

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia secara bulanan (month to month/mtm) pada Juli 2022 turun sebesar 2,20 persen, dari sebelumnya USD 26,15 miliar per Juni 2022 menjadi USD 25,57 miliar pada Juli 2022.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, penurunan angka ini terjadi akibat harga dan volume ekspor migas yang terpangkas pada Juli 2022 silam.

"Untuk penurunan ekspor migas lebih dikarenakan oleh nilai minyak mentah yang turun 60,06 persen, dan volume turun 60,82 persen," terangnya, Senin (15/8/2022).

Tak hanya komoditas migas, ekspor barang non migas yang melemah juga turut memberikan andil terhadap nilai ekspor Juli 2022 yang mengecil.

"Jadi kalau dilihat di grafik, perkembangan mtm dan YoY terkait ekspor kita memang lebih dikarenakan oleh secara persentase turunnya komoditas untuk migas yang turun minus 11,24 persen. Sementara non migas turun 1,64 persen," bebernya.

Bila dirinci lebih dalam, penurunan ekspor non migas Indonesia per Juli 2022 terhadap Juni 2022 karena komoditas besi dan baja sebesar 11,51 persen penurunannya.

Lalu, timah dan barang daripadanya terpangkas 54,02 persen, nikel dan barang daripadanya turun 15,53 persen.

"Kemudian kapal perahu dan struktur terapung ini penurunannya sebesar 82,30 persen," ujar Setianto.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Surplus Perdagangan RI Semester I 2022 Terbesar Sepanjang Sejarah

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di tengah pemulihan ekonomi global, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sangat bersyukur atas kinerja perdagangan Indonesia pada Juni 2022 yang berhasil mencatatkan surplus sebesar USD 5,09 miliar.

Surplus neraca perdagangan ini melanjutkan tren surplus beruntun yang dicapai sejak Mei 2020 atau tepatnya selama 26 bulan terakhir. Surplus bulan Juni 2022 terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 7,23 miliar dan defisit migas USD 2,14 miliar. Surplus perdagangan bulan Juni 2022 tersebut menopang pencapaian neraca perdagangan pada semester I 2022.

Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia semester I (Januari–Juni) 2022 mencatatkan surplus USD 24,89 miliar. Surplus tersebut khususnya disokong surplus pada sektor nonmigas USD 36,59 miliar dan defisit sektor migas sebesar USD 11,70 miliar.

Surplus semester I 2022 pun menjadi surplus per semester yang terbesar dalam sejarah, mengungguli surplus semester I tahun 2007 yang sebesar USD 20,15 miliar.

“Berbagai tantangan global yang kian masif tidak menyurutkan performa positif neraca perdagangan Indonesia. Secara historis, surplus perdagangan semester I 2022 merupakan surplus perdagangan semesteran terbesar sepanjang masa. Kondisi ini patut kita syukuri,” ujar Mendag Zulkifli Hasan menanggapi kinerja neraca perdagangan tersebut dikutip Rabu (20/7/2022).

Lebih lanjut, surplus perdagangan nonmigas Indonesia periode Juni 2022 didorong oleh surplus perdagangan dengan beberapa negara mitra dagang.

India menjadi negara mitra dagang yang menyumbangkan surplus terbesar dengan nilai USD 1,64 miliar. Kemudian, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar USD 1,47 miliar disusul Filipina dengan surplus USD 1,16 miliar.

 


Kinerja Semester I

Jika mengacu pada kinerja periode semester I 2022, surplus terbesar datang dari perdagangan dengan AS sebesar USD 9,19 miliar, disusul India sebesar USD 6,24 miliar, dan Filipina sebesar USD 5,15 miliar.

Ekspor CPO dan Produk Turunannya Topang Kinerja Ekspor Indonesia pada Juni 2022Ekspor Indonesia pada Juni 2022 mencapai USD 26,09 miliar atau naik sebesar 21,30 persen dibanding Mei 2022 (month-on-month/MoM) dan tumbuh 40,68 persen dari Juni 2021 (year-on-year/YoY).

Ekspor migas dan nonmigas sama-sama mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 2,45 persen (MoM) dan 22,71 persen (MoM).

Penguatan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor di Juni 2022. Sektor industri pengolahan menjadi sektor andalan dalam menyumbang ekspor Indonesia dengan tingkat pertumbuhan tertinggi sebesar 29,21 persen (MoM), disusul oleh sektor pertanian sebesar 23,30 persen (MoM) dan sektor pertambangan 6,22 persen (MoM).

Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan, pertumbuhan ekspor industri pengolahan mengindikasikan semakin membaiknya kualitas ekspor Indonesia.

Peningkatan ekspor Juni 2022 terutama disumbang oleh produk lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) yang meningkat sebesar 300,66 persen (MoM).

Selain lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), perbaikan ekspor juga ditopang oleh produk-produk yang bernilai tambah tinggi seperti timah dan produknya (HS 80), pakaian bukan rajutan (HS 62), dan makanan olahan (HS 21).

“Pencabutan kebijakan pelarangan ekspor crude palm oil (CPO); refined, bleached, and deodorized palm oil (RBD PO); refined, bleached, and deodorized palm olein (RBD Palm Olein); dan used cooking oil (UCO) melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 30 Tahun 2022 jo. Permendag No. 39 Tahun 2022 dan Program Percepatan Penyaluran CPO, RBD PO, RBD Palm Olein dan UCO melalui Permendag No. 38 Tahun 2022 telah mendorong ekspor CPO dan produk turunannya di Juni ini,” tegas Mendag Zulkifli Hasan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya