Liputan6.com, Jakarta Ponsel dan benda elektronik berlayar sudah lekat jadi kebutuhan orang zaman digital sekarang ini. Mau tak mau orangtua pun memperkenalkan dunia digital seperti handphone dan televisi canggih kepada anak.
Namun, orangtua tidak bisa serta merta membebaskan anak mengakses informasi dan konten digital. Penting bagi orangtua mengetahui cara yang baik melakukan pola asih di era digital (digital parenting) seperti disampaikan Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indria Laksmi Gamayanti.
Advertisement
"Kecepatan dan kemudahan dalam mengakses informasi dan konten digital perlu adanya pengawasan dan batasan agar anak terhindar dari dampak negatif terhadap psikis dan mental melalui teknologi digital, terutama yang berkaitan dengan adiksi gadget," kata Indria mengutip Antara.
Bila orangtua memberikan perangkat gawai secukupnya pada anak, diharapkan buah hati bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat, bahagia dan mampu bersosialisasi dengan sekitar.
Bagi orangtua yang masih bingung dalam pengasuhan di era digital, Indria menjelaskan setidaknya terdapat empat strategi yang perlu diperhatikan.
Pertama, adalah pengenalan teknologi pada anak sesuai kebutuhan. Setiap anak memiliki kecenderungan minat berbeda terhadap produk teknologi. Ada yang sangat suka, sekadar suka, atau malah tidak terlalu suka dengan alat teknologi.
"Kadar kesukaan tersebut menjadi pijakan untuk menentukan jenis konten apa yang layak kita suguhkan bagi anak-anak. Faktor utama yang mesti diperhatikan adalah usia anak dan kebutuhannya. Berbeda usia, berbeda pula preferensi dan kebutuhan mereka terhadap akses teknologi," kata Indria.
Batasan Waktu
Kedua, adalah menyeimbangkan penggunaan gawai. Orangtua dapat menyepakati screentime untuk anak dan membekali mereka dengan pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi dengan bijak.
"Sesekali mendampingi anak ketika mereka mengakses internet juga menjadi penting, sebab lewat momen kebersamaan itu orang tua dapat memberikan pemahaman terkait pemanfaatan teknologi sekaligus membangun bonding dengan anak," ujarnya.
Ketiga adalah memperbanyak aktivitas interaktif. Penggunaan teknologi yang berlebihan pada anak kerap disebabkan oleh kurangnya aktivitas interaktif. Hal ini akan menyebabkan terganggunya pola komunikasi anak dengan lingkungan sekitar.
Indria mengatakan, orang tua dapat membuat anak-anak lebih aktif dengan berbagai interaktif seperti olahraga, permainan fisik dan puzzle dapat mengurangi waktu anak-anak di depan layar.
"Orang tua juga diimbau untuk tidak menggunakan teknologi secara berlebih ketika sedang berinteraksi dengan anak," kata dia.
Advertisement
Pola Asuh Demokratis
Terakhir, adalah menerapkan pola asuh demokratis. Salah satu pola asuh yang dibutuhkan pada era digital adalah pola asuh yang demokratis atau authoritative.
"Pola asuh ini berupaya membantu anak agar bersikap kritis terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari era digital, sehingga anak akan menjadi lebih paham akan penggunaan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab," kata Indria.