Liputan6.com, Jakarta - Pengeluaran dan harga perjalanan bisnis diperkirakan tidak akan pulih ke tingkat pra-pandemi Covid-19 sampai sekitar tahun 2026, dua tahun lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal itu diungkapkan dalam laporan dan perkiraan tahunan terbaru oleh Global Business Travel Association, yang diterbitkan pada Senin (15/8).
Advertisement
Dilansir dari CNBC International, Selasa (16/8/2022) perkiraan lambatnya pemulihan perjalanan bisnis dikarenakan inflasi dan kekurangan tenaga kerja yang menaikkan biaya perjalanan, termasuk masalah geopolitik.
Pengeluaran oleh pelancong bisnis, yang menjadi sumber pendapatan utama bagi perusahaan maskapai dan hotel, telah meningkat tahun ini.
Global Business Travel Association menyebut, pengeluaran perjalanan bisnis di seluruh dunia akan meningkat hampir 34 persen pada tahun 2022 menjadi USD 933 miliar.
Tetapi jumlah pengeluaran itu masih lebih kecil dari yang dilaporkan pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19, sebesar USD 1,4 triliun.
Dengan tingginya inflasi, biaya perjalanan diperkirakan akan terus naik hingga tahun 2023 mendatang.
Salah satunya di Amerika Serikat, di mana inflasi yang memicu kenaikan harga, pendapatan per kamar yang tersedia di hotel-hotel AS pada bulan Juli adalah USD 92,36, naik dari USD 88,05 dibandingkan periode yang sama tahun 2019, menurut data awal dari perusahaan data hotel STR.
Namun tingkat hunian turun menjadi 63 persen dari hampir 67 persen pada tahun 2019.
Perusahaan maskapai dan hotel-hotel di AS kini sedang bekerja keras menggembar-gemborkan kembalinya pelancong bisnis tahun ini, setelah banyak perusahaan menunda perjalanan selama pandemi Covid-19.
Jelang Aturan Baru Penerbangan, AP II Sediakan Sentra Vaksinasi Booster Covid-19 di 20 Bandara
Jelang pelaksaan aturan terbaru terkait Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) dan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang mewajibkan booster vaksin Covid-19 atau menunjukan hasil PCR negatif, Pengelola Bandara Internasional Soekarno Hatta, menyediakan tempat vaksinasi di bandara.
Regulasi terbaru tersebut adalah Surat Edaran (SE) Kementerian Perhubungan Nomor 70/2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi COVID-19, dan SE Kementerian Perhubungan Nomor 71/2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Luar Negeri Dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi COVID-19.
"AP II sebagai pengelola 20 bandara telah berkoordinasi dengan seluruh stakeholder untuk memberlakukan regulasi terbaru mulai 17 Juli 2022 sesuai SE Kemenhub bagi penumpang pesawat rute domestik dan rute internasional," ujar VP of Corporate Communications AP II Akbar Putra Mardhika, Senin (11/7/2022).
Untuk itu, bandara yang dikelola AP II telah membuka sentra vaksinasi khusus dosis ketiga (booster) dan menyediakan lokasi tes RT-PCR maupun antigen.
"Melalui sentra vaksinasi booster di seluruh bandara AP II, kami berharap penumpang dapat memenuhi regulasi dengan baik. Kami juga berharap sentra vaksinasi booster di bandara AP II dapat turut mendorong tingkat vaksinasi booster di Indonesia untuk mendukung penanganan COVID-19,” jelas Akbar.
Bandara AP II yang membuka sentra vaksinasi booster termasuk Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Jurus Industri Penerbangan Bangkit dari Dampak Covid-19, Salah Satunya Minta Tarif Naik
Indonesia National Air Carriers Association (INACA) melakukan sederet upaya guna membangkitkan sektor penerbangan dalam negeri. Mulai dari kampanye terbang sehat, hingga adanya penyesuaian tarif.
Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengungkapkan sektor penerbangan tanah air kini mulai kembali bangkit. Ia pun mengisahkan sejumlah upaya yang dilakukan.
"Sejak awal-awal pandemi, sekitar Agustus 2020 lalu kami secara gencar melalukan kampanye untuk membangkitkan sektor penerbangan melalui Safe Travel Campaign ke sejumlah kota seperti Bali, Yogyakarta, Medan, dan Padang bersama para maskapai anggota INACA yaitu, Garuda Indonesia, Citilink, AirAsia dan Lion Group,” kata Denon dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/6/2022).
Ia menambahkan kegiatan ini juga mendapatkan dukungan penuh dari stakeholder terkait. Diantaranya Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Pengelola Bandara yaitu PT. Angkasa Pura I dan II, AirNav selaku pengelola navigasi udara.
Serta keterlibatan industri perhotelan yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Dimana kampanye memiliki tujuan meningkatkan rasa percaya diri masyarakat untuk kembali terbang.
"Penerapan protokol kesehatan secara ketat oleh maskapai penerbangan dan pengelola bandara, menjadi faktor pendorong masyarakat untuk kembali bepergian. Itu yang kami kampanyekan sejak awal Covid-19," katanya.
Tidak hanya itu, Denon juga melakukan pendekatan dan diskusi solutif kepada Pemerintah Daerah (Pemda), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Pemerintah Kota (Pemkot). Tujuannya agar tidak melakukan penutupan akses penerbangan bagi maskapai yang ingin melayani jasa penerbangan. Menurutnya, hal ini demi kepentingan bersama sehingga aksesibilitas tetap terbuka bagi masyarakat.
"Awal Pandemi ada beberapa daerah yang menutup akses udara, sehingga anggota INACA tidak bisa memberikan layanannya. Untuk ini kami melakukan pendekatan kepada para kepala daerah dan alhamdulillah mereka mengizinkan anggota kami untuk menerbangi daerah itu yang tentunya dengan melaksanakan protokol kesehatan yang sangat ketat," katanya.