Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai Indonesia telah menjadi salah satu pemain kunci dalam skena industri mobil listrik dunia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya investor besar dunia yang mencemplungkan diri dalam program hilirisasi pembuatan baterai mobil listrik di Tanah Air.
"Sekarang ini, Indonesia telah menjadi produsenkunci dalam rantai pasok baterai litium global. Produsenmobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika ikutberinvestasi di Indonesia," ujar Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR & DPD RI, Selasa (16/8/2022).
Advertisement
Setelah nikel, Jokowi melanjutkan, pemerintah juga akan mendorong hilirisasi untuk bahan baku perangkat mobil listrik lainnya, semisal bauksit, tembaga, dan timah.
"Kita harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia," seru Jokowi.
Selain hilirisasi, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyatakan, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau harus terus pemerintah tingkatkan.
"Persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan hutan mangrove, serta rehabilitasi habitat laut, akan terus dilakukan, dan akan menjadi potensi besar penyerap karbon," terangnya.
Jokowi menyebut, energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio, akan menarik industrialisasi penghasil produk-produk rendah emisi.
Sebagai contoh, ia menyinggung kawasan industri hijau di Kalimantan Utara yang dinilainya akan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia.
"Saya optimistis, kita akan menjadi penghasil produk hijau yang kompetitif di perdagangan internasional. Upaya tersebut bisa langsung disinergikan dengan program peningkatan produksi pangan dan energi bio," pungkas Jokowi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jokowi Akui Suntik Subsidi Rp 502 Triliun Agar Harga BBM Tak Melambung
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia termasuk negara yang mampu menghadapi krisis global, dimana perekonomian bisa terjaga dengan cukup baik dibanding negara lain, bahkan mencatatkan surplus APBN 2022.
Selain itu, Indonesia termasuk negara pulih lebih cepat bangkit dan lebih kuat yang berhasil mengendalikan pandemi Covid-19. Indonesia termasuk lima besar negara dengan vaksinasi terbanyak di dunia, dengan 432 juta dosis vaksin telah disuntikkan.
Inflasi juga berhasil dikendalikan di kisaran 4,9 persen. Angka ini jauh di bawah rata-rata inflasi negara di ASEAN yang berada di kisaran 7 persen. Jauh di bawah inflasi negara-negara maju yang berada di sekitar 9 persen.
“Bahkan, sampai pertengahan 2022 ini, APBN juga surplus Rp 106 triliun. Oleh karena itu, Pemerintah mampu memberikan subsidi BBM, LPG, dan Listrik, sebesar Rp 502 triliun di 2022, agar harga BBM di masyarakat tidak melambung tinggi,” kata Jokowi dalam Pidato Presiden RI pada Sidang Tahunan MPR-RI dan Sidang bersama DPR RI dan DPD RI tahun 2022, Selasa (16/8/2022).
Selain itu, ekonomi berhasil tumbuh positif di 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022. Neraca perdagangan juga surplus selama 27 bulan berturut-turut, dan di semester I tahun 2022 ini surplusnya sekitar Rp364 triliun.
“Capaian tersebut patut kita syukuri. Fundamental ekonomi Indonesia tetap sangat baik di tengah perekonomian dunia yang sedang bergolak,” ungkap Jokowi.
Advertisement
Harus Tetap Hati-Hati
Di satu sisi, Indonesia memang harus tetap waspada dan harus tetap hati-hati. Namun disisi lain, agenda-agenda besar bangsa harus tetap dilanjutkan untuk meraih Indonesia Maju.
Ke depan, kata Jokowi, tantangan yang dihadapi sangat berat. Semua negara,di seluruh dunia,sedang menghadapi ujian.Krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih.
Perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit. Tiba-tiba meletus perang di Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan tidak terhindarkan lagi.
Seratus tujuh negara terdampak krisis, sebagian diantaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan.
“Ujian ini tidak mudah bagi dunia dan juga tidak mudah bagi Indonesia. Semua ini harus kita hadapi dengan kehati-hatian dan dengan kewaspadaan,” pungkas Jokowi.