Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah dokter spesialis membantah isu-isu miring terkait air minum dalam kemasan (AMDK) atau galon mengandung Bisfenol A atau BPA, yang bikin masyarakat panik.
Beberapa waktu yang lalu muncul isu bahwa AMDK galon guna ulang yang menggunakan bahan plastik jenis Polikarbonat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Advertisement
Hal tersebut karena BPA yang ada dalam kemasan galon disebut dapat bermigrasi ke dalam airnya jika terpapar panas matahari.
Menanggapi isu tersebut, Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jawa Barat, Dr Muhammad Alamsyah Aziz SpOG(K) KIC M. Kes mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan kasus gangguan kesehatan pada ibu hamil maupun janin yang berkaitan dengan konsumsi AMDK guna ulang atau galon berbahan Polikarbonat.
Omongan Alamsyah sejalan dengan penelitian pakar yang menyebut bahwa tingkat migrasi BPA dalam kemasan galon sangat kecil.
"Jadi, sampai saat ini Bisfenol yang ditemukan di dalam air akibat migrasi dari kemasannya itu sangat rendah sekali. Masih dalam batas ambang aman, baik itu yang sudah dikeluarkan BPOM dan WHO," kata Alamsyah.
"Baik itu data-data yang kita temukan, seribu kali lebih aman dibanding batas ambang. Jadi, jangan khawatir untuk mengonsumsi air dari galon," ujarnya mengutip CNN Insider seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 16 Agustus 2022.
Selain itu, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM FINASIM FACP juga mengatakan bahwa hingga saat ini bahan BPA yang terdapat dalam kemasan plastik Polikarbonat tidak terbukti menyebabkan kanker.
Oleh sebab itu, Aru meminta agar masyarakat tidak perlu panik dan takut untuk mengonsumsi AMDK galon.
Salah Satu Cara Cegah Kanker Minum Air Putih yang Rutin
Kementerian Kesehatan RI menyarankan agar masyarakat mengonsumsi air putih sekitar delapan gelas atau hampir setara dengan dua liter per hari. Dan, air minum dalam galon guna ulang menjadi salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan cairan setiap harinya.
Namun, dengan adanya isu BPA ini, membuat masyarakat menjadi resah dan ragu. Aru pun menekankan agar masyarakat tidak perlu khawatir.
"Saya harap tidak perlu khawatir, karena BPA yang ada di air kemasan itu buktinya masih sangat lemah untuk bisa menyebabkan kanker. Jadi, masyarakat belum perlu khawatir atau tidak perlu khawatir saat ini," kata Aru.
Malah Aru bilang salah satu kiat untuk mencegah kanker adalah dengan rutin minum air putih yang cukup. Aru juga mememinta agar masyarakat rajin menerapkan gaya hidup sehat, seperti berolahraga dan menyantap makanan bergizi.
Advertisement
BPA yang Tidak Sengaja Dikonsumsi Akan Dikeluarkan Lewat Urine
Hal senada diungkap Dosen Biokimia dari Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Syaefudin PhD yang mengatakan bahwa BPA yang tidak sengaja dikonsumsi para konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh.
Sebab, kata Syaefudin, BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urin.
"Sebenarnya, kalau BPA itu tidak sengaja dikonsumsi oleh kita tubuh kita. Misalkan dari air minum dalam kemasan yang mengandung BPA. Tapi, ketika dikonsumsi, yang paling berperan itu adalah hati. Ada proses glukorodinase di hati, yaitu adanya enzim yang mengubah BPA itu menjadi senyawa lain yang mudah dikeluarkan tubuh lewat urine," Syaefudin menambahkan.
Sebenarnya lagi BPA memiliki waktu paruh biologisnya atau biological half life. Artinya, jelas dia, ketika BPA itu misalnya satuannya 10, masuk dalam tubuh, selama lima sampai dengan enam jam akan cuma tersisa lima.
Selanjutnya
Lalu, setengahnya lagi dikeluarkan dari tubuh. Artinya, yang berpotensi untuk menjadi 'racun' dalam tubuh itu sebenarnya sudah berkurang.
Dari sisi seorang biokimia, Syaefudin menjelaskan bahwa uji BPA setelah dikonsumsi itu sangat perlu dilakukan.
"Makanya yang perlu dicek sekarang itu adalah kondisi kita itu seperti apa sih dengan regulasi yang ada sekarang. Sebenarnya paparan eksisting kita itu berapa setelah berada di dalam tubuh. Kalau sudah tahu paparannya ini baru bisa jadi argumentasi yang logis untuk industri maupun masyarakat. Selama data ini tidak ada, BPOM tidak bisa lantas mengatakan bahwa BPA kemasan galon guna ulang itu berbahaya bagi kesehatan," katanya.
"Jangan-jangan, half life yang lima sampai enam jam itu mampu sudah mereduksi BPA itu," dia menambahkan.
Syaefudin pun menyarankan agar selain melakukan uji existing terhadap airnya, BPOM juga mengecek lagi kondisi riilnya berapa orang di seluruh Indonesia yang telah mengonsumsi air AMDK guna ulang itu, yang paparan BPA di dalam tubuhnya melebihi batas aman yang sudah ditetapkan sebesar 0,6 bpj.
"Setelah itulah baru BPOM bisa membuat kesimpulan. Tapi sebelum itu dilakukan, ya tidak bisa disimpulkan BPA dalam galon guna ulang itu berbahaya," ujarnya.
Advertisement