Belanja COVID-19 Tak Lagi Ada, Anggaran Kesehatan 2023 Fokus di 7 Hal Ini

Belanja khusus COVID-19 tahun depan tak lagi ada dan anggaran kesehatan difokuskan pada sejumlah sektor.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Agu 2022, 10:00 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Rapat membahas konsultasi terkait usulan perubahan pengelompokan/skema barang kena pajak berupa kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Seiring dengan pengendalian pandemi di Indonesia yang kian membaik, anggaran dan belanja khusus penanganan COVID-19 pada tahun 2023 ditiadakan. Meski begitu, Pemerintah tetap mengalokasikan anggaran kesehatan reguler yang ditambah jumlahnya.

Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, anggaran kesehatan reguler tahun 2023 naik sebesar Rp169,8 triliun. Namun, tidak ada alokasi khusus COVID-19 seperti halnya tahun 2020 sampai 2022.

Apabila dilihat, alokasi anggaran tahun 2023 menurun, tetapi angka itu tidak lagi memasukkan dana khusus COVID-19. Sebagai pembanding, alokasi tahun 2022, yakni anggaran kesehatan reguler di angka Rp130,4 triliun, kemudian ditambah anggaran COVID-19 Rp82,4 triliun, sehingga total digabungkan menjadi Rp212,8 triliun.

"Untuk anggaran kesehatan, saya hanya menjelaskan levelnya saja. Kalau dilihat angkanya sepertinya turun. Yang paling tinggi tahun 2021, karena kita di tengah-tengah varian COVID-19 dan vaksinasi," ujar Sri Mulyani saat Konferensi Pers: Nota Keuangan & RUU APBN 2023 pada Selasa, 16 Agustus 2022.

"Ini menyebabkan anggaran yang luar biasa besar dari belanja kita di bidang kesehatan, yang mana kita mencapai lebih dari Rp100 triliun untuk kesehatan yang berhubungan dengan COVID-19."

Secara umum, anggaran kesehatan tahun 2023 sebesar Rp169,8 triliun terdiri dari:

  • Belanja K/L Rp104,8 triliun
  • Belanja non K/L Rp15,9 triliun
  • Transfer ke Daerah Rp49,1 triliun

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pembiayaan Pasien COVID-19

Paramedis melakukan observasi kepada seorang pasien positif COVID-19 yang dirawat di Puskesmas Jurumudi, Tangerang, Banten, Kamis (17/2/2022). Kasus positif COVID-19 di Kota Tangerang terus mengalami penurunan kasus dari 2000 kasus perhari menjadi 1000 kasus perhari. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Sri Mulyani Indrawati, anggaran kesehatan reguler tahun 2023 sebesar Rp169,8 triliun termasuk kenaikan besar dibanding tahun 2022 yang di angka Rp130,4 triliun. Di sisi lain, ia membeberkan pembiayaan pasien COVID-19 yang membengkak dalam tiga tahun pandemi berlangsung.

"Kita lihat (alokasi dana) tanpa COVID-19 Rp169,8 triliun itu adalah kenaikan yang cukup besar. Saya akan sampaikan di sini ya," paparnya.

"Untuk belanja COVID-19 itu belanja untuk pasien saja tahun 2020 Rp14,5 triliun, tahun 2021 kita membayar lebih dari Rp62,7 triliun plus Rp20 triliun tagihan. Jadi total Rp82 triliun lebih, tepatnya Rp83,3 triliun dan tahun ini kita masih punya tagihan Rp7,9 triliun."

Dalam alokasi anggaran 2023, Menkeu Sri Mulyani berharap pembiayaan pasien COVID-19 dan tagihan COVID-19 dengan ratusan triliun rupiah tak ada lagi. Sebab, diharapkan status pandemi tahun depan dapat dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Kalau kita anggap pasien-pasien COVID-19 sudah tidak ada atau sangat minimal, karena kita berharap tahun depan tidak lagi menjadi pandemi atau (masuk) endemi, maka seluruh biaya-biaya yang ratusan triliun tadi tidak akan lagi ada," harapnya.

"Namun, belanja kesehatan tetap kita naikkan dari Rp130,4 triliun ke Rp169,8 triliun."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kebijakan Anggaran Kesehatan 2023

Seorang balita ditimbang badannya sebelum menerima vaksin campak dan polio di sebuah posyandu di Banda Aceh, Aceh, Rabu (4/10/2020). Pemberian vaksin polio dan vaksin campak secara gratis yang berlanjut di tengah pandemi COVID-19 bertujuan memperkuat imunitas anak. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Ditegaskan kembali oleh Menkeu Sri Mulyani Indrawati, anggaran kesehatan 2023 berfokus memperbaiki fasilitas dan ketahanan kesehatan.

"Artinya sekarang, fokus kesehatan adalah memperbaiki seluruh fasilitas dan ketahanan kesehatan kita. Tidak mengurangi (alokasi anggaran tahun depan) karena memang tidak terjadi lagi, (pembiayaan) pasien dan vaksinasi yang biayanya memang luar biasa besar," terangnya.

Adapun fokus kebijakan anggaran kesehatan 2023 sebagaimana paparan Sri Mulyani di 7 hal, antara lain:

  1. Penguatan sektor layanan kesehatan primer, terutama dalam upaya promotif dan preventif
  2. Peningkatan layanan kesehatan sekunder terutama rumah sakit rujukan dan laboratorium
  3. Percepatan ketersediaan, kualitas dan distribusi tenaga kesehatan
  4. Peningkatan ketahanan kesehatan terutama ketersediaan, kemandirian dan mutu farmasi dan alat kesehatan serta penguatan sistem kegawatdaruratan
  5. Peningkatan mutu layanan dan suistainabilitas program JKN
  6. Penguatan inovasi dan pemanfaatan teknologi kesehatan
  7. Percepatan penurunan prevalensi stunting melalui peningkatan kualitas dan cakupan intervensi spesifik

Penanganan Pandemi COVID-19 Terbaik

Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Ma'ruf Amin dan Ketua DPR RI, Puan Maharani saat menghadiri rapat Paripurna pembukaan masa persidangan I DPR tahun sidang 2022-2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Rapat kali ini berbeda dengan rapat sidang tahunan MPR RI pagi tadi, Presiden Jokowi hadir bersama Ma'ruf Amin dengan setelah jas yang rapi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada pidato Nota Keuangan RAPBN 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, anggaran kesehatan direncanakan sebesar Rp169,8 triliun atau 5,6 persen dari belanja negara. Anggaran tersebut akan diarahkan untuk melanjutkan penanganan pandemi, reformasi sistem kesehatan, percepatan penurunan stunting, serta kesinambungan program JKN.

"Percepatan penurunan stunting dilakukan melalui perluasan cakupan seluruh kabupaten/kota di Indonesia,dengan penguatan sinergi berbagai institusi," katanya.

Sejalan dengan yang disampaikan Jokowi, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia termasuk negara yang menangani pandemi COVID-19 terbaik di dunia.

"Jadi, ini sangat menentukan momentum pemulihan ekonomi Indonesia meskipun kita tetap menghadapi hal yang sama seperti terjadinya gelombang kedua Delta, varian Omicron, Indonesia juga tidak terlepas dari itu," imbuhnya.

"Namun, mekanisme yang ada menyebabkan Indonesia mampu untuk menjaga antara di satu sisi dari COVID-19 semakin menurun, lalu di sisi lain mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi terus berjalan. Ini yang kemudian menjadi kunci bagi kita untuk bisa melakukan pemulihan ekonomi sejak tahun 2021 dan akselerasinya terjadi di 2022."

Infografis 5 Tips Atasi Tangan Kering Akibat Sering Cuci Tangan Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya