Liputan6.com, Canberra - Para peneliti di Australia dan Amerika Serikat memulai proyek bernilai jutaan dolar untuk membawa Tasmanian Tiger atau harimau Tasmania kembali dari kepunahan.
Thylacine yang terakhir diketahui secara resmi mati pada tahun 1930-an, demikian seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (17/8/2022).
Baca Juga
Advertisement
Tim tersebut mengatakan, binatang itu dapat diciptakan kembali menggunakan sel induk dan teknologi penyuntingan gen, dan harimau Tasmania pertama dapat diperkenalkan kembali ke alam liar dalam waktu 10 tahun.
Sementara itu, pakar lain skeptis soal ini.
Harimau ini mendapat julukan harimau Tasmania karena belang-belang di sepanjang punggungnya -- tetapi sebenarnya ia adalah hewan berkantung, jenis mamalia Australia yang membesarkan anak-anaknya di dalam kantong.
Kelompok ilmuwan Australia dan AS berencana untuk mengambil sel punca dari spesies berkantung hidup dengan DNA serupa, dan kemudian menggunakan teknologi penyuntingan gen untuk "mengembalikan" spesies yang punah.
Jika berhasil, ini merupakan pencapaian luar biasa bagi para peneliti yang mencobanya, dan membutuhkan sejumlah terobosan ilmiah.
"Saya sekarang percaya bahwa dalam waktu 10 tahun kita bisa memiliki bayi harimau Tasmania yang hidup pertama sejak mereka diburu hingga punah hampir satu abad yang lalu," kata Profesor Andrew Pask, yang memimpin penelitian dari University of Melbourne.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Awal Kepunahan
Populasi harimau Tasmania menurun ketika manusia tiba di Australia puluhan ribu tahun yang lalu.
Harimau Tasmania terakhir yang ditangkap mati ada di Kebun Binatang Hobart pada tahun 1936.
Jika para ilmuwan berhasil menghidupkan kembali hewan itu, maka ini akan menandai peristiwa pertama dalam sejarah, tetapi banyak ahli luar meragukan sains di baliknya.
"Menghidupkannya kembali adalah ilmu dongeng," Associate Professor Jeremy Austin dari Australian Centre for Ancient DNA mengatakan kepada Sydney Morning Herald.
Gagasan membawa kembali harimau Tasmania telah ada selama lebih dari 20 tahun. Pada tahun 1999, Museum Australia mulai mengejar proyek untuk mengkloning hewan tersebut, dan sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan untuk mengekstrak atau membangun kembali DNA yang layak dari sampel.
Proyek terbaru ini merupakan kemitraan antara ilmuwan di University of Melbourne dan perusahaan yang berbasis di Texas, Colossal.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Populasi Harimau Nepal Meningkat 3 Kali Lipat, Kabar Baik Tapi Bikin Takut Warga
Sementara itu, populasi harimau Nepal meningkat hampir tiga kali lipat dalam 12 tahun, perdana menteri negara itu mengumumkan. Tetapi kekhawatiran tentang biaya manusia dari pemulihan kucing besar itu meningkat setelah meningkatnya serangan fatal.
Dikutip dari laman The Guardian, Selasa (2/8/2022), dari 121 ekor pada tahun 2010, populasi harimau Bengal di Nepal telah meningkat menjadi 355, menurut survei terbaru, yang diungkapkan oleh perdana menteri, Sher Bahadur Deuba, untuk memperingati Hari Harimau Internasional pada hari Jumat.
Konservasionis telah memberikan penghormatan atas keberhasilan Nepal dalam membantu kucing besar untuk pulih melalui tindakan keras terhadap perburuan, perluasan taman nasional dan penciptaan koridor satwa liar dengan negara tetangga India.
Nepal adalah negara pertama dari 13 negara yang memiliki habitat harimau yang memperbarui angkanya sebelum pertemuan puncak yang akan diadakan di Vladivostok, Rusia timur, pada bulan September untuk mengevaluasi upaya konservasi global untuk melindungi kucing besar.
Pada tahun 2010, pemerintah berkomitmen untuk menggandakan populasi harimau liar dunia pada tahun harimau China berikutnya, yaitu tahun ini. Angka mencapai titik terendah sepanjang masa yaitu 3.200 pada tahun 2010, sekitar 100.000 pada abad sebelumnya.
Tetapi di Nepal, lusinan serangan harimau baru-baru ini terhadap manusia telah membuat beberapa orang mengatakan bahwa masyarakat yang tinggal di dekat kawasan lindung membayar mahal untuk pemulihan hewan tersebut.
Serangan Harimau Meningkat
Selama tiga tahun terakhir telah terjadi 104 serangan harimau di dalam kawasan lindung dan 62 orang telah tewas, menurut Kathmandu Post . Para korban sering diserang saat mengumpulkan kayu bakar, menggembalakan ternak atau mencari makan di hutan.
Shiv Raj Bhatta, direktur program konservasi di WWF Nepal, mengatakan peningkatan jumlah harimau adalah kabar baik tetapi memperingatkan bahwa negara itu memasuki tahap baru pemulihan kucing besar di mana manusia harus belajar hidup berdampingan dengan harimau.
“Orang-orang sekarang melihat dan bertemu harimau di mana-mana, sehingga kasus konflik harimau-manusia meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa populasi harimau hampir mencapai tingkat maksimum di Nepal. Kami adalah negara kecil. Peningkatan ini menjadi tantangan baru bagi pemerintah. Sekarang kita perlu menunjukkan bahwa harimau dan manusia bisa hidup berdampingan,” katanya.
Advertisement