200 Perempuan Berkebaya Pertiwi Indonesia Ikuti Kirab Budaya di Upacara HUT ke-77 RI

Di HUT ke-77 RI, 200 lebih perempuan yang bergabung dalam Barisan Berkebaya Penjaga Bendera Pusaka ini mewakili berbagai komunitas peduli berkebaya di Indonesia.

oleh Henry diperbarui 17 Agu 2022, 21:01 WIB
Barisan Berkebaya Penjaga Bendera Pusaka terdiri dari sejumlah 200 lebih perempuan perwakilan dari Komunitas Peduli Kebaya di Indonesia. (Dok/Pertiwi Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Perkumpulan Berkebaya Pertiwi Indonesia menjadi bagian dari prosesi kirab budaya dan penyerahan duplikat Bendera Negara Sang Merah Putih dan teks proklamasi pada pelaksanaan upacara HUT ke-77 RI.

Mereka mengapit Tim Purna Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Duta Pancasila yang bertugas membawa duplikat Bendera Negara Sang Merah Putih dan naskah teks proklamasi dari cawan Monumen Nasional (Monas) menuju Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8/2022).

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, ada 200 perempuan berkebaya membentuk Barisan Penjaga Bendera Pusaka yang mengawal keluarnya Bendera Pusaka Merah Putih dari penyimpanannya di Monas bersama dengan Paskibraka dan Paspamres.

200 lebih perempuan yang bergabung dalam Barisan Berkebaya Penjaga Bendera Pusaka ini mewakili berbagai komunitas peduli berkebaya di Indonesia. Ada Kebaya Foundation, Perempuan Berkebaya Indonesia, Citra Kartini Indonesia, Sekar Ayu Jiwanta, Warisan Budaya Indonesia, Srikandi BNI, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia, Bunda Milenial, Perempuan Indonesia Maju dan lainnya.

Sedangkan 18 perempuan berkebaya ikut dalam kirab mengiringi kereta kencana yang membawa Bendera Pusaka Merah Putih tersebut dari Monas untuk dikibarkan pada Upacara Kenegaraan Peringatan Kemerdekaan RI di Istana Merdeka.

Barisan berkebaya ini merupakan tindak lanjut dari dukungan penuh Presiden Jokowi atas gerakan memasyarakatkan tradisi berkebaya dan pendaftaran tradisi berkebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. Pengajuan itu didorong oleh Putri Kus Wisnu Wardani, anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga salah satu pendiri Pertiwi Indonesia.

Dukungan Presiden dan tingginya animo perempuan Indonesia dalam menggunakan kebaya dan kain nusantara berdampak positif pada pelestarian budaya serta kemajuan ekonomi dari industri berbasis budaya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Warisan Budaya Tak Benda

Barisan perempuan berkebaya dari perkumpulan Pertiwi Indonesia mengawal keluarnya Bendera Pusaka Merah Putih dari penyimpanannya di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Rabu (17/8/2022). Partisipasi perempuan berkebaya dalam kirab budaya HUT ke-77 RI merupakan tindak lanjut dari dukungan penuh Presiden Jokowi atas gerakan memasyarakatkan tradisi berkebaya dan pendaftaran tradisi berkebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. (FOTO: Dok. Pertiwi Indonesia)

Hal itu membuat Pertiwi memantapkan langkah sebagai penggagas pemersatu komunitas berkebaya dalam berjuang bersama memasyarakatkan tradisi berkebaya di kehidupan sehari-hari perempuan Indonesia.

Mereka juga mendukung nominasi tunggal Indonesia dalam pendaftaran tradisi berkebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. Beragam persiapan dan fasilitas dari persiapan acara hingga hari pelaksanaan meliputi kebutuhan fasilitas keamanan, kesehatan, konsumsi sampai kenyamanan peserta dilakukan Pertiwi Indonesia dengan dukungan dari berbagai lembaga swasta maupun instansi Pemerintah.

Menurut Dara Eriza Iswari, Sekjen Pertiwi Indonesia, para perempuan yang sebagian besar adalah kaum ibu sangat bersemangat melakukan yang terbaik dengan berlatih intensif bersama Kogartap 1.

"Ini dilakukan untuk sinkronisasi Barisan Berkebaya ini dengan Paskibra dan Paspampres yang akan bertugas dalam prosesi menjelang Upacara Kenegaraan Perayaan Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara," jelas Dara Eriza Iswari.

Melalui Barisan Berkebaya ini, Pertiwi Indonesia sekaligus memperlihatkan bahwa tradisi berkebaya sebagai busana perempuan Indonesia sehari-hari sudah ada zaman dahulu. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kearifan Lokal

Barisan perempuan berkebaya dari perkumpulan Pertiwi Indonesia mengawal keluarnya Bendera Pusaka Merah Putih dari penyimpanannya di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Rabu (17/8/2022). Partisipasi perempuan berkebaya dalam kirab budaya HUT ke-77 RI merupakan tindak lanjut dari dukungan penuh Presiden Jokowi atas gerakan memasyarakatkan tradisi berkebaya dan pendaftaran tradisi berkebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. (FOTO: Dok. Pertiwi Indonesia)

Kebaya dikenakan dalam berbagai kegiatan tanpa batasan tempat dan waktu, baik kegiatan sehari-hari, upacara-upacara tradisional maupun acara-acara resmi. Beragam jenis kebaya ditampilkan, baik kebaya panjang, kebaya pendek, kebaya kutu baru, kebaya Kartini serta kebaya-kebaya khas hasil akulturasi budaya dari berbagai daerah.

Ada kebaya Sunda, kebaya Bali, kebaya Jawa, kebaya Kudus, kebaya Betawi, kebaya Madura, kebaya Sumatera-Melayu dan juga kebaya Peranakan. Hal ini menunjukkan bagaimana berkebaya tetap relevan dengan gaya hidup masa kini dan ikut berevolusi sejalan dengan perubahan zaman.

Miranti Serad Ginanjar selaku Ketua Panitia Barisan Berkebaya Penjaga Bendera Pusaka dan juga penggiat komunitas berkebaya berharap inisiasi ini akan semakin menyatukan semangat dan upaya untuk lebih memasyarakatkan berkebaya beserta segala tradisi dan kearifan lokalnya.

Pertiwi Indonesia menginisiasi Barisan Berkebaya Penjaga Bendera Pusaka dengan melibatkan dukungan dari Puteri Indonesia, para perempuan penggiat berbagai komunitas berkebaya, hingga ibu-ibu bakul jamu gendong dan bakul pasar Klewer yang secara khusus datang dari Solo.


CFD Berkebaya

Usaha Menjadikan Kebaya Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO Lewat CFD Berkebaya.  foto: dok. Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI)

Semangat dan antusiasme ini diharapkan memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia dalam upaya mendaftarkan tradisi berkebaya menjadi warisan budaya tak benda yang diakui UNESCO.

Pertiwi Indonesia memang cukup aktif mempopulerkan penggunaan kebaya dan mendukung pengajuan kebaya sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO.  Bersama komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia mereka mendorong agar kebaya dinobatkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia.

Mereka menyampaikan gagasannya melalui aksi jalan santai bertajuk Car Free Day atau CFD Berkebaya sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (19/6/2022).  Aksi jalan santai tersebut dimulai di halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan berakhir di Bundaran Hotel Indonesia.

Dimulai pukul 06:00 WIB, acara semakin haru karena para peserta bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin komposer kondang Addie MS. Panitia mengelompokkan peserta menjadi kloter per 200 orang yang akan mendapat pengawalan tim panitia bersepeda. Ribuan peserta berkebaya dan berjalan kaki dengan tertib.

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya