Liputan6.com, Bekasi - Nama KH Noer Ali pastinya sudah tak asing lagi di telinga masyarakat, terutama warga Bekasi, Jawa Barat. Ulama legendaris yang dijuluki "Singa Karawang-Bekasi" ini diberi gelar sebagai pahlawan nasional sejak 2006 lalu.
Pria kelahiran Bekasi, 15 Juli 1914 itu diketahui sangat gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan pada masanya. Hal ini yang terus dikenang oleh masyarakat Bekasi yang kerap memadati makam sang mubaligh yang wafat pada 1992 lalu.
Baca Juga
Advertisement
Banyak kisah kepahlawanan yang ditorehkan KH Noer Ali semasa hidupnya, yang membuat putra daerah itu disegani tak hanya oleh publik, tapi juga pemerintah daerah. Mereka yang berziarah ke makam KH Noer Ali tak hanya berasal dari warga Bekasi, tapi juga luar daerah.
"Bahwa kita harus selalu mengenang dan mendoakan para pahlawan yang telah mendahului kita, yang telah berkontribusi dalam merebut, mempertahankan dan juga mengisi kemerdekaan," kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi, Tri Adhianto saat berziarah ke makam KH Noer Ali di Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, Rabu (17/8/2022).
Tri berujar, sosok KH Noer Ali dengan seluruh pengetahuan agama dan semangat perjuangannya dalam merebut kemerdekaan, sangat patut dijadikan teladan, khususnya bagi generasi bangsa.
Sejak muda, KH Noer Ali diketahui sudah berkecimpung di dunia dakwah dan sejumlah organisasi. Tekadnya dalam menjaga persatuan dan kesatuan NKRI dari segala penjajahan, diakui Tri sangat menginspirasi.
"Beliau berpesan, bahwa menjaga kesatuan dan persatuan menjadi tagline yang dilanjutkan oleh generasi berikutnya," ujar Tri.
Sangat Toleransi dengan Keberagaman
Menurutnya, KH Noer Ali juga sangat toleransi dengan keberagaman. Semasa hidup, sang ulama diketahui memiliki banyak kedekatan dengan orang-orang yang berbeda suku serta agama.
Keharmonisan tersebut terus terjalin sehingga menjadikan KH Noer Ali sebagai sosok yang dikagumi banyak orang, terutama rekan-rekan sejawatnya.
"Ternyata mereka mampu bersimbiosis kemudian bergabung, hidup dalam satu kehidupan yang dinamis, harmonis sehingga memunculkan Kota Bekasi yang hari ini bisa kita nikmati," paparnya.
Tri menilai kisah perjuangan pahlawan nasional KH Noer Ali, sepatutnya dijadikan sebagai bahan kurikulum lokal yang perlu diketahui para siswa di Kota Bekasi. Selain untuk mengenal sosok KH Noer Ali, kata dia, juga untuk menanamkan rasa cinta terhadap Tanah Air dan keinginan untuk mengisi kemerdekaan.
"Jadi mungkin ada jam-jam tertentu yang diberikan pendidikan agar kemudian kita memiliki satu pandangan yang sama. Kita upgrade bagaimana kita menghormati para pendahulu, dan kita berharap dengan mendoakan orangtua, pemimpin, itu berkahnya kembali lagi kepada kita semua," imbuh Tri.
"Kita berharap upaya ini dapat lebih banyak menggali sejarah, peran yang kemudian dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan yang memberikan kontribusi bagi Kota Bekasi," tandasnya.
Advertisement
Pemda dan Keluarga Akan Dirikan Museum
Sementara, cucu KH Noer Ali, Irfan Mas'ud mengapresiasi seluruh pihak yang menyempatkan diri berziarah dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI.
Menyambung semangat sang kakek, Irfan pun mengajak seluruh warga Kota Bekasi agar terus menjaga persatuan dan kesatuan yang telah diperjuangkan para pahlawan terdahulu.
"Sama-sama kita teladani apa yang telah dicontohkan para pahlawan. Seperti yang disampaikan Pak Tri tentang pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa ini, agar ke depan InsyaAllah dengan HUT RI ke-77 ini, Indonesia akan semakin baik, adil dan makmur," imbuhnya.
Pihak keluarga juga mengapresiasi penghargaan yang diberikan pemerintah daerah melalui penamaan KH Noer Ali di sejumlah sarana publik di Kota Bekasi.
Ke depannya, kata Irfan, pihak keluarga bersama pemerintah daerah akan mengupayakan pendirian museum yang menggambarkan perjuangan KH Noer Ali semasa hidup. Pihak keluarga juga tengah mengupayakan benda-benda peninggalan sang ulama yang saat ini masih berada di tangan orang lain.
"Ada golok, tongkat, jubah panjang, terakhir mobil yang sering beliau gunakan, ada di tempat seseorang. Cuma memang kalau kyai itu lebih banyak spirit perjuangan yang kita warisi, bukan fisiknya. Rumah ini termasuk yang tertua," pungkas Irfan.