Liputan6.com, Jakarta - Beberapa minggu lalu, Airbnb mengungkapkan akan secara permanen melarang penyewa berpesta di properti yang disewa melalui platformnya. Kini, perusahaan tersebut menyebarkan yang disebut "teknologi anti-pesta" di Amerika Serikat dan Kanada untuk membantu menegakkan tindakan tersebut.
Dikutip dari CNN, Kamis (18/8/2022), sistem baru menganalisis berbagai faktor, menurut pengumuman perusahaan Selasa, 16 Agustus 2022, termasuk ulasan sebelumnya, berapa lama pengguna telah berada di platform, lama tinggal dan apakah sewa terjadi pada akhir pekan atau hari kerja. Tujuannya, kata Airbnb, adalah untuk "membantu mengidentifikasi reservasi yang berpotensi berisiko tinggi" dan mencegah pengguna tersebut menyelesaikan pemesanan.
Advertisement
Mereka yang tidak dapat memesan rumah karena teknologi anti-pesta, kata Airbnb, akan memiliki opsi untuk memesan kamar hotel atau kamar pribadi (daripada seluruh properti di mana tuan rumah cenderung tidak hadir) melalui platform. Airbnb membuat larangan pada semua pesta dan acara permanen pada Juni 2022, sekitar dua tahun setelah mengumumkan larangan sementara.
Awalnya, perusahaan mengatakan larangan itu untuk mengurangi penyebaran Covid-19 melalui upaya jarak sosial. Upaya ini juga untuk menganggapi kebiasaan pengguna Airbnb berpesta di rumah sewaan setelah banyak bar dan klub ditutup demi menekan penyebaran Covid-19.
Namun, langkah itu "berkembang menjadi kebijakan komunitas yang mendasar." Terlebih, selama bertahun-tahun, Airbnb kerap diberitakan terkait insiden kekerasan yang terjadi selama pesta di properti sewaan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus Remaja Tewas
Pada April 2022, misalnya, dua remaja tewas dan beberapa orang terluka dalam pesta yang diadakan di properti sewaan Airbnb di Pittsburgh. Setelah kebijakan diubah, Airbnb menyebut laporan pesta menurun 44 persen pada Juni 202 dibandingkan tahun sebelumnya.
Airbnb sebelumnya menguji teknologi serupa untuk mengatasi masalah di Australia sejak 2021, dengan penurunan 35 persen pada pihak yang tidak berwenang setelah peluncuran, menurut perusahaan. Airbnb mengatakan proyek percontohan di Australia itu sangat efektif sehingga dipermanenkan di negara itu. Perusahaan "mengharapkan kesuksesan serupa" di Amerika Utara.
Setelah mengumumkan larangan pesta sementara pada 2020, Airbnb menerapkan sistem serupa yang berfokus pada pengguna di bawah usia 25 tahun yang memesan persewaan secara lokal dan tidak memiliki ulasan positif. Perusahaan menggambarkan teknologi anti-pesta yang lebih baru sebagai "lebih kuat dan canggih."
"Kami mengantisipasi bahwa sistem baru ini akan membantu mencegah lebih banyak aktor jahat di platform kami," kata perusahaan itu, "sambil mengurangi dampak tumpul pada tamu yang tidak mencoba mengadakan pesta."
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Airbnb China
Sebelumnya, Airbnb mengumumkan rencana penutupan daftar akomodasinya di China setelah dua tahun penguncian "tanpa akhir yang terlihat" di negara itu. Hal itu disampaikan sumber yang mengetahui masalah tersebut pada CNN, dilansir Selasa, 24 Mei 2022.
Sumber itu mengatakan, keputusan diambil berdasarkan tren penurunan bisnis di pusat ekonomi terbesar kedua di dunia, dan kendala operasi "mahal dan kompleks" yang diperparah dampak COVID-19. Airbnb selanjutnya menghapus daftar dan penawarannya di Tiongkok mulai musim panas tahun ini.
Menurut sumber itu, pihak perusahaan tidak akan menghentikan operasinya di China sepenuhnya. Perusahaan akan terus memiliki kantor di Beijing dengan ratusan karyawan yang akan fokus pada pelancong asing dan proyek global.
Perusahaan multinasional merasakan perlambatan di China karena terus jadi salah satu tempat terakhir di Bumi yang mengejar kebijakan "nol Covid." Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan kota di China daratan telah dikunci karena pihak berwenang bekerja untuk membasmi virus corona baru.
Kehadiran Airbnb
Airbnb tercatat diluncurkan di China pada 2016. Seperti industri lain, perjalanan ke luar negeri oleh pelanggan China, sebagian besar ke tujuan lain di sekitar kawasan Asia Pasifik, merupakan peluang besar bagi perusahaan.
China secara historis merupakan pasar terbesar di dunia untuk pariwisata outbound, yang merupakan pembelanjaan pengunjung terbesar secara global, menurut Organisasi Pariwisata Dunia (WTO). Tapi sejak pandemi, China mengalami penurunan lalu lintas yang tajam, dan telah ditutup untuk sebagian besar pelancong internasional.
Sumber itu mengatakan, mereka mengharapkan pariwisata outbound dari China untuk pulih setelah negara itu sepenuhnya membuka perbatasan mereka. Sementara itu, bisnis domestik Airbnb, yang telah menampung sekitar 25 juta tamu sejak 2016, hanya menyumbang satu persen dari pendapatan perusahaan selama beberapa tahun terakhir, tambah orang tersebut.
Di sisi lain, pada awal bulan ini, tingkat pemesanan akomodasi di Airbnb mencetak rekor tertinggi pada kuartal pertama 2022. Platform pemesanan akomodasi itu melaporkan pada 3 Mei 2022 bahwa rekor itu dinilai sebagai angin segar bagi sektor perjalanan yang terdampak parah pandemi COVID-19.
Advertisement