Harga Ayam Anjlok di Tengah Lonjakan Inflasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, banyak faktor yang bisa mempengaruhi kenaikan angka inflasi. Faktor tersebut baik internal maupun eksternal.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Agu 2022, 11:40 WIB
Pedagang menata daging ayam di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (26/4/2022). Harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau mengalami kenaikan jelang Lebaran, di antaranya daging sapi dan ayam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah terus bertarung untuk mengendalikan inflasi. Seperti diketahui, angka inflasi terus merangkak naik bahkan salah satu pejabat negara mengungkap angka inflasi bisa sentuh 12 persen di akhir 2022.

Airlangga Hartarto menjelaskan, banyak faktor yang bisa mempengaruhi kenaikan angka inflasi. Faktor tersebut baik internal maupun eksternal. 

"Pengendalian inflasi menghadapi tantangan. Inflasi di paruh waktu 2022 faktornya selain komoditas global juga cuaca, kemudian terkait tekanan inflasi oleh beberapa daerah, lalu terkait produksi," kata Menko Airlangga dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022 di hadapan Presiden Joko Widodo, Kamis (18/8/2022).

Namun di tengah kenaikan inflasi, harga beberapa komoditas dilaporkan terkendali dan bahkan mengalami penurunan. Contohnya cabai, bawang, hingga daging ayam dan daging sapi yang sudah relatif terkendali.

"Namun dapat kami laporkan, harga pangan per hari ini relatif sudah stabil. Harga beras rata-rata masih kuat, sekitar Rp 10.000. Daging sapi juga sudah turun, daging ayam turun, demikian terkait gula pasir, bawang merah, bawang putih, cabai merah, itu seluruhnya turun," paparnya.

Bahkan untuk harga daging ayam, harganya turun hingga di bawah harga pasaran semustinya. "Bahkan harga daging ayam sudah di bawah Rp 20.000, malah terlalu rendah," ujar Airlangga.

Ia melihat harga dari volatile food relatif terkendali dibandingkan sebelumya. Terutama saat Lebaran Idul Fitri 2022, yang harganya meroket akibat ada kenaikan permintaan.

Demi menjaga keberlangsungan tersebut, pemerintah pusat mengajak pemerintah daerah untuk ikut memantau tingkat inflasi di seluruh pelosok daerah agar harga komoditas bisa tetap terjaga hingga tutup tahun ini.

"Kemudian secara spasial, 30 provinsi realisasinya di atas nasional. Oleh karena itu jadi perhatian para gubernur untuk ikut menjaga melalui TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) agar melakukan extra effort agar stabilisasi harga dapat dijaga," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harga Ayam Anjlok, Mendag Bakal Setop Impor Indukan

Peternak memberikan makan pada ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Harga daging ayam naik mencapi angka Rp 50 ribu per kilogram. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memutar otak untuk mengendalikan harga ayam. Saat ini harga ayam turun tajam sehingga merugikan para peternak.

Zulkifli Hasan menjelaskan, saat ini harga ayam di pasaran anjlok karena terjadi kelebihan pasokan. Untuk itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mengendalikan pasokan dengan berbagai cara.

Salah satunya adalah memutus rantai impor. Menurutnya, denga mengurangi impor indukan ayam. "Ibunya petelur ayam itu kita kurangi karena over supply itu," kata Zulkifli di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Kamis (18/8/2022).

Upaya lain pengendalian harga ayam yaitu memusnahkan beberapa telur yang akan menetas. Hal ini agar ketersediaan ayam tidak lebih banyak dibandingkan kebutuhan pasar.

Dia menuturkan, over supply ayam berdampak terhadap harga ayam yang terus turun. Kondisi ini akan merugikan peternak ayam.

Para peternak menjual ayam mereka ke grosir besar sekitar Rp 15 ribu per ekor. Sementara menurut Zulkifli, harga minimal di tangan peternak Seharusnya di angka Rp 19 ribu per ekor.

"Saya enggak senang, kasian peternak ayam. Kalau Rp 26 ribu di pasar, berarti grosir besar beli Rp 20 ribu, grosir besar beli di peternak ayam Rp 15 ribu. Rugi dong karena pedagang ayam itu paling murah harusnya Rp 19 ribu," ujarnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kemendag Dukung Pengusaha Ekspor Ayam ke Singapura

Peternak memberi makan ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Tingginya harga daging ayam juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan yang masih import seiring kenaikan dolar terhadap rupiah. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendukung langkah industri perunggasan untuk melakukan ekspor ayam ke Singapura. Mengingat, saat ini, komoditas pangan tinggi protein tersebut dalam posisi kelebihan pasokan atau oversupply.

"Kita pada posisi oversupply, kenapa nggak dimanfaatkan," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan di Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (25/6).

Selain itu, Oke menilai harga ayam di Singapura cukup kompetitif. Mengingat, negara tetangga Indonesia tersebut tengah kekurangan pasokan ayam setelah Malaysia menghentikan ekspor untuk sementara waktu.

"Intinya Singapura sekarang sedang kesulitan akibat kebijakan larangan ekspor dari Malaysia," ujarnya.

 

Infografis harga telur dan ayam naik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya