Jokowi Beberkan Strategi Turunkan Inflasi

Presiden Jokowi mengatakan Saling Silang Komoditas Antar Daerah Jadi Kunci Turunkan Inflasi

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 18 Agu 2022, 16:16 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan sejumlah hal penting mengenai upaya pengendalian inflasi dalam Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2020 pada Kamis (22/10/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022 di Istana Negara Jakarta mengatakan, Merauke memiliki stok beras melimpah. Menurut dia, harga beras di Merauke juga terjangkau yakni Rp 6.000 yang artinya di bawah rata-rata standar pasar Rp 10.000.

Stok beras melimpah di Merauke, lanjut Jokowi, menjadi kebingungan kepala daerah setempat yang seharusnya dapat mengalokasikannya ke wilayah tersebut. Namun hal itu terhambat oleh tingginya ongkos distribusi. Sehingga tidak ada daerah lain yang bersedia membeli beras dari Merauke.

Mendengar laporan itu, Presiden Jokowi mendorong agar setiap daerah melakukan saling silang komoditas. Jika terhambat oleh ongkos transportasi yang mahal, maka Jokowi meminta daerah dapat menggunakan anggaran tidak terduga mereka dialokasikan untuk hal tersebut.

"Anggaran tak terduga bisa digunakan untuk menutup biaya transportasi bagi barang-barang yang ada, gunakan. Saya sudah perintahkan ke Menteri Dalam Negeri untuk mengeluarkan surat keputusan surat edaran yang menyatakan bahwa anggaran tidak terduga bisa digunakan untuk menyelesaikan inflasi di daerah biaya distribusi ini," kata Jokowi di Istana Negara Jakarta, Kamis (18/8/2022).

Jokowi mendorong, kerja lapangan yang harus dilakukan oleh tim pengendali inflasi daerah (TPID) dan pusat (TPIP) untuk mengerti dan melihat barang-barang mana yang menjadi masalah. Sebab, inflasi akan menjadi momok semua negara di tengah ancaman krisis dunia akibat pandemi juga perang Ukraina dan Rusia.

"Saya meyakini kalau kerja sama yang tadi saya sampaikan, provinsi kabupaten kota gubernur bupati walikota TPID TPIP rampung semua, maka untuk mengembalikan lagi ke angka (inflasi) dibawah 3% selesai, wong barangnya juga ada," tutur Jokowi.

Sebagai informasi, saat ini tingkat inflasi Indonesia ada di angka 4,94 persen. Menurut kepala negara, angka tersebut relatif lebih kecil ketimbang negara-negara lain yang sudah masuk di atas angka 6 persen, sepertiUni Eropa dari 7,9 persen ke 8,9 persen. Kemudian Amerika dari 9,1 persen dan kini berada di angka 8 persen.


Jokowi Sebut Terkendalinya Inflasi Indonesia karena Harga BBM Tidak Naik

Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke dalam kendaraan di sebuah SPBU di Jakarta, Kamis (31/3/2022). PT Pertamina (Persero) akan memberlakukan tarif baru BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 pada 1 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut tingkat inflasi Indonesia ada di angka 4,94 persen masih terkendali. Menurut kepala negara, angka tersebut relatif lebih kecil ketimbang negara-negara lain yang sudah masuk di atas angka 6 persen, seperti Uni Eropa dari 7,9 persen ke 8,9 persen. Kemudian Amerika dari 9,1 persen dan kini berada di angka 8 persen.

Presieden Jokowi menyebut angka inflasi di Indonesia lebih kecil lantaran harga bahan bakar minyak alias BBM seperti, Pertamax, Pertalite, Solar, LPG, dan listrik tidak naik. Padahal, harga yang dikonsumsi oleh masyarakat saat ini bukanlah harga sebenarnya.

"Itu bukan harga yang sebenarnya. Bukan harga keekonomian. Itu harga yang disubsidi oleh pemerintah," kata Jokowi pada Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022 di Istana Negara Jakarta, Kamis 18 Agustus 2022.

Lebih lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut, besarnya hitung-hitungan negara di tahun ini mensubsidinya Rp 502 triliun. Meski begitu, Presiden Jokowi mengakui jika angka itu sangat besar.

"Angkanya gede sekali ini yang harus kita tahu untuk apa untuk menahan, agar inflasinya tidak tinggi," jelas Presiden.

Namun demikian Presiden Jokowi memastikan, jika tidak akan selamanya negara sanggup mensubsidi kebutuhan masyarakat. Sampai sejauh mana kesanggupannya, nantinya akan diatur oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.

"Tapi apakah terus-menerus APBN akan kuat? Nanti dihitung oleh Bu Menkeu," ungkap Jokowi.


Waspadai Inflasi, Jokowi Minta Jajarannya Bekerja di Atas Normal

Pedagang melayani pembeli kebutuhan pokok di kiosnya di Pasar Lembang, Tangerang, Selasa (24/8/2021). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi akan berlanjut pada bulan Agustus 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengigatkan, betapa pentingnya cara kerja yang tidak biasa kepada jajaran kabinetnya. Menurut dia, situasi dunia yang penuh ancaman akibat badai pandemi dan perang Ukraina dan Rusia menjadi alasan mengapa Indonesia tidak dalam posisi aman.

"Sudah berkali-kali saya sampaikan bahwa situasi yang kita hadapi ini ada situasi yang tidak mudah, dunia menghadapi situasi yang sangat sulit. Semua negara menghadapi situasi yang sangat-sangat sulit, kita tidak boleh bekerja standar nggak bisa lagi karena keadaannya tidak normal," kata Jokowi pada Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022 di Istana Negara Jakarta, Kamis (18/8/2022).

Jokowi melarang jajaran di kabinetnya, termasuk para kepala daerah, kepala badan dan instansi lain untuk bekerja sesuai rutinitas. Dia ingin, jajarannya membuang standar baku atau pakem yang biasa digunakan mereka sebelum adanya krisis.

"Nggak bisa para menteri, gubernur, bupati, wali kota nggak bisa lagi kita bekerja melihat makronya saja, enggak akan jalan percaya saya. Makro dilihat mikro dilihat, lebih lagi harus detail juga dilihat lewat angka-angka dan data-data," tegas Jokowi.

Jokowi ingin, para kepala daerah bekerjasama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) untuk menanyakan apa saja harga komoditas yang tengah melonjak dan menyebabkan inflasi dan disambugkan dengan daerah lain yang memiliki stok berlebih.

"Andai beras bisa dan bawang merah tadi bisa bisa cek daerah mana yang memiliki pasokan melimpah, lalu disambungkan ini harus disambungkan karena negara ini negara besar sekali 514 kabupaten/kota 37 provinsi ini negara besar," Jokowi menandasi.

Sebagai informasi, saat ini tingkat inflasi Indonesia ada di angka 4,94 persen. Menurut kepala negara, angka tersebut relatif lebih kecil ketimbang negara-nagara lain yang sudah masuk di atas angka 6 persen, sepertiUni Eropa dari 7,9 persen ke 8,9 persen. Kemudian Amerika dari 9,1 persen dan kini berada di angka 8 persen.

Angka-angka itu menjadi suatu momok dan bukan sebuah hal mudah bagi negara-negara dengan tingkat inflasi tinggi untuk menurunkan di kisaran 3 persen.

Infografis Poin Penting Pidato Kenegaraan Jokowi di Sidang Tahunan MPR 2022. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya