Investor Kripto Sentuh 15,1 Juta hingga Juni 2022

Dari sisi nilai transaksi, perkembangan investasi kripto juga positif. Sepanjang 2021, nilai transaksinya mencapai Rp 854,9 triliun.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 19 Agu 2022, 05:47 WIB
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menuturkan, tingginya minat masyarakat terhadap investasi kripto perlu diwaspadai. Sebab masyarakat menjadikan kripto sebagai alat untuk investasi.

"Enggak ada yang salah, tetapi ini artinya harusnya kita betul-betul lakukan dengan sangat baik," tutur dia, dikutip dari wawancara bersama media, Kamis (18/8/2022).

Adapun  per Juni tercatat sudah ada 15,1 juta orang yang menanamkan modalnya di kripto. Angka ini lebih tinggi dari jumlah investor pasar modal yang pertumbuhannya per Juni baru 9,1 juta. Padahal instrumen investasi pasar modal sudah ada puluhan tahun lalu.

"Tapi kripto yang baru muncul sekitar tahun 2022, tiba-tiba sekarang sudah 15 juta. Jauh lebih tinggi dibandingkan 15 juta pemain ini investor. Jadinya dia terdaftar sebagai investor di pasar kripto," kata Suahasil saat menghadiri rapat Badan Legislasi di Kompleks DPR, Jakarta, Kamis (18/8).

Selain itu, dari sisi nilai transaksi, perkembangan investasi kripto juga positif. Sepanjang 2021, nilai transaksinya mencapai Rp 854,9 triliun.

"Kita punya sektor keuangan berpuluh tahun hanya seperti yang tadi, tapi begitu muncul yang seperti kripto semua orang semangat banget ini, dan risikonya tinggi," ujar dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Investor Kripto Perlu Dilindungi

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Melihat hal itu, pemerintah merasa perlu untuk memberikan perlindungan dan meningkatkan edukasi kepada masyarakat. Agar mereka menganggap kripto sebagai salah satu alternatif melakukan investasi.

"Ini harus kita dalami dengan baik. Bagaimana risiko dan seterusnya karena ketika Terra itu Stablecoin, Terra itu crash ya banyak yang terkena imbasnya," ujar dia.

"Padahal itu termasuk yang Stablecoin, artinya sesuatu yang sudah diupayakan agar stabil. Ada algoritma untuk stabilnya," ia menambahkan.

Crash stablecoin (LUNA) membuktikan adanya volatilitas yang tinggi. Bahkan untuk jenis kripto aset yang dianggap lebih stabil karena memiliki back-up aset yang lain. Tingkat volatilitas tinggi pada aset kripto ini menunjukkan perlunya kecukupan kerangka pengaturan dan pengawasan yang memadai untuk melindungi investor.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka


Survei: 54 Persen Investor Kripto Tak Jual Aset Selama Harga Anjlok

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Menurut sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh platform penelitian intelijen konsumen CivicScience, sekitar 54 persen investor belum menjual cryptocurrency mereka selama beberapa bulan terakhir.

Dilansir dari UToday, Rabu (3/8/2022), adapun survei ini dilakukan terhadap lebih dari 1.000 pengunjung situs CivicScience yang dimulai pada 25 Juli hingga 26 Juli 2022. Namun, seperempat atau sekitar 26 persen investor cryptocurrency menjual hampir semua kepemilikan mereka. Kemudian 20 persen responden hanya menjual sejumlah kecil kripto.

Tidak mengherankan, ada korelasi langsung antara pendapatan seseorang dan kemampuan seseorang untuk memegang simpanan cryptocurrency. 

Para investor yang berpenghasilan lebih dari USD 150.000 atau sekitar Rp 2,2 miliar per tahun biasanya memiliki tingkat keyakinan yang tinggi, dengan sekitar 70 persen dari mereka tidak menjual apapun selama beberapa bulan terakhir. 

 


Selanjutnya

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebaliknya, mayoritas dari mereka yang pendapatan tahunannya di bawah USD 50.000 memang menjual semua atau setidaknya sebagian dari kepemilikan mereka. Adapun menurut laporan CivicScience, 20 persen dari populasi umum telah berinvestasi dalam cryptocurrency.

Persentase mereka yang mengklaim volatilitas cryptocurrency memengaruhi keinginan mereka untuk berinvestasi dalam aset digital, seperti Bitcoin, Dogecoin, dan Ethereum, telah tumbuh dari 54 persen pada Januari menjadi 58 persen pada Juli. 

Ini menunjukkan kecelakaan baru-baru ini membuat cryptocurrency secara signifikan kurang menarik bagi investor yang menghindari risiko. Hanya seperlima investor percaya kripto belum mencapai puncak popularitasnya, yang sekali lagi ini menegaskan pasar sedang berada di pasar beruang.

Alasan utama mengapa investor ragu-ragu untuk mendapatkan eksposur ke kripto adalah kurangnya legitimasi yang dirasakan, menurut 30 persen responden. Responden juga enggan mencelupkan jarinya ke dalam kripto karena tidak memahaminya. Beberapa juga khawatir tentang volatilitas ekstremnya.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya