Liputan6.com, Jakarta - Badan penegakan hukum dan intelijen ekonomi pemerintah India, telah membekukan aset pertukaran mata uang kripto Flipvolt. Badan tersebut mengumumkan pada Jumat, 12 Agustus 2022 mereka telah mengeluarkan perintah untuk membekukan saldo banknya, saldo gateway pembayaran, dan saldo kripto dari pertukaran kripto Flipvolt.
Total aset yang dibekukan sekitar USD 46,4 juta atau sekitar Rp 680,5 miliar. Flipvolt Technologies adalah entitas yang terdaftar di India dari Vauld yang berkantor pusat di Singapura, sebuah platform perdagangan, peminjaman, dan peminjaman mata uang kripto.
Advertisement
Lembaga hukum itu menjelaskan sekitar Rp 680,5 miliar disimpan oleh 23 entitas ke dalam dompet INR Yellow Tune Technologies yang diadakan dengan pertukaran kripto Flipvolt Technologies. Jumlah ini adalah hasil kejahatan yang berasal dari praktik pinjaman.
“Yellow Tune dengan menggunakan bantuan pertukaran kripto Flipvolt membantu perusahaan fintech yang dituduh menghindari saluran perbankan biasa, dan berhasil dengan mudah mengeluarkan semua uang penipuan dalam bentuk aset kripto,” ujar laporan lembaga hukum dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (19/8/2022).
Selain itu, lembaga menuduh Flipvolt memiliki proses KYC (Know Your Customer) yang sangat longgar, tidak ada mekanisme EDD (Enhanced Due Diligence), tidak ada pemeriksaan pada sumber dana deposan, dan tidak ada mekanisme peningkatan STR (laporan transaksi mencurigakan).
Perusahaan induk Flipvolt yaitu Vauld telah menghentikan penyetoran dan penarikan bulan lalu, Vauld mengumumkan rencana restrukturisasi pada 4 Juli karena "tantangan keuangan" yang dihadapinya dalam beberapa bulan terakhir.
Entitas yang mengoperasikan Vauld di Singapura, juga mengajukan permohonan perlindungan pengadilan dari proses hukum yang sedang dimulai terhadapnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
CEO Terraform Labs Do Kwon Mengaku Bersalah atas Runtuhnya LUNA dan UST
Sebelumnya, salah satu pendiri cryptocurrency Terra yang gagal dan runtuh pada Mei lalu, Do Kwon akhirnya telah mengakui dirinya salah. Namun Kwon mengatakan dia tidak berbicara dengan penyelidik Korea Selatan.
Disintegrasi dramatis stablecoin Terra USD (UST) dan token saudaranya Luna yang keduanya turun menjadi hampir nol nilainya menghantam pasar kripto dan memberikan dampak lebih luas pada industri. Ini memicu kerugian lebih dari USD 500 miliar.atau sekitar Rp 7.385 triliun.
Banyak investor ritel kehilangan tabungan hidup mereka ketika Luna dan Terra memasuki runtuh, dan pihak berwenang Korea Selatan telah membuka banyak penyelidikan kriminal atas kecelakaan itu.
Dalam komentar publik pertamanya sejak keruntuhan itu, pendiri Terraform Labs Korea Selatan, Do Kwon berbicara kepada perusahaan rintisan media kripto Coinage dari Singapura, mengatakan keruntuhan itu sangat brutal.
"Saya pikir dalam hal penyembuhan luka, yang terbaik yang bisa saya lakukan adalah berterus terang dengan semua yang terjadi. Anda tahu, akui saja bahwa saya salah," kata Kwon, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (18/8/2022).
Jaksa Korea Selatan bulan lalu menggerebek rumah salah satu pendiri Terra sebagai bagian dari penyelidikan atas tuduhan aktivitas ilegal di balik runtuhnya Terra.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Dilarang Tinggalkan Negara
Pihak berwenang juga telah melarang mantan dan karyawan utama Terraform Labs meninggalkan negara itu dan meminta Kwon untuk memberi tahu mereka ketika dia kembali.
Namun, Kwon mengatakan dalam wawancaranya dia belum dihubungi oleh jaksa, dan belum memutuskan apakah dia akan kembali ke Korea Selatan untuk bekerja sama.
"Agak sulit untuk membuat keputusan itu, karena kami tidak pernah berhubungan dengan penyelidik. Mereka tidak pernah menuduh kami apa pun,” ujar Kwon.
Reputasi Do Kwon
Sebelum krisis menimpa dua token buatannya pada Mei, Kwon memiliki dua reputasi yang sangat berbeda. Dia adalah orang yang jenius tetapi diduga sebagai kepala skema Ponzi.
Lulusan Stanford dari Korea Selatan yang telah melakukan tugas di Microsoft dan Apple, Kwon sering meremehkan kritik online yang menyatakan keraguan atas model stablecoin algoritmiknya.
CEO aplikasi perdagangan kripto Swan.com, Cory Klippsten, mengatakan struktur sistem Terra "merupakan skema Ponzi yang sebenarnya".
Do Kwon Masih Percaya pada Terra
"Saya yakin Do Kwon dan Terraform Labs melakukan penipuan dan harus dituntut di berbagai yurisdiksi," katanya kepada AFP.
Masih Percaya pada Terra
Dalam wawancara di Singapura, Kwon mengaku masih percaya pada Terra. Hanya beberapa minggu setelah koin UST dan LUNA gagal, dia meluncurkan kripto baru yang disebut Terra 2.0, tetapi nilainya turun dengan cepat dari USD 11 menjadi USD 2.
Saya akan selalu melakukan sesuatu di Terra dan untuk komunitas Terra. Ini adalah rumah saya dan di sinilah saya merasa seperti ada masa depan yang cerah,” tutur Kwon saat mengerjakan proyek baru Terra.
Tetapi dengan beberapa tuntutan hukum dan investigasi yang tertunda, analis mengatakan proyek Kwon berikutnya tidak mungkin berhasil.
Advertisement