Liputan6.com, Jakarta Tuntutan orangtua dan pelajaran di sekolah yang memusingkan bisa memicu masalah kesehatan mental pada remaja.
Hal ini diperburuk dengan pengalaman belajar di tengah pandemi COVID-19. Laporan UNICEF yang berjudul The State of the World's Children 2021; On My Mind: promoting, protecting, and caring for children’s mental health mengungkap bahwa 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun menderita penyakit mental, seperti burnout dan rasa cemas atau anxiety.
Advertisement
Dalam hal ini, sekolah memiliki peran penting untuk senantiasa menjaga kesehatan mental para murid. Ada enam hal yang bisa dilakukan di sekolah yakni:
-Konseling
Siswa dapat menghadapi kesulitan di rumah atau merasa membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Oleh karena itu, penting untuk membentuk program konseling atau Bimbingan Konseling (BK) dengan konselor dan Psikolog.
Sekolah juga dapat mengintegrasikan kegiatan Pengembangan Pribadi dalam jadwal siswa di mana mereka dapat mendorong siswa untuk berdiskusi dengan konselor.
-Mentoring
Beberapa siswa bisa pula merasa mereka tidak berkembang dan membutuhkan bimbingan individu dari guru mereka. Di sinilah guru dapat memainkan peran penting sebagai mentor.
Di sekolah, siswa dapat memilih seorang guru untuk menjadi mentor dari kelompok siswa yang terdiri dari tiga orang untuk melakukan sesi diskusi. Dalam pertemuan tersebut, guru dapat menggali lebih dalam untuk memahami kesulitan atau tantangan yang dihadapi siswa saat ini.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Selanjutnya
Hal lain yang dapat dilakukan untuk jaga kesehatan mental siswa di sekolah yakni:
-Hari Motivasi atau Motivation Day
Siswa kelas 10 dan 12 berada di puncak kelelahan selama masa ujian karena pelajaran tambahan dan belajar larut malam.
Dengan Hari Motivasi, sekolah dapat menyisihkan waktu untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa selama masa-masa yang penuh tekanan ini.
-Penilaian Terhadap Siswa
Ini adalah waktu yang penting bagi guru untuk mengevaluasi kembali metode penilaian mereka untuk beradaptasi dengan masa-masa yang tidak pasti dan penuh tekanan yang dialami siswa.
“Pentingnya bagi siswa untuk memiliki keseimbangan yang baik dalam semua aspek pendidikan, mulai dari fisik, kognitif, estetika, dan spiritual, tidak hanya di bidang akademik.”
“Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi skor akademik dan perilaku,” kata Koordinator Non-Akademik dan Petugas Ujian Kinderfield Highfield School Bekasi, Yasmine Hadiastriani mengutip keterangan pers Cambridge Internasional Jumat (19/8/2022).
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Sesi Mindfulness dan Klub Hobi
-Sesi Mindfulness
Bahkan dengan tekad yang kuat sekalipun, guru terkedang tidak dapat membantu siswa mengatasi masalah yang guru masih hadapi sendiri.
Kinderfield Highfield School Bekasi menjadikan sesi mindfulness ini sebagai sarana bagi siswa untuk menerapkan rasa syukur ke alam bawah sadar mereka dan menenangkan pikiran mereka saat mempersiapkan diri untuk masa ujian.
Sesi ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental semua orang, di mana mengundang guru dan siswa untuk melakukan sesi bersama.
-Klub Hobi
Sekolah hendaknya berusaha menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik agar siswa dapat melepaskan stres sekaligus mengekspresikan perasaannya.
Siswa juga didorong untuk terlibat dalam perencanaan kegiatan. Berbagai klub didirikan oleh para siswa di Kinderfield Highfield School Bekasi, dari klub bisnis online, klub manga, klub jurnalistik, hingga klub film.
"Pembelajaran, pengajaran, dan penilaian harus menjadi perjalanan di mana guru dan siswa terus mencari tahu di mana mereka berada sehingga mereka dapat ditantang untuk mengambil langkah selanjutnya,” ujar Assessment Specialist Cambridge Internasional, Jay Surti.
Sumber Gangguan Kesehatan Mental
Jay menambahkan, dengan menilai peserta didik secara bertanggung jawab di usia muda, pendidik dapat membantu mereka mengembangkan semangat belajar seumur hidup dan mempromosikan kesehatan mental yang baik sehingga mereka dapat memenuhi potensi di setiap tahap.
Sebelumnya, Kepala Pengajaran dan Pembelajaran, Cambridge Assessment International Education, Paul Ellis menyebutkan, ketidakpastian di tengah pandemi menjadi salah satu sumber gangguan pada kesehatan mental.
Beberapa siswa sudah menderita rasa cemas yang melelahkan dengan adanya tekanan dari sekolah. Dalam keseharian di sekolah, terdapat juga tuntutan yang perlu mereka penuhi, terutama saat mempersiapkan ujian penting.
“Di mana beberapa siswa mungkin merasa takut dengan jenis tes tertentu. Beberapa orang lebih percaya diri terhadap kemampuan akademis, motivasi, dan metode yang mereka gunakan untuk mengatasi situasi stress jika dibandingkan dengan orang lain,” kata Pail.
“Selain itu, beberapa siswa lebih rentan daripada yang lain terhadap pengaruh guru, orangtua, atau teman sebaya.”
Pada saat di rumah, orang tua dapat memproyeksikan kecemasan mereka kepada anak, yang dapat mengakibatkan pelimpahan perasaan dan harapan kepada anak. Solusi yang lebih baik adalah guru atau orangtua dapat memotivasi mereka sambil menunjukkan kasih sayang dan pengertian ketika terjadi masa-masa sulit.
Advertisement