Kasus Pidato Amplop Kiai, PPP Jatim Minta Suharso Mundur Jadi Ketua Umum

Kader PPP di Jawa Timur mengaku kecewa walaupun DPP PPP sudah meminta maaf. Mereka meminta Suharso Monoarfa segera mundur dari Ketua Umum PPP.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Agu 2022, 20:03 WIB
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa saat Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilu tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Rabu (10/8/2022). KPU menerima berkas dari 4 partai politik yang mendaftar sebagai calon peserta Pemilu 2024 di hari kesepuluh pendaftaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Surabaya - Pidato Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa mengenai "amplop kiai" saat pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) pada 15 Agustus, menuai polemik di kalangan kader.

Kader PPP di Jawa Timur mengaku kecewa walaupun DPP PPP sudah meminta maaf. Mereka meminta Suharso Monoarfa segera mundur dari Ketua Umum PPP.

"Kami menyesalkan ketua umum terkait pernyataan persoalan amplop kiai. Dalam fenomena ini kami mengambil sikap agar ketua umum menyelamatkan gerbong besar ini. Oleh sebab itu beliau harus legowo mundur dari ketum, kalau tidak nanti ada gerakan lebih besar lagi," ujar Sekretaris Majelis Pakar DPW PPP Jatim Sudarsono Rahman saat mendatangi Kantor DPW PPP Jatim, Jumat (19/8/2022).

Sudarsono mengatakan, Suharso harus gentle untuk mengakui kesalahan fatalnya, dan segera mundur. Menurutnya, kepemimpinan Suharso bisa merugikan partai, apalagi saat ini sudah mendekati momen Pemilu 2024.

"Kalau beliau legowo mundur akan soft, proses pemenangan partai akan jalan, dan target terpenuhi, daripada gerakan demo terus terjadi. Soal siapa penggantinya itu urusan DPP, dan usulan DPW se Indonesia, serta DPC," ucapnya.

"Bisa jadi Muktamar Luar Biasa (MLB), tapi harus dihitung karena waktunya singkat menjelang pemilu 2024," sambung Sudarsono.

Wakil Ketua Majelis Pertimbangan DPW PPP Jatim, KH Saiful Muluk Basaiban menyebut, ucapan Suharso menyakiti para santri dan kiai. Budaya 'amplop kiai' atau biasa disebut bisyaroh merupakan hal biasa.

"Sangat disesalkan pernyataan Suharso. Bahwa memberi hadiah ke kiai itu bentuk penghormatan, kiai tidak pernah minta dan menekan, bedakan antara hadiah dan meminta. Sebagai seorang santri memuliakan kiai salah satunya dengan bisyaroh itu biasa, itu bentuk hormat," ujar Saiful.


Rugikan PPP

 

Pengasuh Pondok Sidoresmo Surabaya ini mengingatkan, bahwa PPP merupakan partai berasaskan Islam. Jika ketum Suharso terus melukai umat islam, maka PPP akan berpotensi terus tenggelam.

"Ini menyakiti, apalagi di kalangan ponpes. Seakan-akan korupsi itu dimulai dari ponpes, padahal ponpes itu anti korupsi. Kalau memberi hadiah itu adalah bentuk menghormati, bentuk mencintai kita ke kiai," ucapnya.

"Kalau sudah demikian merugikan partai berasas islam, daripada mengorbankan harapan umat islam di Indonesia, ya harus legowo mundur daripada gejolak besar. PPP ini rumah besar umat islam, harus dijaga, hanya karena tingkah laku seseorang, bisa berdampak merusak semuanya," imbuh Saiful.

Infografis Mengintip Survei Bursa Capres 2024 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya