Liputan6.com, Jakarta - Prakiraan Perjalanan Bisnis Global 2023 yang diterbitkan minggu lalu oleh CWT dan Asosiasi Perjalanan Bisnis Global (GBTA) menyebut biaya perjalanan global akan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir di 2022 dan sepanjang 2023. Laporan itu dibuat dengan menggunakan data anonim CWT dan GBTA.
Menurut laporan tersebut, kenaikan harga bahan bakar, kekurangan tenaga kerja, dan tekanan inflasi dalam biaya bahan baku menjadi pendorong utama dari kenaikan biaya perjalanan. Laporan dibuat dengan informasi industri yang tersedia untuk umum, pemodelan ekonometrik, dan statistik yang dikembangkan oleh Institut Avrio.
Baca Juga
Advertisement
"Apa yang kami lihat sekarang adalah banyak faktor yang berperan ketika pembeli perjalanan korporat dan petugas pengadaan membuat model program perjalanan mereka. Prakiraan tahunan gabungan ke delapan ini menggabungkan data perjalanan statistik dan analisis tren dengan pengaruh makroekonomi untuk memberikan titik acuan landasan bagi perencanaan perjalanan bisnis perusahaan mereka ke depan," kata Suzanne Neufang, Chief Executive Officer GBTA dikutip dari Travel News Asia, Sabtu (20/8/2022).
Ekonomi dunia menyusut 3,4 persen pada 2020 dalam salah satu penurunan terburuk sejak Perang Dunia II. Sektor jasa, termasuk perjalanan dan perhotelan, sangat terpukul, tetapi ekonomi global pulih dengan cepat, naik dari posisi terendah pada 2020 dan meningkat 5,8 persen pada 2021.
Pertumbuhan ekonomi melambat seiring dengan pemulihan yang memanjang, meskipun resesi lain menjadi kekhawatiran yang berkembang. Skenario kasus mendasar saat ini untuk tahun ini adalah pertumbuhan tiga persen, diikuti oleh pertumbuhan 2,8 persen pada 2023.
Catatan peringatan juga disorot dalam Prakiraan Perjalanan Bisnis Global 2023. Laporan menyoroti tiga faktor utama yang menekan ekonomi dan industri perjalanan bisnis, yakni invasi Rusia ke Ukraina ditambah dengan ketidakpastian geopolitik lainnya, tekanan inflasi yang mendorong biaya lebih tinggi, dan risiko wabah Covid berlanjut yang dapat membatasi perjalanan bisnis.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prakiraan Biaya
Laporan CWT dan GBTA tersebut juga menyoroti visibilitas yang lebih besar untuk opsi perjalanan yang lebih ramah lingkungan. Penghitungan jejak karbon dan penilaian dampak lingkungan dinilai sebagai sebuah peluang. Hal ini sangat berpengaruh untuk industri perjalanan secara aktif membantu dalam pengambilan pilihan yang bertanggung jawab.
Biaya prakiraan perjalanan bisnis global telah meningkat di semua aspek di sebagian besar kategori pembelanjaan. Hal ini didorong oleh permintaan yang terpendam, keinginan untuk membangun budaya perusahaan, dan prospek ekonomi yang tidak pasti. Biaya per peserta untuk rapat dan acara pada 2022 diperkirakan sekitar 25 persen lebih tinggi dari 2019, dan diperkirakan akan meningkat 7 persen lebih lanjut pada 2023.
Di samping permintaan yang terpendam, acara perusahaan kini bersaing dengan banyak acara lain yang dibatalkan pada 2020. Dengan banyak perusahaan yang menghilangkan ruang kantor karena sistem kerja jarak selama pandemi, mereka sekarang memesan ruang pertemuan untuk berkumpul dengan staf secara langsung dan berefek pada peningkatan permintaan.
Jangka waktu sewa ruang pertemuan yang diminati bervariasi antara jangka pendek seperti satu hingga tiga bulan, dan jangka menengah antara 6--12 bulan. Durasi pendek itu diambil perusahaan dengan pertimbangan bahwa situasi akan berubah sangat cepat. Situasi ini terutama terlihat di Asia Pasifik, khususnya di China, yang lebih lambat membuka kembali perbatasannya dibandingkan wilayah lain pasca-pandemi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Perjalanan Udara
Situasi pandemi 2020 menekan harga tiket perjalanan bisnis hingga 12 persen diikuti penurunan 26 persen pada 2021. Sedangkan, harga tiket kelas ekonomi menurun hingga 24 persen dalam rentang 2019--2021, sementara harga tiket premium turun 33 persen.
Tiket kelas premium mencakup sekitar tujuh persen dari semua tiket yang dijual pada 2019. Persentasenya turun ke angka 6,5 persen pada 2020 dan 4,5 persen di 2021. Namun, permintaannya kembali meningkat pada 2022.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, penjualan tiket premium mencapai 6,2 persen dari seluruh tiket yang dijual. Peningkatan pangsa tiket kelas premium akan menghasilkan tarif rata-rata yang lebih tinggi karena harga tiket rata-rata terdiri dari ekonomi dan premium.
Peningkatan permintaan dan kenaikan harga bahan bakar pesawat yang ditunjukkan oleh kenaikan harga lebih dari dua kali lipat di sejumlah pasar ke angka lebih dari 160 dolar AS per barel menurut S&P Global, juga akan menekan harga tiket pesawat. Peningkatannya diperkirakan mencapai 48,5 persen pada 2022, dan diperkirakan meningkat lagi sampai 8,4 persen pada 2023.
Pemesanan tiket internasional dan lintas batas yang mulai pulih di sebagian besar wilayah akan mendorong peningkatan pangsa pemesanan tiket internasional yang lebih tinggi dan harga tiket rata-rata yang lebih tinggi yang sesuai meskipun terdapat ketidakpastian diakibatkan perang di Ukraina.
Setelah dua tahun pengeluaran minimal atau tanpa pengeluaran, pelancong bisnis cenderung bersedia membelanjakan lebih banyak untuk tiket, terutama disebabkan ketersediaan berkurang karena kekurangan tenaga kerja. Tren kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh peluncuran vaksin yang meluas dan pembukaan kembali perbatasan.
Hotel dan Transportasi Darat
Tarif hotel telah meningkat tajam di beberapa bagian dunia, termasuk kenaikan 22 persen di Amerika Utara dan perkiraan 31,8 persen di seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Kondisi ini didorong oleh pemulihan yang dipercepat ditambah dengan kendala kapasitas yang berkelanjutan.
Kenaikan tarif hotel pada awalnya didorong oleh perjalanan liburan yang kuat pada 2021. Namun, perjalanan kelompok untuk pertemuan dan acara perusahaan meningkat dan perjalanan bisnis sementara juga mendapatkan kecepatan yang sehat, memberikan tekanan lebih lanjut pada rata-rata tarif hotel harian.
Harga sewa mobil global turun 2,5 persen pada 2020 dari 2019, sebelum naik 5,1 persen pada 2021. Harga diperkirakan akan naik 7,3 persen pada 2022, mencapai titik tertinggi baru, dan naik lebih lanjut 6,8 persen pada 2023. Industri kendaraan tetap dibatasi kapasitas dan agen penyewaan yang mengurangi ukuran armada setelah pandemi belum sepenuhnya pulih.
Harga yang meroket, kelangkaan kendaraan, dan kebutuhan akan visibilitas emisi karbon mendorong manajer perjalanan korporat untuk memasukkan transportasi darat ke dalam perencanaan perjalanan penuh sejak awal. Hal ini terutama saat mempertimbangkan penyertaan kendaraan listrik yang diperkirakan masih beberapa tahun lalu diterima secara luas, walau preferensi pribadi tidak boleh diremehkan.
"Kekurangan tenaga kerja di industri perjalanan dan perhotelan, kenaikan harga bahan baku, dan kesadaran yang lebih besar untuk perjalanan yang bertanggung jawab semuanya berdampak pada layanan, tetapi perkiraan harga, secara keseluruhan, setara dengan 2019," kata Patrick Andersen, Chief Executive Officer CWT.
Advertisement