Sekjen PBB Desak Negara Kaya untuk Bantu Negara Miskin Hadapi Krisis Pangan

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak negara-negara kaya "untuk membuka dompet dan hati" bagi mereka yang menanggung beban krisis pangan global.

oleh Hariz Barak diperbarui 21 Agu 2022, 08:00 WIB
Seekor sapi tergeletak di Bandarero, Kenya, Jumat (3/3). Kenya kini tengah menghadapi kekeringan parah dan krisis pangan. (AP Photo / Ben Curtis)

Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak negara-negara kaya "untuk membuka dompet dan hati" bagi mereka yang menanggung beban krisis pangan global, yang diperparah oleh perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.

Guterres mengunjungi kota pelabuhan Ukraina, Odesa, pada Jumat (19/8), untuk mengawasi pengiriman biji-bijian, sehari setelah dia bertemu Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Kota Lviv.

"Sudah waktunya untuk dukungan besar dan murah hati sehingga negara-negara berkembang dapat membeli makanan dari pelabuhan ini dan lainnya---dan orang-orang dapat membelinya," kata Guterres.

Menurut dia, setiap kapal yang mengangkut bahan pangan juga merupakan "kapal harapan" bagi sebagian besar orang dan negara rentan di dunia.

Konflik militer yang dimulai pada akhir Februari telah mengganggu ekspor pertanian global dari Rusia dan Ukraina, hingga memicu tingginya harga internasional.

Namun, sebanyak 25 kapal yang memuat ribuan ton produk pertanian telah meninggalkan Ukraina sejak kesepakatan ekspor pangan penting tercapai bulan lalu.

Kesepakatan untuk membuka kembali tiga pelabuhan Ukraina di Laut Hitam ditengahi oleh Turki dan PBB.

Guterres menyebut kesepakatan ekspor tersebut "belum pernah terjadi sebelumnya" tetapi mengatakan "masih ada jalan panjang di banyak bidang."

"Tetapi jangan lupa bahwa apa yang kita lihat di sini di Odesa hanyalah bagian yang lebih terlihat dari solusi," ujar dia.

Upaya penting lainnya yang juga diperjuangkan PBB adalah akses tanpa hambatan ke pasar global untuk makanan dan pupuk Rusia yang tidak dikenai sanksi.

"Penting bagi semua pemerintah dan sektor swasta bekerja sama untuk membawa komoditas itu ke pasar," kata Guterres.

Pada Sabtu, Guterres juga dijadwalkan melakukan inspeksi ke Pusat Koordinasi Gabungan di Istanbul, yang dibentuk sebagai bagian dari kesepakatan biji-bijian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 


Turki: Pengiriman Biji-bijian Ukraina Siap Dimulai Kembali

Pemerintah Indonesia mengirimkan 5.000 metrik ton beras untuk masyarakat Sri Lanka yang sedang mengalami krisis pangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengiriman biji-bijian dari Pelabuhan Odesa, Ukraina, dimulai kembali pada Senin (1/8).

Kapal kargo Razoni yang berbendera Sierra Leone menjadi kapal pertama yang meninggalkan pelabuhan itu, membawa jagung ke Lebanon. Dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan Turki mengatakan kapal-kapal yang tidak dirincinya juga akan meninggalkan Ukraina.

Turki dan PBB memperantarai kesepakatan dengan Rusia dan Ukraina pada akhir Juli untuk membuat ekspor biji-bijian dimulai kembali di tengah-tengah krisis pangan global yang menurut PBB telah diperburuk oleh invasi Rusia di Ukraina.

Kesepakatan itu menyerukan jalur pelayaran aman bagi kapal-kapal kargo yang bertolak dari berbagai pelabuhan di Ukraina Selatan melewati perairan di Laut Hitam yang telah dikontrol Rusia sejak mengawali perang pada akhir Februari lalu.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyambut baik dimulainya kembali ekspor dari Odesa, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (2/8/2022).

“Hari melegakan bagi dunia, khususnya bagi sahabat-sahabat kami di Timur Tengah, Asia, dan Afrika, karena biji-bijian pertama Ukraina meninggalkan Odesa setelah blokade Rusia selama berbulan-bulan,” cuit Kuleba. “Ukraina selalu menjadi mitra yang dapat diandalkan dan akan tetap demikian jika Rusia menghormati bagiannya dalam kesepakatan itu.”

Seorang juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan memastikan gandum itu mencapai pasar global “merupakan keharusan kemanusiaan.”

“Sekjen berharap ini akan menjadi yang pertama dari banyak kapal komersial yang bergerak sesuai dengan prakarsa yang ditandatangani, dan bahwa ini akan membawa stabilitas dan bantuan yang sangat diperlukan bagi ketahanan pangan global khususnya dalam konteks kemanusiaan yang paling rapuh,” kata Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.

 


Progres Damai Lambat

Puluhan anak muda menggelar longmarch sepanjang jalan Pemuda, Jakarta, Kamis (21/7/2022). Aksi yang bertemakan Youth20ccupy: Voice of the Future tersebut dilakukan untuk menyuarakan permasalahan pengerusakan lingkungan yang berakibat krisis pangan serta menghambat pertumbuhan ekonomi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dujarric menambahkan bahwa Program Pangan Dunia berencana membeli 30 ribu metrik ton gandum untuk dimuat dan dikirim keluar Ukraina dengan kapal sewaan PBB.

Juga Senin, kementerian pertahanan Inggris mengatakan pasukan Rusia hanya membuat kemajuan yang lambat selama empat hari terakhir sementara mereka berupaya melakukan serangan taktis di daerah sebelah timur laut Donetsk.

Kementerian Inggris itu mengatakan Rusia juga kemungkinan besar mengalihkan “sejumlah besar pasukannya” dari bagian utara kawasan Donbas di Ukraina Timur ke Ukraina Selatan.

Selama beberapa bulan, Rusia telah memusatkan upayanya di Donbas, yang mencakup provinsi Donetsk dan Luhansk, setelah menghadapi perlawanan dalam pendekatannya ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Relokasi sumber daya ke bagian timur membantu Rusia mengklaim kontrol atas Luhansk pada awal Juli.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya