Liputan6.com, Jakarta Terkait temuan kasus pertama cacar monyet (monkeypox) di Indonesia, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menekankan, Pemerintah harus siap dalam memberikan dukungan (support) isolasi yang dilakukan pasien yang bersangkutan.
Sebab, isolasi bagi pasien monkeypox, terlebih yang sudah terkonfirmasi positif membutuhkan waktu berhari-hari. Walaupun disebutkan dapat sembuh sendiri, gejala dapat bertahan 2 sampai 4 minggu.
Advertisement
"Pemerintah harus siap, gimana nih kalau ternyata banyak (temuan kasus terkonfirmasi positif) dan ini kan belum tentu semuanya adalah orang yang secara sosial-ekonomi mampu. Ini harus disiapkan oleh Pemerintah," ujar Dicky melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 20 Agustus 2022.
"Karena isolasi atau karantina yang tidak sebentar. Kebayang kan dan ini harus dalam pengawasan dokter."
Selain itu, Pemerintah juga perlu memberikan dukungan secara fisik dan mental. Dukungan yang diberikan pun tak hanya diberikan kepada pasien yang bersangkutan, melainkan keluarganya.
Apalagi diketahui, penularan virus cacar monyet di belahan negara lain marak teridentifikasi di kalangan komunitas gay maupun biseksual.
"Untuk pasien pertama (monkeypox), sekali lagi tindakan yang perlu dilakukan ya tentu kita berikan dukungan, apalagi ini Indonesia lho. Pasti dia mengalami juga (problem) secara mental. Pemerintah perlu beri support secara fisik, mental, dan pelayanan kesehatan," jelas Dicky.
"Kita bicara bukan hanya masalah akses pelayanan kesehatan, obat tapi juga mental, sosial dan itu yang harus dibangun bukan hanya pasien, tapi untuk pasangan, keluarganya. Lagi pula yang bersangkutan akan menjalani isolasi yang tentu jauh lebih lama."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perlu Dukungan Sesama Kelompok
Ditegaskan kembali oleh Dicky Budiman, pasien yang terkonfirmasi positif monkeypox turut memerlukan dukungan kelompok sosial lain yang disebut peer group. Peer group adalah dukungan sebaya atau sesama kelompok dalam suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
"Akses terhadap juga kesehatan perlu dan butuh juga ada dukungan kelompok ya. Ini yang penting, saya dulu pernah juga ada di program HIV. Kita perlu sekali dukungan kelompok untuk kasus monkeypox," tegasnya.
"Bahkan sebelum monkeypox ini menjadi Public Health in Emergency International, saya prediksi akan jadi masalah besar sehingga saya sudah ingatkan, bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga sama. Kita harus siap nih dengan dukungan-dukungan kelompok atau peer group."
Adapun selama menjalani isolasi mandiri, pasien yang bersangkutan dianjurkan untuk karantina diri sendiri untuk sementara waktu agar tidak menularkan virus cacar monyet kepada orang sekitar, terutama keluarga terdekat.
Pastikan juga pasien istirahat cukup, mengonsumsi makanan yang bergizi, serta mencukupi kebutuhan cairan setiap harinya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Satu Kasus Monkeypox Asal WNI
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia telah memastikan satu Warga Negara Indonesia (WNI) terkonfirmasi monkeypox. Pasien tersebut seorang laki-laki berusia 27 tahun dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis sebelum akhirnya positif terinfeksi.
"Hari ini ada terkonfirmasi monkeypox dari DKI Jakarta, seorang laki-laki berusia 27 tahun, dapat laporan pemeriksaan PCR tadi malam," ungkap Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril saat Press Conference: Penemuan Pasien Pertama Terkonfirmasi Monkeypox pada Sabtu, 20 Agustus 2022.
"Pasien yang berusia 27 tahun ini habis bepergian dari luar negeri. Setelah kembali pulang, dia ada demam dan pembesaran kelenjar limfo (getah bening), cacar ruam di muka, tangan, dan sebagian di alat genital."
Lebih lanjut, berdasarkan penelusuran Kemenkes, pasien yang bersangkutan berpergian ke luar negeri antara tanggal 22 Juli hingga tiba kembali di Jakarta pada 8 Agustus 2022. Pasien mulai mengalami gejala awal monkeypox pada tanggal 11 Agustus 2022.
RS Lakukan Respons Cepat
Melihat ada gejala yang tak biasa, pasien WNI berusia 27 tahun memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes), yang dirujuk ke salah satu RS Rujukan di Jakarta milik Kemenkes. Di sana, tenaga kesehatan (nakes) cepat tanggap merespons gejala pasien tersebut.
"Ada satu kesiapsiaagaan petugas kesehatan di DKI Jakarta, rumah sakit begitu tanggap, dengan cepat melakukan respons pemeriksaan lanjutan. Cepat juga melakukan pemeriksaan PCR," tutur Mohammad Syahril.
"Dalam hitungan dua hari (pemeriksaan PCR) sudah dilakukan, tadi malam (pasien yang bersangkutan) positif terkonfimasi (monkeypox)."
Syahril melanjutkan, saat ini pasien dalam kondisi baik-baik saja atau dalam istilah COVID-19 mengalami gelaja ringan, sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit, cukup isolasi mandiri di rumah.
"Dinas kesehatan lalu melakukan surveilans kepada kontak erat pasien untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, apakah ada kasus cacar monyet yang menular dan kontak erat dengan pasien tersebut dan ini memerlukan tracing (pelacakan)," katanya.
Advertisement