Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan perbankan (bank) besar saat ini tengah membangun layanan financial technology (fintech) masing-masing. Misalnya seperti Jenius, Octopus, TMRW, Jago, Allo bank, dan lainnya.
Beberapa konglomerat bahkan sudah menyasar industri ini, seperti Astra Pay yang menilai bahwa industri fintech adalah titik akhir dari semua proses bisnis.
Advertisement
Bank Indonesia mencatat pengguna e-wallet naik 19% pada 2021 dari tahun sebelumnya sebesar 24%. Hal ini juga dikuti oleh penururan sistem pembayaran lainnya seperti retail outlet (cash) dari 12% menjadi 6%, kartu kredit dari 6% menjadi 3%.
Hal yang menarik pada tahun 2020 adalah justru adanya metode pembayaran baru yaitu QRIS yang digagas oleh Bank Indonesia yang muncul di angka 7%.
Pemain e-wallet terbesar saat ini ada empat di Indonesia yaitu Ovo, Gopay, Dana dan Link Aja. Suntikan investasi ke masing-masing perusahaan fintech ini bahkan menembus ratusan juta dolar AS.
Namun, yang terjadi adalah mereka saling berebut pengguna yang ada di kota tier 1 yang memang mencapai 56% dari total populasi penduduk di Indonesia.
Tier 1 adalah sebutan untuk kota-kota yang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)-nya sudah mencapai Rp 1.000 triliun setiap tahunnya.
Bila diuraikan, maka hanya DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat yang masuk dalam kategori itu. Lalu bagaimana dengan tier 2 dan tier 3?
Salah satu startup fintech yang fokus pada area tersebut adalah Zendz.id. CEO dan founder Zendz, Isybel Harto, mengatakan alasan menyasar kota tier 2 dan 3 karena masih banyak populasi yang belum tersentuh fintech.
“Zendz dibangun atas dasar masalah yang masih terjadi di Indonesia yaitu tingginya populasi unbankable dan belum tersebarnya teknologi fintech di kota-kota tier 2 dan tier 3," ujar Isybel melalui keterangannya, Minggu (21/8/2022).
Disamping itu, ia melanjutkan, perusahaan melihat bahwa perkembangan middle class sangat meningkat tajam, di mana sudah mencapai 50 juta orang pada tahun 2022.
Untuk diketahui, Zendz sendiri adalah layanan adalah layanan pembayaran lintas batas dengan transfer uang lintas negara dan transfer domestik menggunakan teknologi sebagai sistem inti untuk mendukung ekosistem tanpa uang tunai.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fintech Lending Potensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif
Platform peer-to-peer (P2P) lending penyedia jasa keuangan 360Kredi melanjutkan kerjasama dengan PT Bank J Trust Indonesia Tbk dalam rangka penyaluran pembiayaan digital.
Direktur Utama 360Kredi Suhartono mengatakan, platform online seperti peer to peer lending akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Juga, pemerataan ekonomi dan membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Pertumbuhan fintech lending yang pesat seiring dengan meningkatnya penggunaan internet di masyarakat adalah sebuah peluang yang dapat dioptimalkan melalui sinergi dan kolaborasi yang saling menguntungkan dibanding memposisikan fintech sebagai kompetitor," ujarnya, Kamis (14/7/2022).
Direktur Bisnis 360Kredi Purnama Sutedi mengungkap, kerjasama strategis dengan Bank J Trust Indonesia merupakan kelanjutan dari kerja sama channeling financing yang telah terjalin sejak 2021.
Kerjasama ini lebih dari sekedar bentuk kerjasama dalam upaya perluasan pangsa pasar nasabah pembiayaan. Namun juga menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan dari mitra-mitra strategis industri perbankan kepada perusahaan.
Advertisement
Fasilitas Pendanaan
360Kredi akan menggunakan fasilitas pendanaan untuk mendukung langkah perusahaan dalam meningkatkan ekspansi produk pembiayaan digital kepada masyarakat.
"Kolaborasi pemberian fasilitas loan channeling ini merupakan langkah konkrit untuk mengkombinasikan kekuatan perbankan dan platform fintech lending dalam memberikan nilai transformasi terhadap perkembangan ekonomi digital di Indonesia," bebernya.
"Kepercayaan dari perbankan ini akan terus kami jaga dengan meningkatkan kualitas penyaluran pembiayaan melalui penerapan mitigasi dan pengelolaan risiko yang baik," tandas dia.
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement