Rights Issue BSI Perkuat Bisnis hingga Produk Pembiayaan

Langkah rights issue BSI dinilai akan memperluas bisnis dan mendorong produk pembiayaan menjadi lebih murah sehingga memberi manfaat positif bagi konsumen.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Agu 2022, 14:31 WIB
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menambah tebal modal dengan menerbitkan 6 miliar saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Langkah strategis tersebut dinilai akan memperluas bisnis BSI dan mendorong produk pembiayaan menjadi lebih murah sehingga memberi manfaat positif bagi konsumen.

Peneliti ekonomi syariah Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, dengan menambah modal, BSI akan memiliki bisnis yang lebih luas. Emiten bank dengan kode BRIS ini juga akan lebih mudah mendapatkan dana murah.

“Dampaknya ke konsumen, karena dana murah banyak dia (BSI) bisa bikin produk pembiayaan lebih murah. Konsumen diuntungkan kalau bank jadi buku IV,” kata Fauziah dalam keterangan resminya, Minggu (21/8/2022).

Selain itu, Fauziah menilai potensi bisnis BSI juga masih sangat luas. Salah satunya minimnya masyarakat Indonesia yang belum memiliki rekening bank. Ceruk pasar tersebut sangat besar dan belum dioptimalkan oleh bank-bank yang ada saat ini.

Berdasarkan kinerja satu tahun setelah merger, BSI telah menunjukan performa positif, baik dari sisi aset maupun kemampuan mencetak keuntungan. Per Desember 2021, laba bersih bank naik 38,42 persen secara tahunan menjadi Rp3,03 triliun.

Pada periode yang sama, aset BSI juga naik 10,73 persen secara tahunan menjadi Rp265,29 triliun. Hal tersebut disokong oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp171,29 triliun atau naik sekitar 9,32 persen secara tahunan.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kinerja Kuartal I 2022

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, hingga kuartal I 2022, BSI menorehkan capaian positif dengan membukukan laba bersih mencapai Rp987,68 miliar atau naik 33,18 persen secara secara tahunan. BSI juga mampu mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp177,51 triliun atau tumbuh 11,59 persen secara tahunan.

Capaian tersebut didukung pula pembiayaan sehat dengan rasio non performing financing (NPF) net sebesar 0,90 persen. Dari sisi aset, BSI saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Secara terpisah, Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, kemungkinan dana (hasil rights issue) tersebut akan digunakan untuk mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).

Sebelumnya, rencana BSI akuisisi BTN Syariah mencuat seiring dengan pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir pada awal tahun ini.

Dia berharap, UUS BTN akan memperkuat posisi sekaligus memperbesar kapasitas BSI. Konsolidasi ini merupakan visi pemerintah untuk terus mendorong penguatan ekonomi dan perbankan syariah melalui BSI. Dengan demikian BSI dapat memperbesar dan memperkuat posisinya dalam hal kapitalisasi pasar.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Perkuat Ekosistem

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Konsolidasi itu, selain untuk memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air, juga sebagai amanat Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.

Sementara itu, BSI pun saat ini tengah menunggu untuk mengubah status dari anak usaha BUMN menjadi bank BUMN. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BSI pada Mei 2022, seluruh pemegang saham telah sepakat pemerintah Indonesia memiliki saham Seri A Dwiwarna di perseroan.

Sebelum Saham Seri A Dwiwarna masuk, pemegang saham BSI adalah Bank Mandiri (50,83 persen), BNI (24,85 persen), BRI (17,25 persen), publik (7,08 persen).

"BRIS belum ketahuan jumlah dananya berapa. Kemungkinan ini akan dipakai untuk mengakuisisi UUS BTN,” kata Suria.

Adapun dalam keterbukaan informasi yang diterbitkan Perseroan, BSI berencana untuk menggunakan seluruh dana yang diterimanya dari PMHMETD I, setelah dikurangi dengan biaya-biaya dan pengeluaran-pengeluaran terkait emisi saham baru, untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.

 

 


Perkuat Modal

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tak hanya itu, sebagaimana diketahui, BSI juga memiliki visi untuk menjadi top 10 Global Sharia Bank dengan aspirasi aset Rp 500 triliun pada 2025 dengan return on equity (ROE) lebih dari 18 persen.

Dalam upaya mencapai visi tersebut, Perseroan melakukan ekspansi pertumbuhan baik secara organik maupun anorganik. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) lebih dari 15 persen sampai dengan 2025.

Oleh karena itu perusahaan membutuhkan tambahan permodalan agar capital adequacy ratio (CAR) dapat mencapai lebih dari 20 persen pada akhir tahun 2025, di mana saat ini CAR Perseroan pada level sekitar 17 persen. Hal tersebut juga sesuai dengan average CAR 10 besar bank di Indonesia dan menjaga level of comfort market.

Dalam hal pemegang saham tidak melaksanakan HMETD miliknya, maka persentase kepemilikannya atas Perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 12,73 persen.

Lebih lanjut, BSI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 September 2022 untuk meminta persetujuan rencana rights issue tersebut.

Adapun, ketentuan-ketentuan PMHMETD I, termasuk harga pelaksanaan dan jumlah final atas saham baru yang diterbitkan akan diungkapkan dalam prospektus yang akan diterbitkan pada waktunya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya