Liputan6.com, Bali Tindak lanjut dari temuan satu kasus terkonfirmasi cacar monyet (monkeypox) di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang melakukan deteksi jenis virus Monkeypox dengan metode genom sekuensing. Seperti diketahui, penyebab virus Monkeypox ada dua, yaitu yang berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah.
Perkembangan di atas disampaikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Bahwa deteksi genom saat ini masih dilakukan untuk melihat, jenis virus Monkeypox apa yang telah masuk di Indonesia, apakah dari Afrika Barat atau Afrika Tengah.
Advertisement
Diharapkan Budi Gunadi, jenis virus Monkeypox yang masuk ke Indonesia adalah yang tidak fatal. Sebab, pada pasien berkewarganegaraan Indonesia berusia 27 tahun asal DKI Jakarta yang positif cacar monyet, tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, cukup isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Dengan demikian, dapat dikatakan pasien yang terinfeksi sehabis bepergian dari luar negeri tersebut mengalami gejala ringan virus Monkeypox. Isoman di rumah sebagai upaya mencegah penularan virus, terutama di lingkup anggota keluarga terdekat.
"Untuk menentukan seseorang, apakah dia (terinfeksi) cacar monyet atau tidak ya kita pakai genom sekuensing. Nah, virus ini jenisnya ada dua ya, satu yang dari Afrika Barat dan satu lagi Afrika Tengah," jelas Budi Gunadi saat Press Conference The 3rd G20 Health Working Group di Bali pada Senin, 22 Agustus 2022.
"Yang satu (virus Monkeypox) fatal dari Afrika Tengah dan satu lagi tidak fatal. Kalau di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia biasanya bukan yang fatal, tapi (untuk memastikan) sekarang lagi di genome sequencing, kita belum tahu ini varian mana (fatal atau tidak). Kalau kita lihat dia (pasien) survive (bertahan) aja ya seharusnya (virusnya) bukan yang fatal."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jenis Varian Virus Monkeypox
Pada Mei 2022, kasus cacar monyet telah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari 12 negara anggota yang tidak endemik virus cacar monyet. Sampai saat ini, semua kasus pada sampel dikonfirmasi oleh PCR diidentifikasi terinfeksi dari varian Afrika Barat.
Salah satunya, urutan genom sampel swab dari kasus terkonfirmasi di Portugal menunjukkan kecocokan virus Monkeypox dari varian Afrika Barat. Kasus serupa pun pernah dilaporkan dari Nigeria dan Inggris, Israel dan Singapura pada 2018 dan 2019.
Penyakit cacar monyet disebabkan oleh virus Monkeypox termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Ada dua varian virus Monkeypox, yaitu Afrika Barat dan Congo Basin (Afrika Tengah).
Infeksi cacar monyet dari varian Afrika Barat tampaknya menyebabkan penyakit lebih ringan. Berbeda dengan varian dari Congo Basin dengan tingkat kematian 10,6 persen dibandingkan tingkat kematian 3,6 persen pada varian Afrika Barat.
Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak erat melalui lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi dapat parah terhadap beberapa individu, misal anak-anak, wanita hamil atau orang dengan penekanan kekebalan karena kondisi kesehatan lainnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kematian Akibat Cacar Monyet
Ahli Infeksi dan Penyakit Tropis Anak, Irma Rezky Ratu menjelaskan, ada kasus cacar monyet yang ekstrem. Tak hanya menyebabkan lesi atau luka borok yang parah, melainkan kasus yang menyebabkan pasien meninggal dunia.
"Jadi, jika kita membahas cacar monyet, virus penyebabnya itu ada dua jenis, ada yang berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah. Nah, yang mematikan itu jenis virus cacar monyet dari Afrika Tengah," kata Irma di Live Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (7/6/2022).
Pada case fatality rate, infeksi virus Monkeypox yang berasal dari Afrika Tengah cukup tinggi. Meski demikian, baik virus yang berasal dari Afrika Barat maupun Afrika Tengah memiliki gejala yang serupa.
"Kalau bicara gejala, baik virus dari Afrika Barat maupun Afrika Tengah, keduanya punya gejala klinis yang sama. Penilaian laboratorium saja yang bisa membedakan jenis virusnya," lanjut Irma.
Hingga saat ini, kasus kematian akibat cacar monyet hanya terjadi di negara endemik. Artinya, meski ada laporan kasus infeksi dari negara non-endemik, namun tidak ada laporan kematian yang tercatat.
Cacar monyet dalam kasus ekstrem juga bisa menyebabkan cacat permanen, kebutaan hingga radang paru. Lesi cacar monyet itu bisa muncul di area mata. Apabila terjadi bisa sebabkan radang kornea hingga akhirnya kebutaan.
Penyakit menular ini juga bisa menyebabkan infeksi bakteri sekunder, mukosa kulit terganggu. Bahkan pada kasus tertentu cacar monyet juga menyebabkan radang paru.
Cacar Monyet di Afrika
Dari informasi yang dihimpun Kemenkes, cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Pada saat itu ditemukan wabah penyakit mirip cacar yang menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, hal tersebut yang menyebabkan penyakit ini disebut sebagai cacar monyet atau monkeypox.
Kasus cacar monyet pertama yang menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah menginfeksi orang-orang di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat lainnya seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.
Virus Monkeypox dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus. Virus juga dapat melewati plasenta dari ibu hamil ke janin.
Virus cacar monyet dapat menyebar dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi ketika menangani atau memproses hewan buruan atau melalui penggunaan produk yang terbuat dari hewan yang terinfeksi. Virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi atau dengan bahan yang telah menyentuh cairan atau luka tubuh, seperti pakaian atau linen.
Cacar monyet ditularkan pula dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan Ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan.
Berbagai spesies hewan telah diidentifikasi rentan terinfeksi virus cacar monyet. Masih ada ketidakpastian tentang sejarah alami virus ini. Begitu pula sampai sekarang, belum diketahui reservoir spesifiknya dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Walaupun memiliki nama cacar monyet, namun monyet bukanlah reservoir utama.
Baca Juga
Advertisement