Total Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia Tembus 596 Juta, 180 Juta Infeksi di Asia

Dalam 10 besar negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Agu 2022, 11:07 WIB
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) pada Senin (22/8/2022) menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 596.15.068. Dengan penambahan 25.939.206 dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.453.656 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 68.879 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 12.070.196.936 dosis.

Jepang terpantau berada di urutan pertama negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir. Meski secara total masih Amerika Serikat (AS) yang menjadi negara dengan kasus infeksi terbanyak Virus Corona tersebut.

Dalam 10 besar negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia, selain Jepang. Berikut ini urutannya:

  1. Jepang
  2. AS
  3. Korea Selatan
  4. Jerman
  5. Turki
  6. Italia
  7. Prancis
  8. Australia
  9. Brasil
  10. Vietnam

Menurut urutan tersebut, ada empat negar di Asia tercatat dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir. Yakni Jepang, Korea Selatan, Turki dan Vietnam.

Kasus di Asia 

Sementara itu, menurut data dari situs World-o-Meter, kasus COVID-19 di Asia secara total telah menembus 180.152.580

Sementara itu, didapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak. Berikut ini 10 besar urutannya dengan total infeksinya:

  1. India 44.348.960
  2. Korea Selatan 22.299.377 dengan penambahan kasus baru 59.046
  3. Jepang 17.139.528 dengan penambahan kasus baru 217.875
  4. Turki 16.671.848
  5. Vietnam 11.383.819
  6. Iran 7.506.614
  7. Indonesia 6.315.557
  8. Taiwan 5.043.275
  9. Korea Utara 4.772.813
  10. Malaysia 4.757.752

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Anda Tak Tertular COVID-19? Ini Kemungkinan Faktor Penyebabnya

Tak terasa sudah dua tahun lebih dunia dilanda gelombang pandemi COVID-19. Total kasus infeksi Virus Corona tersebut bahkan sudah menembus 595 juta.

Mungkin Anda merasa beruntung karena belum pernah tertular Virus Corona COVID-19. Bisa jadi itu karena Anda selalu memakai masker ke mana pun pergi, atau rajin mencuci tangan.

Atau bisa juga sebenarnya pernah tertular tapi Anda tidak mengetahuinya. Kita coba cari tahu kira-kira apa penyebabnya.

Siapa saja yang belum tertular COVID-19?

Kelompok Usia Tertentu

Mengutip ABC Indonesia, Minggu (21/8/2022), sebuah penelitian di Australia dengan sampel 100.000 penduduk menunjukkan bahwa orang yang berusia antara 70 dan 79 tahun adalah mereka yang paling sedikit tertular COVID-19 dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Kelompok kedua terendah adalah orang-orang yang berusia di atas 80 tahun dan kelompok ketiga adalah mereka yang berusia antara 60 hingga 69 tahun.

Dan anak-anak di bawah 10 tahun jadi kelompok umur dengan jumlah kasus terendah keempat.

Kelompok usia yang paling banyak tertular COVID-19 adalah mereka yang berumur 20-an dengan jumlah kasus pria sebanyak 22.716 per 100.000 orang dan perempuan 26.154 per 100.000 orang.

Mereka yang berada dalam kategori 'young adult' atau dewasa muda adalah kelompok yang paling lama menunggu bisa mendapat vaksin dan kebanyakan dari mereka bekerja di lingkungan berisiko tinggi seperti rumah sakit, supermarket, bar, dan kafe.

Selengkapnya klik di sini...


COVID-19 Kembali Merebak, Ikan Hidup di China Ikut Tes PCR

Ilustrasi mimpi, ikan mas. (Foto oleh cottonbro dari Pexels)

Sementara itu, lebih dari lima juta orang telah diperintahkan untuk menjalani tes COVID-19 di kota pesisir China, Xiamen minggu ini, setelah sekitar 40 kasus virus terdeteksi.

Tapi mereka bukan satu-satunya yang telah diperintahkan untuk diuji: pemberitahuan resmi menyatakan bahwa beberapa bentuk kehidupan laut juga diperkirakan bergabung dalam uji coba massal terbaru.

Dilansir BBC, Kamis (19/8/2022), beberapa minggu terakhir, komite distrik Pengendalian Pandemi Maritim Jimei Xiamen mengeluarkan pemberitahuan yang mengatakan bahwa ketika nelayan kembali ke pelabuhan mereka "nelayan dan makanan laut mereka harus diuji".

Hasilnya, di tengah wabah terbaru ini, rekaman video telah muncul di beberapa platform media sosial termasuk Douyin - TikTok versi lokal China - yang menunjukkan petugas medis memberikan tes PCR kepada ikan dan kepiting hidup.

Meskipun mungkin terlihat tidak biasa, tapi ini bukan pertama kalinya ikan hidup diuji untuk COVID-19.

Seorang karyawan di Biro Pengembangan Kelautan Kota Xiamen mengatakan kepada surat kabar South China Morning Post: "Kami telah mengambil pelajaran dari Hainan, yang dilanda wabah parah.

"Kasus Hainan bisa dipicu oleh transaksi hasil laut antara nelayan lokal dengan rekan-rekan mereka di luar negeri."

Provinsi Hainan di China selatan, wilayah pesisir seperti Xiamen, telah mencatat lebih dari 10.000 kasus Virus Corona COVID-19 sejak awal Agustus, dan pihak berwenang mengatakan mereka yakin wabah ini kemungkinan terkait dengan komunitas nelayan.

Selengkapnya di sini...


WHO Keluarkan Rekomendasi Penggunaan Vaksin COVID-19 Valneva dari Prancis

Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash)

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 18 Agustus 2022 merekomendasikan penggunaan vaksin baru untuk COVID-19 buatan Prancis bernama Valneva.

Menurut informasi dari US News, Jumat (19/8/2022), Badan PBB itu juga merekomendasikan penggunaan dosis booster kedua untuk beberapa individu yang berisiko tinggi terkena penyakit parah. Namun, itu bukan merupakan rekomendasi umum untuk memvaksinasi semua orang dewasa, dan ditujukan untuk menghindari penyakit parah dan kematian pada populasi dengan risiko tertinggi.

Rekomendasi itu muncul setelah Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) atau Kelompok Ahli Penasihat Strategis tentang imunisasi WHO mengadakan pertemuan pekan lalu.

Sebelumnya, WHO telah menerbitkan pembaruan 'Strategi Vaksinasi COVID-19 Global' pada 22 Juli 2022. Di dalamnya menyebut bahwa setiap negara harus memprioritaskan cakupan 100 persen vaksinasi COVID-19 terhadap tenaga kesehatan (nakes) dan kelompok rentan, termasuk lansia, immunocompromised, dan yang memiiki komorbid. 

Untuk memastikan vaksinasi COVID-19 mencapai kelompok prioritas tertinggi, strategi WHO menekankan perlunya mengukur kemajuan dalam memvaksinasi kelompok-kelompok rentan dan mengembangkan pendekatan yang ditargetkan untuk menjangkau mereka.

Pendekatan, seperti menggunakan data lokal dan melibatkan masyarakat untuk mempertahankan permintaan vaksin, membangun sistem untuk memvaksinasi orang dewasa, dan menjangkau lebih banyak orang terlantar melalui respons kemanusiaan.

“Walaupun cakupan vaksinasi 70 persen tercapai, jika sejumlah besar petugas kesehatan, lansia, dan kelompok berisiko lainnya tetap tidak divaksinasi, kematian akan terus berlanjut, sistem kesehatan akan tetap di bawah tekanan dan berdampak terhadap pemulihan global,” tegas Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Vaksinasi semua yang paling berisiko adalah satu-satunya cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa, melindungi sistem kesehatan, dan menjaga masyarakat dan ekonomi tetap berjalan.”  

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya