Liputan6.com, Jakarta - Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Nutrition Pevention & Health menunjukkan bahwa, mengurangi asupan garam hanya dengan 1 gram per hari dapat mengurangi sembulan juta kejadian serangan jantung hingga menyelamatkan empat juta nyawa pada tahun 2030 mendatang.
Baca Juga
Advertisement
Ya, garam yang kita pakai untuk menyedapkan rasa masakan ternyata dapat memperburuk kesehatan tubuh manusia tanpa disadari. Lalu bagaimana fakta tentang garam secara imiah?
Fakta tentang garam
Menurut Harvard School of Public Health, “tubuh manusia membutuhkan sejumlah kecil natrium untuk melakukan impuls saraf, berkontraksi dan mengendurkan otot, serta menjaga keseimbangan air dan mineral yang tepat.”
Sementara tubuh membutuhkan sejumlah garam untuk melakukan fungsi yang diperlukan. Menurut pedoman diet orang Amerika, orang berusia 14 tahun ke atas harus mengonsumsi 2.300mg natrium setiap hari. Adapun efek samping dari mengonsumsi garam berlebih adalah menyebabkan masalah kesehatan seperti batu ginjal, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Mengutip dari Medicalnewstoday, (22/8/2022), Seorang ahli jantung bersertifikat di Los Angeles, dr. Ernst Von Schwarz mengatakan bahwa asupan garam sangat berkaitan dengan tekanan darah tinggi.
“Asupan garam secara umum telah dikaitkan dengan hipertensi dan peningkatan faktor resiko kardiovaskular yang pada gilirannya menyebabkan aterosklerosis, penyakit jantung, dan kematian kardiovaskular, yang merupakan kematian nomor satu di dunia,” komentar dr. Von Schwarz.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Studi yang ditemukan berkaitan dengan garam
Dr. Monique Tan dan Qween Mary University of London yang memimpin penelitian, menggunakan kebiasaan makan warga China sebagai subjek penelitian. Ini akan menentukan jumlah pengurangan garam yang dibutuhkan untuk mendapatkan manfaat yang besar.
Sebelumnya, perlu Anda ketahui bahwa warga Tiongkok mengonsumsi sekitar 11 gram garam per hari. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Kemudian fakta mengejutkan yang ditemukan adalah penyakit kardiovaskular telah menyumbang sebanyak 40% dari kematian warga China. Lalu, bagaimana cara mengurangi resiko fatal tersebut?
Kuncinya adalah mendukung penurunan tekanan darah sistolik (SBP). SBP sangat berpengaruh dalam peningkatan kejadian resiko serangan jantung atau masalah kardiovaskular. Sedangkan angka SBP bisa tinggi karena pengaruh asupan garam berlebih setiap harinya.
Berdasarkan data tersebut, penelita mulai mengekstrak efek pengurangan garam pada SBP dari meta-regresi uji coba acak dan studi populasi. Hasil permodelan studi menunjukkan bahwa mengurangi asupan garam sebesar satu gram dapat menurunkan resiko penyakit jantung iskemik sebesar empat persen dan resiko stoke sebesar enam persen.
Tak hanya menurunkan penyakit kardiovaskular dan kematian, mengurangi asupan garam juga membantu menghilangkan stres dan depresi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Cara mengurangi asupan garam
Garam atau natrium ditemukan secara alami di hampir semua makanan dan jenis makanan tertentu seperti roti, daging tertentu, dan makanan ringan. Sementara orang mungkin terkejut karena mengetahui fakta makanan manis pun memiliki jumlah garam yang besar. Lalu bagaimana cara mengurangi asupan garam secara efektif?
Untuk Anda yang tertarik untuk mengurangi asupan garam dapat memulainya dengan memperhatikan kandungan natrium dalam makanan sebelum dikonsumsi dengan cara mengecek label nutrisinya.
Jika Anda melihat kandungan natrium tinggi pada makanan tersebut, maka Anda dapat menghindarinya atau berencana untuk mengonsumsi makanan lain dengan kandungan garam yang lebih rendah.
Begitu juga halnya memasak, Anda bisa lebih perhatian dengan melihat berapa jumlah garam yang telah dimasukan ke dalam makasakan. Tak hanya jumlah garam saja, Anda bisa menghentikan pemakaian sejumlah bahan penyedap masakan atau bahkan MSG, sebab mereka memiliki lebih banyak natrium daripada garam yang sesungguhnya.
Ahli Klaim Infeksi Covid-19 Dapat Tingkatkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung di 3 Bulan Pertama
Setelah hidup melalui pandemi Covid selama lebih dari dua tahun, para ahli terus belajar tentang bagaimana virus berdampak pada kesehatan kita. Ribuan orang masih tertular virus corona setiap minggunya karena varian dari strain mutan Omicron terus menyebar ke populasi.
Di sisi lain, para ilmuwan lebih banyak bukti dalam hal malapetaka lain yang ditimbulkan Covid pada tubuh. Malahan, sebuah studi baru menyimpulkan bahwa mereka yang memiliki Covid-19 memiliki peningkatan risiko didiagnosis dengan penyakit jantung dan diabetes.
Apa hubungan antara Covid dengan penyakit jantung dan diabetes?
Para peneliti telah menemukan bahwa selama beberapa minggu setelah infeksi, risiko terkena penyakit jantung dan diabetes terasa lebih tinggi. Mereka mencapai kesimpulan setelah melihat catatan dari lebih dari 428.000 pasien Covid-19.
Studi tersebut membandingkan pasien Covid-19 dengan "kelompok kontrol" yang berisi jumlah orang yang sama, dicocokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan klinik dokter umum, yang tidak memiliki catatan infeksi virus corona sebelumnya.
Analisis menunjukkan bahwa penderita virus corona memiliki diagnosis diabetes 81% lebih banyak dalam empat minggu pertama setelah tertular virus dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita virus.
Risiko mereka tetap meningkat lebih dari seperempat hingga 12 minggu setelah infeksi. Covid-19 juga dikaitkan dengan peningkatan enam kali lipat dalam diagnosis kardiovaskular secara keseluruhan dibandingkan dengan non-penderita.
Advertisement
Mengapa virus corona dikaitkan dengan penyakit jantung dan diabetes?
Studi yang diterbitkan dalam jurnal akses terbuka PLOS Medicine, mengatakan temuan itu mungkin menunjukkan bahwa Covid-19 secara langsung menginfeksi sel-sel pankreas, yang menyebabkan berkurangnya produksi insulin.
Tidak memiliki jumlah insulin yang tepat untuk mengontrol kadar gula darah dapat menyebabkan diabetes. Dengan penyakit jantung, ada sejumlah faktor yang berpotensi berperan terkait hasil diagnosis.
Covid diketahui menyebabkan potensi kerusakan organ, termasuk pada jantung. Respon imun terhadap infeksi Covid, yang memicu peradangan, dapat memengaruhi sel-sel yang penting bagi fungsi jantung, saran penulis penelitian.
Apa artinya jika saya telah tertular Covid baru-baru ini?
Mereka yang baru pulih dari serangan virus corona baru-baru ini harus ekstra hati-hati dalam tiga bulan setelahnya, kata mereka yang berada di balik penelitian ini.
Tetapi kabar baiknya adalah bahwa risiko tren antara infeksi dan diabetes dan penyakit jantung tampaknya berkurang seiring waktu.
Penulis utama laporan Dr Emma Rezel-Potts mengatakan: "Tampaknya pasien berada pada risiko terbesar selama empat minggu pertama setelah infeksi Covid, terutama emboli paru dan diagnosis diabetes."
Rekan peneliti dalam epidemiologi di King's College London menambahkan: "Karena risiko diabetes tetap tinggi setidaknya selama tiga bulan, intervensi klinis dan kesehatan masyarakat untuk mengurangi risiko diabetes, seperti saran tentang diet dan olahraga yang sehat, dapat diarahkan untuk pemulihan Covid-19. pasien.
“Dan jika Anda adalah seseorang yang baru saja pulih dari Covid, ada baiknya Anda sangat waspada dengan kesehatan Anda. Cari bantuan medis jika Anda merasa ada yang tidak beres.”
Rekan penulis Ajay Shah mengatakan: "Jelas bahwa kewaspadaan khusus diperlukan setidaknya selama tiga bulan pertama setelah Covid-19."