Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID Food, Frans Marganda Tambunan menyampaikan, Indonesia akan melakukan ekspor beras ke China di tahun ini. Rencana ekspor beras ini telah dibahas bersama Kementerian Pertanian (Kementan) pada Juni lalu.
"Tujuannya (ekspor beras) ke China. Sekitar satu bulan lalu kami sudah berbicara dengan Kementan," kata Frans dalam acara Ngopi Bareng BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/8). Meski begitu, pihaknya masih menunggu kelanjutan rencana tersebut dari pihak Kementan terkait waktu pelaksanaan hingga jenis varietas yang akan di ekspor.
Advertisement
"Kami masih menunggu follow up-nya tentang (ekspor beras) tersebut," tekannya
Untuk menggenjot hasil panen beras, ID Food tengah memperkuat ekosistem pertanian yang mengintegrasikan petani dengan stakeholder melalui Program Makmur yang diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Program makmur ini adalah salah satu cara kita untuk membantu petani meningkatkan produktivitas. Dan tentu ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan petani. Karena menurut kami satu-satunya cara meningkatkan kesejahteraan petani itu bikan lewat perluasan lahan, tapi peningkatan produktivitas," bebernya.
Dia mencatat, melalui Program Makmur petani beras dan beras dapat meningkatkan hasil produksinya hingga 40 persen. Hal yang sama juga berlaku bagi petani tebu yang mengalami kenaikan produksi hingga 20 persen setelah mengikuti Program Makmur.
"Harapan kami, (Program Makmur) ini bisa jadi contoh bagi pihak swasta atau lainnya bisa meng-copy sistem yang sama. Di mana petani mendapat pendampingan di hilir dan mendapat jaminan pembelian (pupuk dan bibit)," tutupnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bulog Buka Potensi Ekspor Beras Rojolele hingga Pandan Wangi
Perum Bulog membuka potensi ekspor beras dari Indonesia ke pasar internasional, khususnya jenis-jenis beras khusus yang ada di Tanah Air seperti Rojolele hingga Pandan Wangi.
Pernyataan ini diberikan menyusul arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ingin Indonesia bisa ekspor beras untuk ikut bantu mengatasi krisis pangan global.
Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog Budi Cahyanto menilai, kebijakan itu mungkin saja dilakukan, lantaran Indonesia merupakan negara produsen beras terbesar kedua di dunia.
"Jangan lupa, Indonesia ini produsen beras terbesar kedua di dunia. Hanya saja memang konsumsi kita tinggi. Produksi pertama ada di China, kedua Indonesia," ujar Budi dalam bincang virtual Forum Merdeka Barat, Jumat (19/8/2022).
Budi mengatakan, peluang tersebut mungkin saja bisa ditunaikan, lantaran stok beras nasional saat ini berada di kisaran 1,1 juta ton. Jumlah itu sesuai dengan ketentuan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), maupun kecukupan stok sesuai rekomendasi Kementerian Pertanian.
Untuk lebih menekankan kualitas dari beras ekspor asal Indonesia tersebut, Budi ingin negara bisa mengirimkan produk-produk beras khas domestik, semisal Pandan Wangi atau Rojolele.
"Hanya saja kita orientasikan ekspor beras yang dilakukan adalah beras-beras yang memang khusus yang ada di Indonesia. Misalnya, Pandan Wangi, Rojolele, Mentik Wangi, atau mungkin beras mentik yang itu tidak ada di dunia," tuturnya.
"Itu mungkin tantangan ke depan, bagaimana Bulog bisa membuka peluang ekspor ke negara-negara yang membutuhkan," pungkas Budi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Stok Melimpah, Bulog Bakal Ekspor Beras hingga Singkong
Direktur Utama Badan Umum Logistik (Bulog) Budi Waseso menegaskan selama 4 tahun berturut-turut Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Dia memastikan sampai akhir tahun tidak akan melakukan impor beras karena telah menyerap hasil panen raya beberapa waktu lalu.
"Tahun ini prediksi saya dengan direksi kita tidak akan impor beras sampai akhir tahun depan," kata Budi Waseso di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2022).
Pada panen raya sebelumnya Bulog telah menyerap 226 ribu ton beras dari petani. Sehingga saat ini stok beras yang tersimpan di gudang-gudang BULOG seluruh Indonesia sebanyak mencapai 1 juta ton.
Stok ini akan terus bertambah seiring dengan masa panen raya yang masih berlangsung di sejumlah wilayah. Bahkan kata Budi Waseso bila stok beras berlebih, Indonesia akan mengekspor beras ke negara lain. Mengingat dari data Kementerian Pertanian stok beras akan berlebih.
"Data Kementan ini bisa surplus jadi kita bisa ekspor beras," kata dia.
Salah satunya beras hasil panen di Merauke yang akan diekspor ke Timor Leste. Saat ini pemerintah sedang melakukan penjajakan untuk mengekspor kelebihan beras produksi dalam negeri.
"Dengan tol laut ini juga beras produksi Merauke bisa didistribusi ke berbagai wilayah termasuk ekspor ke Timor Leste," kata dia.
Ekspor Singkong
Tak hanya beras, produksi bahan pangan lainnya juga akan dilakukan ekspor bila stoknya berlebih. "Nanti juga ada singkong dan lain-lain," kata dia.
Sementara itu bila terdapat data impor beras, kata Budi hanya berupa impor beras khusus. Semisal beras basmati, beras ketan dan sejenisnya dalam jumlah yang terbatas
"Jumlahnya tidak banyak, tapi untuk kebutuhan umum memang kita tidak impor karena cukup," kata dia.
Di sisi lain meski pun panen raya sedang berlangsung, harga beras dari petani tidak terlalu jatuh. Sebab pemerintah melakukan stabilitasi harga dengan menyerap beras dari petani.
"Buat produksi petani ini harganya paling penting biar stabil makanya kita harus bisa ekspor beras kepada yang membutuhkan," kata dia mengakhiri.
Advertisement